Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Seputar Kaltim
Evakuasi terhadap dua bocah tenggelam di lubang tambang. (Foto: HO-Dokumentasi Pribadi)
Samarinda - Belum sampai sepekan kejadian yang merenggut nyawa seorang pekerja di area tambang PT Insani Bara Perkasa (IBP) pada Selasa (10/9/2024). Tragedi kembali menyelimuti dunia anak di Kalimantan Timur. Dua bocah, AAPJ (10) dan VRT (9), ditemukan meninggal dunia setelah tenggelam di sebuah kolam bekas tambang batu bara di Desa Bangun Rejo, Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Sabtu (14/9/2024).
Peristiwa nahas ini menambah panjang daftar korban jiwa akibat lubang bekas tambang di wilayah tersebut. Dinamisator Jaringan Advokasi Tambam (JATAM) Kaltim, Mareta Sari, mengungkapkan bahwa kedua korban merupakan korban ke-50 dan 51.
"Dugaan sementara, anak-anak ini kelelahan saat berenang dan akhirnya tenggelam," ungkap Mareta saat dikonfirmasi, Minggu (15/9/2024).
Mareta menduga kuat bahwa kolam bekas tambang tersebut berada di dalam konsesi PT. Kitadin yang telah selesai masa operasionalnya. "Namun, karena tidak dilakukan reklamasi, lubang-lubang bekas tambang ini tetap menjadi ancaman bagi masyarakat, khususnya anak-anak," tegasnya.
Selain itu, Mareta juga tidak menutup kemungkinan adanya aktivitas tambang ilegal di sekitar lokasi kejadian. "Ini perlu diselidiki lebih lanjut," imbuhnya.
Maraknya kasus kematian akibat lubang bekas tambang ini membuat JATAM Kaltim sangat prihatin. "Kami sudah berulang kali mengingatkan pemerintah dan perusahaan tambang akan bahaya yang ditimbulkan oleh lubang-lubang bekas tambang ini. Namun, hingga kini belum ada tindakan nyata yang dilakukan," sesal Mareta.
Mareta menegaskan bahwa pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bertanggung jawab atas kejadian ini. "Mereka yang memberikan izin operasi tambang harus memastikan bahwa setelah selesai beroperasi, bekas tambang direklamasi dengan baik," tegasnya.
"Ini adalah tamparan keras bagi kita semua. Kita tidak bisa terus-menerus kehilangan anak-anak kita karena lubang bekas tambang. Pemerintah harus segera mengambil tindakan tegas," tandas Mareta.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Seputar Kaltim
Evakuasi terhadap dua bocah tenggelam di lubang tambang. (Foto: HO-Dokumentasi Pribadi)
Samarinda - Belum sampai sepekan kejadian yang merenggut nyawa seorang pekerja di area tambang PT Insani Bara Perkasa (IBP) pada Selasa (10/9/2024). Tragedi kembali menyelimuti dunia anak di Kalimantan Timur. Dua bocah, AAPJ (10) dan VRT (9), ditemukan meninggal dunia setelah tenggelam di sebuah kolam bekas tambang batu bara di Desa Bangun Rejo, Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Sabtu (14/9/2024).
Peristiwa nahas ini menambah panjang daftar korban jiwa akibat lubang bekas tambang di wilayah tersebut. Dinamisator Jaringan Advokasi Tambam (JATAM) Kaltim, Mareta Sari, mengungkapkan bahwa kedua korban merupakan korban ke-50 dan 51.
"Dugaan sementara, anak-anak ini kelelahan saat berenang dan akhirnya tenggelam," ungkap Mareta saat dikonfirmasi, Minggu (15/9/2024).
Mareta menduga kuat bahwa kolam bekas tambang tersebut berada di dalam konsesi PT. Kitadin yang telah selesai masa operasionalnya. "Namun, karena tidak dilakukan reklamasi, lubang-lubang bekas tambang ini tetap menjadi ancaman bagi masyarakat, khususnya anak-anak," tegasnya.
Selain itu, Mareta juga tidak menutup kemungkinan adanya aktivitas tambang ilegal di sekitar lokasi kejadian. "Ini perlu diselidiki lebih lanjut," imbuhnya.
Maraknya kasus kematian akibat lubang bekas tambang ini membuat JATAM Kaltim sangat prihatin. "Kami sudah berulang kali mengingatkan pemerintah dan perusahaan tambang akan bahaya yang ditimbulkan oleh lubang-lubang bekas tambang ini. Namun, hingga kini belum ada tindakan nyata yang dilakukan," sesal Mareta.
Mareta menegaskan bahwa pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus bertanggung jawab atas kejadian ini. "Mereka yang memberikan izin operasi tambang harus memastikan bahwa setelah selesai beroperasi, bekas tambang direklamasi dengan baik," tegasnya.
"Ini adalah tamparan keras bagi kita semua. Kita tidak bisa terus-menerus kehilangan anak-anak kita karena lubang bekas tambang. Pemerintah harus segera mengambil tindakan tegas," tandas Mareta.
(Sf/Rs)