Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Seputar Kaltim
Website SMAN 4 Berau yang dikritik Penulis Novel Tere Liye. (Kolase oleh Seputarfakta.com)
Samarinda - Penulis novel ternama di Indonesia, Tere Liye menyindir SMA Negeri 4 Berau, atas dugaan penyebaran e-book ilegal.
Tere Liye dalam unggahan media sosialnya menyoroti masih banyaknya e-book karya penulis lain yang masih tersedia di perpustakaan tersebut, meskipun e-book karyanya sendiri telah dihapus.
"Dan lucunya bukan main, kalian bergegas menghapus file PDF Tere Liye, tapi coba lihat pagi ini, e-book penulis-penulis lain masih di sana loh. Atau kalian menunggu penulis lain komplain baru akan dihapus?" tanya Tere Liye dalam unggahannya.
Hal ini masih disayangkan Tere Liye, karena ia melihat perayaan atas kemenangan Perpustakaan Garlip SMA Negeri 4 Berau sebagai juara pertama dalam lomba Perpustakaan SMA/SMK/MA tingkat nasional tahun 2024.
Ia sangat menyayangkan kinerja pustakawan di sekolah tersebut, secara sadar hanya memberikan pembelaan atas kesalahan tersebut. "Pustakawan di sekolah ini lebih-lebih menakjubkan pola pikirnya, dia memilih membuat press release, penuh bela diri, sampai lupa, jika besok-besok penulis berhenti menulis karena karyanya dicuri," lanjutnya.
Dikutip dari Korankaltim.com, Sebelumnya pembelaan tersebut disampaikan oleh Kepala Perpustakaan Garlip SMA Negeri 4 Berau, Evi Sulistyaningsih, membenarkan bahwa perpustakaan mereka memang memiliki e-book karya Tere Liye yang diperoleh melalui hibah. Namun, Evi mengaku tidak mengetahui jika e-book tersebut merupakan hasil bajakan.
"Kami sangat menyesal atas kejadian ini. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, kami akan segera menghapus e-book karya Tere Liye dan menggantinya dengan salinan resmi," tegas Evi.
Evi juga menegaskan bahwa Perpustakaan Garlip tidak pernah membeli buku fisik maupun e-book bajakan, termasuk menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Semua buku fisik yang dimiliki perpustakaan dibeli melalui aplikasi resmi pemerintah (SipLah), sedangkan e-book dibeli melalui PT Aksamaraya dan penerbit Erlangga.
"Kami berharap kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama dalam hal menghargai hak cipta," imbuhnya.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Seputar Kaltim
Website SMAN 4 Berau yang dikritik Penulis Novel Tere Liye. (Kolase oleh Seputarfakta.com)
Samarinda - Penulis novel ternama di Indonesia, Tere Liye menyindir SMA Negeri 4 Berau, atas dugaan penyebaran e-book ilegal.
Tere Liye dalam unggahan media sosialnya menyoroti masih banyaknya e-book karya penulis lain yang masih tersedia di perpustakaan tersebut, meskipun e-book karyanya sendiri telah dihapus.
"Dan lucunya bukan main, kalian bergegas menghapus file PDF Tere Liye, tapi coba lihat pagi ini, e-book penulis-penulis lain masih di sana loh. Atau kalian menunggu penulis lain komplain baru akan dihapus?" tanya Tere Liye dalam unggahannya.
Hal ini masih disayangkan Tere Liye, karena ia melihat perayaan atas kemenangan Perpustakaan Garlip SMA Negeri 4 Berau sebagai juara pertama dalam lomba Perpustakaan SMA/SMK/MA tingkat nasional tahun 2024.
Ia sangat menyayangkan kinerja pustakawan di sekolah tersebut, secara sadar hanya memberikan pembelaan atas kesalahan tersebut. "Pustakawan di sekolah ini lebih-lebih menakjubkan pola pikirnya, dia memilih membuat press release, penuh bela diri, sampai lupa, jika besok-besok penulis berhenti menulis karena karyanya dicuri," lanjutnya.
Dikutip dari Korankaltim.com, Sebelumnya pembelaan tersebut disampaikan oleh Kepala Perpustakaan Garlip SMA Negeri 4 Berau, Evi Sulistyaningsih, membenarkan bahwa perpustakaan mereka memang memiliki e-book karya Tere Liye yang diperoleh melalui hibah. Namun, Evi mengaku tidak mengetahui jika e-book tersebut merupakan hasil bajakan.
"Kami sangat menyesal atas kejadian ini. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, kami akan segera menghapus e-book karya Tere Liye dan menggantinya dengan salinan resmi," tegas Evi.
Evi juga menegaskan bahwa Perpustakaan Garlip tidak pernah membeli buku fisik maupun e-book bajakan, termasuk menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Semua buku fisik yang dimiliki perpustakaan dibeli melalui aplikasi resmi pemerintah (SipLah), sedangkan e-book dibeli melalui PT Aksamaraya dan penerbit Erlangga.
"Kami berharap kasus ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama dalam hal menghargai hak cipta," imbuhnya.
(Sf/Rs)