Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Seputar Kaltim
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Kalimantan Timur, Fahmi Hilmawan. (Foto: Maulana/Seputarfakta.com)
Samarinda - Pertama di Indonesia, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Kaltim membuat program Pengembangan Desa Korporasi Ternak (PDKT) dengan anggaran cukup fantastis di setiap PDKT, yakni sebesar Rp2 miliar.
Program yang akan digagas itu, meniru Desa Koperasi Sapi (DKS), yang merupakan pengembangan kawasan peternakan berbasis korporasi peternak, dicetuskan oleh Kementerian Pertanian mulai tahun 2020 dengan lima lokasi, yaitu: NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Lampung dan Jawa Timur.
Pada 2021 dikembangkan di sembilan kawasan, termasuk Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Dari program ini Kaltim dibantu 1.000 ekor ternak, terdiri dari 500 jantan dan 500 betina. Sapi tersebut diberikan kepada 5 desa dan kemudian wajib membentuk lembaga korporasi.
Namun sangat disayangkan program dari pusat itu tak berjalan mulus. Salah satu tujuannya memberikan bantuan itu untuk bisa berkelanjutan dengan berbasis korporasi. Terdapat sejumlah masalah, yakni pengelolaan korporasi baru dibentuk setelah di berikan bantuan. Dalam konsolidasi aset, kebanyakan para peternak menganggap itu sebuah bantuan pribadi.
Walaupun, dengan kesulitan proses pembentukan korporasi, Kaltim termasuk yang mendapatkan penghargaan karena dapat mempertahankan populasi DKS sebanyak 1.000 ekor.
Kemudian Disnakkeswan Kaltim, belajar dari DKS dan akhirnya membentuk PDKT pada 2024. Program ini masuk dalam dokumen rencana pembangunan daerah Kaltim 2024-2026, Mayor Project ini, tidak semata-mata diperuntukkan ternak sapi, melainkan seluruh jenis ternak yang memiliki potensi di Kaltim.
"Harusnya bukan hanya sapi dengan wilayah yang sangat luas, tapi kita juga bicara kambing, bahkan sekarang boleh memasukkan domba. Hewan lain juga bisa, aneka ternak madu kelulut, maggot, sarang burung walet, itu bisa dimodifikasikan dalam bentuk PDKT," papar Kepala Disnakkeswan Kaltim, Fahmi Hilmawan.
Disnakkeswan rencana akan membuat 32 PDKT di Kaltim dari 2024 sampai 2026. Tapi yang berjalan saat ini sementara di 2024, ada sembilan PDKT. "Sebetulnya, ada delapan yang satu itu dari aspirasi masyarakat yang minta di PDKT, ini tersebar di tujuh Kabupaten Kota," ungkapnya.
Adapun pembagian dari sembilan PDKT yang ada terdiri dari, Samarinda dan Balikpapan masing-masing memiliki PDKT kambing, karena ini hasil rekomendasi yang disesuaikan dengan kondisi di kota. Kemudian Paser ada dua PDKT sapi, Kutai Timur ada dua PDKT sapi, Kutai Barat satu PDKT sapi, Kutai Kartanegara satu PDKT Sapi.
Menurut Fahmi, PDKT ini berbasis agribisnis dan bersifat ekonomis. Disnakkeswan Kaltim tidak menginginkan bantuan-bantuan masyarakat berupa hibah seperti bantuan sebelum-sebelumnya, karena menurutnya dengan bantuan itu selama tiga bulan berjalan, tidak ada pertanggungjawaban.
"Berapa duit kita hilang, walaupun itu hibah kepada masyarakat tapi kita tidak mendidik," katanya.
Tujuan kedua ini berbasis kawasan, karena ia menginginkan sentra-sentra peternakan yang dibentuk ini menjadi sebuah kawasan-kawasan peternakan. Jadi itu seleksi dari awal dan harus direkomendasikan oleh Bupati atau Wali Kota untuk menentukan tempatnya.
Dari anggaran yang dikeluarkan untuk satu PDKT sebesar Rp2 miliar. Pembiayaan itu termasuk dalam agribisnis berbasis kawasan dari hulu ke hilir. Contohnya kandang akan dibangunkan, kemudian ternaknya akan dibantu sebanyak 100 ekor sapi, yang terdiri dari 60 jantan 40 betina.
"Itu hulunya yang mana betina nanti dikembangbiakkan, yang jantan nanti digemukkan kemudian dijual belikan lagi, tapi dipastikan jumlahnya tetap seusai bantuan 100 ekor dan itu harus bertahan, kalau bisa bertambah," jelasnya.
Kemudian untuk produksi sampai Hilir, ini melibatkan beberapa Dinas terkait, seperti ESDM, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (PMPD) dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM).
"Kita bantu sampai kepada bagaimana limbah ternaknya itu yang padat dijadikan pupuk yang cair dan dijadikan biogas, dan kami kalau berhasil kerjasama dengan ESDM," tanggapnya.
Begitupula bersama OPD lain, termasuk PMPD untuk kerjasama dengan BUMDes dalam hal pemasaran. Sedangkan PPKUKM nanti akan membantu mendirikan koperasi.
"Jadi harapan kita siapa yang bisa makin memperluas sentra peternakan PDKT," tutupnya.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Seputar Kaltim
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Kalimantan Timur, Fahmi Hilmawan. (Foto: Maulana/Seputarfakta.com)
Samarinda - Pertama di Indonesia, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Kaltim membuat program Pengembangan Desa Korporasi Ternak (PDKT) dengan anggaran cukup fantastis di setiap PDKT, yakni sebesar Rp2 miliar.
Program yang akan digagas itu, meniru Desa Koperasi Sapi (DKS), yang merupakan pengembangan kawasan peternakan berbasis korporasi peternak, dicetuskan oleh Kementerian Pertanian mulai tahun 2020 dengan lima lokasi, yaitu: NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Lampung dan Jawa Timur.
Pada 2021 dikembangkan di sembilan kawasan, termasuk Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Dari program ini Kaltim dibantu 1.000 ekor ternak, terdiri dari 500 jantan dan 500 betina. Sapi tersebut diberikan kepada 5 desa dan kemudian wajib membentuk lembaga korporasi.
Namun sangat disayangkan program dari pusat itu tak berjalan mulus. Salah satu tujuannya memberikan bantuan itu untuk bisa berkelanjutan dengan berbasis korporasi. Terdapat sejumlah masalah, yakni pengelolaan korporasi baru dibentuk setelah di berikan bantuan. Dalam konsolidasi aset, kebanyakan para peternak menganggap itu sebuah bantuan pribadi.
Walaupun, dengan kesulitan proses pembentukan korporasi, Kaltim termasuk yang mendapatkan penghargaan karena dapat mempertahankan populasi DKS sebanyak 1.000 ekor.
Kemudian Disnakkeswan Kaltim, belajar dari DKS dan akhirnya membentuk PDKT pada 2024. Program ini masuk dalam dokumen rencana pembangunan daerah Kaltim 2024-2026, Mayor Project ini, tidak semata-mata diperuntukkan ternak sapi, melainkan seluruh jenis ternak yang memiliki potensi di Kaltim.
"Harusnya bukan hanya sapi dengan wilayah yang sangat luas, tapi kita juga bicara kambing, bahkan sekarang boleh memasukkan domba. Hewan lain juga bisa, aneka ternak madu kelulut, maggot, sarang burung walet, itu bisa dimodifikasikan dalam bentuk PDKT," papar Kepala Disnakkeswan Kaltim, Fahmi Hilmawan.
Disnakkeswan rencana akan membuat 32 PDKT di Kaltim dari 2024 sampai 2026. Tapi yang berjalan saat ini sementara di 2024, ada sembilan PDKT. "Sebetulnya, ada delapan yang satu itu dari aspirasi masyarakat yang minta di PDKT, ini tersebar di tujuh Kabupaten Kota," ungkapnya.
Adapun pembagian dari sembilan PDKT yang ada terdiri dari, Samarinda dan Balikpapan masing-masing memiliki PDKT kambing, karena ini hasil rekomendasi yang disesuaikan dengan kondisi di kota. Kemudian Paser ada dua PDKT sapi, Kutai Timur ada dua PDKT sapi, Kutai Barat satu PDKT sapi, Kutai Kartanegara satu PDKT Sapi.
Menurut Fahmi, PDKT ini berbasis agribisnis dan bersifat ekonomis. Disnakkeswan Kaltim tidak menginginkan bantuan-bantuan masyarakat berupa hibah seperti bantuan sebelum-sebelumnya, karena menurutnya dengan bantuan itu selama tiga bulan berjalan, tidak ada pertanggungjawaban.
"Berapa duit kita hilang, walaupun itu hibah kepada masyarakat tapi kita tidak mendidik," katanya.
Tujuan kedua ini berbasis kawasan, karena ia menginginkan sentra-sentra peternakan yang dibentuk ini menjadi sebuah kawasan-kawasan peternakan. Jadi itu seleksi dari awal dan harus direkomendasikan oleh Bupati atau Wali Kota untuk menentukan tempatnya.
Dari anggaran yang dikeluarkan untuk satu PDKT sebesar Rp2 miliar. Pembiayaan itu termasuk dalam agribisnis berbasis kawasan dari hulu ke hilir. Contohnya kandang akan dibangunkan, kemudian ternaknya akan dibantu sebanyak 100 ekor sapi, yang terdiri dari 60 jantan 40 betina.
"Itu hulunya yang mana betina nanti dikembangbiakkan, yang jantan nanti digemukkan kemudian dijual belikan lagi, tapi dipastikan jumlahnya tetap seusai bantuan 100 ekor dan itu harus bertahan, kalau bisa bertambah," jelasnya.
Kemudian untuk produksi sampai Hilir, ini melibatkan beberapa Dinas terkait, seperti ESDM, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (PMPD) dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM).
"Kita bantu sampai kepada bagaimana limbah ternaknya itu yang padat dijadikan pupuk yang cair dan dijadikan biogas, dan kami kalau berhasil kerjasama dengan ESDM," tanggapnya.
Begitupula bersama OPD lain, termasuk PMPD untuk kerjasama dengan BUMDes dalam hal pemasaran. Sedangkan PPKUKM nanti akan membantu mendirikan koperasi.
"Jadi harapan kita siapa yang bisa makin memperluas sentra peternakan PDKT," tutupnya.
(Sf/Rs)