Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Seputar Kaltim
Tugu Pesut Mahakam dari sisi Jalan Dr Soetomo, Samarinda. (Foto: Tria/Seputarfakta.com)
Samarinda – Kota Samarinda kini memiliki ikon baru di kawasan simpang empat Mal Lembuswana, yaitu Tugu Pesut Mahakam. Tugu ini menggantikan Tugu Parasamya Purnakarya Nugraha yang dibangun pada 2017 lalu.
Dengan desain modern dan minimalis, tugu berbentuk siluet mamalia khas Sungai Mahakam ini memiliki tinggi 8 meter dan dibangun menggunakan anggaran sebesar Rp 1,1 miliar dari APBD 2024. Keberadaannya ini diapit oleh Jalan Dr Soetomo dan S Parman.
Namun, keberadaan tugu baru ini memunculkan beragam tanggapan dari masyarakat Samarinda. Secara acak Seputar Fakta meminta pendapat warga terkait tugu tersebut.
Warga Jalan Biawan, Jeje mengaku kesulitan melihat bentuk pesut dalam desain tugu tersebut. "Itu cacing, tapi katanya pesut," ujar Jeje singkat, Jumat (10/1/2025).
Pendapat serupa disampaikan Asih, warga Jalan Pemuda I. Ia awalnya mengira pekerjaan di kawasan tersebut akan dibuat replikasi roller coaster. Setelah mengikuti perkembangan di media sosial, barulah ia memahami bahwa desainnya adalah siluet pesut Mahakam. Meski begitu, ia menilai bentuknya terlalu abstrak dan warna merah yang digunakan cukup unik.
"Saya litanya kaya kail pancing. Agak susah melihat bentuk pesutnya, apalagi kalau hanya lewat sekilas. Tapi mungkin ada maksud tersendiri dari segi warna dan bentuk," kata Asih.
Berbeda lagi dengan Warga Jalan Gelatik I, Ana. Ia mengaku bingung saat pertama kali melihat tugu itu. Dari sudut tertentu, menurutnya, lingkaran pada tugu tersebut menyerupai peniti.
"Sangat abstrak desainnya, tapi bagus saja. Awal saya kira akan dipasang lampu warna-warni. Saran saya dikasih lampu, biar terang di malam hari. Beberapa kali saya lewat malam tidak ada lampunya," ungkap Ana.
Lalu ada Cris, warga yang baru saja melintasi kawasan tersebut, memiliki pandangan unik. Ia merasa tugu tersebut menyerupai ombak yang belum selesai dibangun.
"Mungkin maksudnya menggambarkan Samarendah, karena bentuknya seperti menunduk," tutur Cris.
Sementara itu, warga Samarinda Seberang, Sintya justru memuji desain abstrak tugu tersebut. Baginya, bentuk modern seperti itu memberikan kesan unik dan estetis bagi kota.
"Secara pribadi gak masalah sama bentuknya karena udah tahu itu abstrak modern. Kalau berdiri di trotoar tikungan dari S Parman ke Dr Sutomo, bentuk pesutnya kelihatan,” jelas Sintya.
Meski menuai pro dan kontra, ia berharap Tugu Pesut Mahakam dapat menjadi ikon baru yang memperindah wajah Kota Samarinda. Dengan terbuat dari plastik daur ulang, ia berharap tugu-tugu lain juga dapat mengikuti metode serupa.
“Plusnya, bahannya dari plastik bekas. Semoga tugu-tugu lain nantinya bisa pakai metode daur ulang juga," pungkasnya.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Seputar Kaltim
Tugu Pesut Mahakam dari sisi Jalan Dr Soetomo, Samarinda. (Foto: Tria/Seputarfakta.com)
Samarinda – Kota Samarinda kini memiliki ikon baru di kawasan simpang empat Mal Lembuswana, yaitu Tugu Pesut Mahakam. Tugu ini menggantikan Tugu Parasamya Purnakarya Nugraha yang dibangun pada 2017 lalu.
Dengan desain modern dan minimalis, tugu berbentuk siluet mamalia khas Sungai Mahakam ini memiliki tinggi 8 meter dan dibangun menggunakan anggaran sebesar Rp 1,1 miliar dari APBD 2024. Keberadaannya ini diapit oleh Jalan Dr Soetomo dan S Parman.
Namun, keberadaan tugu baru ini memunculkan beragam tanggapan dari masyarakat Samarinda. Secara acak Seputar Fakta meminta pendapat warga terkait tugu tersebut.
Warga Jalan Biawan, Jeje mengaku kesulitan melihat bentuk pesut dalam desain tugu tersebut. "Itu cacing, tapi katanya pesut," ujar Jeje singkat, Jumat (10/1/2025).
Pendapat serupa disampaikan Asih, warga Jalan Pemuda I. Ia awalnya mengira pekerjaan di kawasan tersebut akan dibuat replikasi roller coaster. Setelah mengikuti perkembangan di media sosial, barulah ia memahami bahwa desainnya adalah siluet pesut Mahakam. Meski begitu, ia menilai bentuknya terlalu abstrak dan warna merah yang digunakan cukup unik.
"Saya litanya kaya kail pancing. Agak susah melihat bentuk pesutnya, apalagi kalau hanya lewat sekilas. Tapi mungkin ada maksud tersendiri dari segi warna dan bentuk," kata Asih.
Berbeda lagi dengan Warga Jalan Gelatik I, Ana. Ia mengaku bingung saat pertama kali melihat tugu itu. Dari sudut tertentu, menurutnya, lingkaran pada tugu tersebut menyerupai peniti.
"Sangat abstrak desainnya, tapi bagus saja. Awal saya kira akan dipasang lampu warna-warni. Saran saya dikasih lampu, biar terang di malam hari. Beberapa kali saya lewat malam tidak ada lampunya," ungkap Ana.
Lalu ada Cris, warga yang baru saja melintasi kawasan tersebut, memiliki pandangan unik. Ia merasa tugu tersebut menyerupai ombak yang belum selesai dibangun.
"Mungkin maksudnya menggambarkan Samarendah, karena bentuknya seperti menunduk," tutur Cris.
Sementara itu, warga Samarinda Seberang, Sintya justru memuji desain abstrak tugu tersebut. Baginya, bentuk modern seperti itu memberikan kesan unik dan estetis bagi kota.
"Secara pribadi gak masalah sama bentuknya karena udah tahu itu abstrak modern. Kalau berdiri di trotoar tikungan dari S Parman ke Dr Sutomo, bentuk pesutnya kelihatan,” jelas Sintya.
Meski menuai pro dan kontra, ia berharap Tugu Pesut Mahakam dapat menjadi ikon baru yang memperindah wajah Kota Samarinda. Dengan terbuat dari plastik daur ulang, ia berharap tugu-tugu lain juga dapat mengikuti metode serupa.
“Plusnya, bahannya dari plastik bekas. Semoga tugu-tugu lain nantinya bisa pakai metode daur ulang juga," pungkasnya.
(Sf/Rs)