Wajib Dipatuhi, ini Titah Sultan Kutai untuk Pelaksanaan Belimbur Erau 2025

    Seputarfakta.com -

    Seputar Kaltim

    28 September 2025 01:18 WIB

    Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI, Aji Muhammad Arifin (kaca mata hitam) menyipratkan air suci tanda dimulainya Belimbur. (Dok E-paper Pemkab Kukar)

    Samarinda – Prosesi Belimbur, penutup rangkaian Erau Adat Pelas Benua 2025, akan digelar Minggu (28/9/2025) siang ini, mulai sekitar pukul 10.00 hingga 14.00 Wita. Tradisi siraman air massal khas Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura itu dipusatkan di Tenggarong, menyusuri jalur dari Kepala Benua hingga Buntut Benua, mulai kawasan Tanah Habang Mangkurawang sampai Pal 4 Jalan Wolter Monginsidi.

    Untuk menjaga ketertiban dan makna sakral tradisi, Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI, Aji Muhammad Arifin, mengeluarkan titah resmi. Dalam titah tersebut, Sultan menetapkan tata krama Belimbur 2025 sebagai berikut:

    1. Lokasi Belimbur ditetapkan dari Kepala Benua hingga Buntut Benua Kecamatan Tenggarong, mencakup Tanah Habang Mangkurawang sampai Pal 4 Jalan Wolter Monginsidi.

    2. Waktu pelaksanaan berlangsung pukul 11.00 hingga 14.00 Wita.

    3. Air yang digunakan adalah air Sungai Mahakam atau air bersih yang disediakan dalam drum di sepanjang jalan.

    4. Alat siraman menggunakan penadah tradisional seperti gayung. Tidak diperkenankan menggunakan plastik berisi air yang dilempar.

    5. Larangan penggunaan air kotor dan air yang dicampur bahan berbahaya.

    6. Larangan menggunakan mesin pompa untuk menyemprotkan air langsung kepada masyarakat.

    7. Larangan melakukan pelecehan seksual dalam bentuk apa pun selama prosesi.

    8. Larangan menyiram kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, dan anak balita.

    Sultan menegaskan bahwa Belimbur adalah simbol penyucian diri, sehingga setiap orang yang ikut serta wajib menjaga tata krama dan makna luhur yang diwariskan leluhur.

    Belimbur sendiri bukan sekadar pesta air. Penelitian Putri Ayu Ananda dan Ahmad Arif Widianto (2021) dalam Jurnal Sosiologi Agama mencatat, Belimbur merupakan wujud penyucian diri sekaligus ruang solidaritas lintas agama. Dengan merujuk teori solidaritas Emile Durkheim, keduanya menjelaskan bahwa masyarakat dengan latar belakang berbeda dapat menyatu dalam ritual yang sama.

    Kajian Arief Hidayatullah (2018) juga menekankan bahwa air dalam Belimbur adalah simbol kehidupan dan kebersamaan yang merefleksikan nilai gotong royong. Sementara itu, Nurlina (2020) mengingatkan bahwa aturan adat sebagaimana titah Sultan menjadi penopang agar Belimbur tetap sakral dan tidak bergeser menjadi sekadar euforia massal.

    Siang ini, ribuan warga diperkirakan turun ke jalan untuk ikut larut dalam siraman massal. Dari tahun ke tahun, Belimbur selalu menghadirkan suasana tanpa sekat identitas, di mana tawa, teriakan, dan guyuran air mempertemukan orang dari berbagai latar belakang. Dengan titah Sultan Aji Muhammad Arifin sebagai pedoman, Belimbur 2025 diharapkan berjalan aman, tertib, dan penuh makna.

    (Sf/Rs)

    Tim Editorial

    Connect With Us

    Copyright @ 2023 seputarfakta.com.
    All right reserved

    Kategori

    Informasi

    Wajib Dipatuhi, ini Titah Sultan Kutai untuk Pelaksanaan Belimbur Erau 2025

    Seputarfakta.com -

    Seputar Kaltim

    28 September 2025 01:18 WIB

    Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI, Aji Muhammad Arifin (kaca mata hitam) menyipratkan air suci tanda dimulainya Belimbur. (Dok E-paper Pemkab Kukar)

    Samarinda – Prosesi Belimbur, penutup rangkaian Erau Adat Pelas Benua 2025, akan digelar Minggu (28/9/2025) siang ini, mulai sekitar pukul 10.00 hingga 14.00 Wita. Tradisi siraman air massal khas Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura itu dipusatkan di Tenggarong, menyusuri jalur dari Kepala Benua hingga Buntut Benua, mulai kawasan Tanah Habang Mangkurawang sampai Pal 4 Jalan Wolter Monginsidi.

    Untuk menjaga ketertiban dan makna sakral tradisi, Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI, Aji Muhammad Arifin, mengeluarkan titah resmi. Dalam titah tersebut, Sultan menetapkan tata krama Belimbur 2025 sebagai berikut:

    1. Lokasi Belimbur ditetapkan dari Kepala Benua hingga Buntut Benua Kecamatan Tenggarong, mencakup Tanah Habang Mangkurawang sampai Pal 4 Jalan Wolter Monginsidi.

    2. Waktu pelaksanaan berlangsung pukul 11.00 hingga 14.00 Wita.

    3. Air yang digunakan adalah air Sungai Mahakam atau air bersih yang disediakan dalam drum di sepanjang jalan.

    4. Alat siraman menggunakan penadah tradisional seperti gayung. Tidak diperkenankan menggunakan plastik berisi air yang dilempar.

    5. Larangan penggunaan air kotor dan air yang dicampur bahan berbahaya.

    6. Larangan menggunakan mesin pompa untuk menyemprotkan air langsung kepada masyarakat.

    7. Larangan melakukan pelecehan seksual dalam bentuk apa pun selama prosesi.

    8. Larangan menyiram kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, dan anak balita.

    Sultan menegaskan bahwa Belimbur adalah simbol penyucian diri, sehingga setiap orang yang ikut serta wajib menjaga tata krama dan makna luhur yang diwariskan leluhur.

    Belimbur sendiri bukan sekadar pesta air. Penelitian Putri Ayu Ananda dan Ahmad Arif Widianto (2021) dalam Jurnal Sosiologi Agama mencatat, Belimbur merupakan wujud penyucian diri sekaligus ruang solidaritas lintas agama. Dengan merujuk teori solidaritas Emile Durkheim, keduanya menjelaskan bahwa masyarakat dengan latar belakang berbeda dapat menyatu dalam ritual yang sama.

    Kajian Arief Hidayatullah (2018) juga menekankan bahwa air dalam Belimbur adalah simbol kehidupan dan kebersamaan yang merefleksikan nilai gotong royong. Sementara itu, Nurlina (2020) mengingatkan bahwa aturan adat sebagaimana titah Sultan menjadi penopang agar Belimbur tetap sakral dan tidak bergeser menjadi sekadar euforia massal.

    Siang ini, ribuan warga diperkirakan turun ke jalan untuk ikut larut dalam siraman massal. Dari tahun ke tahun, Belimbur selalu menghadirkan suasana tanpa sekat identitas, di mana tawa, teriakan, dan guyuran air mempertemukan orang dari berbagai latar belakang. Dengan titah Sultan Aji Muhammad Arifin sebagai pedoman, Belimbur 2025 diharapkan berjalan aman, tertib, dan penuh makna.

    (Sf/Rs)