Penjara Sanga-sanga: Saksi Bisu Penderitaan Pejuang Merah Putih

    Seputarfakta.com - Maulana -

    Seputar Kaltim

    24 Februari 2024 01:44 WIB

    Tampak depan pintu penjara Sanga-Sanga, yang menjadi tempat penyiksaan pejuang Merah Putih. (Foto: Maulana/Seputarfakta.com)

    Samarinda - Di tengah hiruk-pikuk kota minyak Sanga-sanga, terdapat sebuah bangunan tua yang menyimpan sejarah kelam. Bangunan itu adalah penjara Sanga-sanga, tempat para pejuang Merah Putih disekap dan disiksa oleh pasukan Belanda pada masa perang kemerdekaan.

    Penjara Sanga-sanga dibangun pada awal abad ke-20 oleh perusahaan minyak kolonial Belanda, Nederlandsch Indische Industrie en Handel Maatschappij (NIIHM). Penjara ini berlokasi di tepi Sungai Sanga-sanga, dekat dengan pusat industri perminyakan yang menjadi sumber kekayaan bagi penjajah.

    Pada 27-30 Januari 1947, terjadi pertempuran sengit antara pasukan Belanda dan pejuang Merah Putih yang mempertahankan kota minyak Sanga-sanga. Pejuang Merah Putih yang dipimpin oleh Mayor M. Sani kalah jumlah dan persenjataan. Mereka terpaksa mundur ke Mahakam Hulu, meninggalkan banyak korban jiwa dan tawanan.

    Para tawanan itu kemudian dimasukkan ke penjara Sanga-sanga, yang hanya memiliki enam petak ruangan. Setiap ruangan berukuran panjang 2 meter dan lebar 1,5 meter, dibuat dari kayu ulin dan dilengkapi dengan ventilasi. Namun, jumlah tawanan mencapai sekitar 200 orang, sehingga mereka harus berdesak-desakan di dalam ruangan sempit itu.

    "Bayangkan saja, mereka tidur pun berdiri, tidak ada ruang yang tersisa. Mereka buang air pun di tempat itu juga. Mereka menderita sekali," kata Muhammad Heriono, anggota Komunitas Pemerhati Sejarah Sangasanga (PS3), saat ditemui seputarfakta.com di lokasi.

    Heriono mengatakan, penjara Sanga-sanga menjadi saksi bisu penderitaan para pejuang Merah Putih yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Mereka yang ditahan di sana mengalami penyiksaan fisik dan mental oleh pasukan Belanda. Beberapa di antara mereka bahkan dieksekusi mati atau dibuang ke tempat yang jauh.

    "Penjara ini adalah simbol perlawanan dan pengorbanan para pejuang kita," ujar Heriono.

    Heriono berharap, penjara Sanga-sanga dapat dilestarikan sebagai cagar budaya dan situs sejarah. 

    "Penjara ini harus dijaga dan dirawat, agar tidak rusak dan hilang. Penjara ini harus menjadi sumber inspirasi dan edukasi bagi generasi muda, agar mereka tahu sejarah perjuangan bangsa ini," tutur Heriono.

    (Sf/Rs)

    Tim Editorial

    Connect With Us

    Copyright @ 2023 seputarfakta.com.
    All right reserved

    Kategori

    Informasi

    Penjara Sanga-sanga: Saksi Bisu Penderitaan Pejuang Merah Putih

    Seputarfakta.com - Maulana -

    Seputar Kaltim

    24 Februari 2024 01:44 WIB

    Tampak depan pintu penjara Sanga-Sanga, yang menjadi tempat penyiksaan pejuang Merah Putih. (Foto: Maulana/Seputarfakta.com)

    Samarinda - Di tengah hiruk-pikuk kota minyak Sanga-sanga, terdapat sebuah bangunan tua yang menyimpan sejarah kelam. Bangunan itu adalah penjara Sanga-sanga, tempat para pejuang Merah Putih disekap dan disiksa oleh pasukan Belanda pada masa perang kemerdekaan.

    Penjara Sanga-sanga dibangun pada awal abad ke-20 oleh perusahaan minyak kolonial Belanda, Nederlandsch Indische Industrie en Handel Maatschappij (NIIHM). Penjara ini berlokasi di tepi Sungai Sanga-sanga, dekat dengan pusat industri perminyakan yang menjadi sumber kekayaan bagi penjajah.

    Pada 27-30 Januari 1947, terjadi pertempuran sengit antara pasukan Belanda dan pejuang Merah Putih yang mempertahankan kota minyak Sanga-sanga. Pejuang Merah Putih yang dipimpin oleh Mayor M. Sani kalah jumlah dan persenjataan. Mereka terpaksa mundur ke Mahakam Hulu, meninggalkan banyak korban jiwa dan tawanan.

    Para tawanan itu kemudian dimasukkan ke penjara Sanga-sanga, yang hanya memiliki enam petak ruangan. Setiap ruangan berukuran panjang 2 meter dan lebar 1,5 meter, dibuat dari kayu ulin dan dilengkapi dengan ventilasi. Namun, jumlah tawanan mencapai sekitar 200 orang, sehingga mereka harus berdesak-desakan di dalam ruangan sempit itu.

    "Bayangkan saja, mereka tidur pun berdiri, tidak ada ruang yang tersisa. Mereka buang air pun di tempat itu juga. Mereka menderita sekali," kata Muhammad Heriono, anggota Komunitas Pemerhati Sejarah Sangasanga (PS3), saat ditemui seputarfakta.com di lokasi.

    Heriono mengatakan, penjara Sanga-sanga menjadi saksi bisu penderitaan para pejuang Merah Putih yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Mereka yang ditahan di sana mengalami penyiksaan fisik dan mental oleh pasukan Belanda. Beberapa di antara mereka bahkan dieksekusi mati atau dibuang ke tempat yang jauh.

    "Penjara ini adalah simbol perlawanan dan pengorbanan para pejuang kita," ujar Heriono.

    Heriono berharap, penjara Sanga-sanga dapat dilestarikan sebagai cagar budaya dan situs sejarah. 

    "Penjara ini harus dijaga dan dirawat, agar tidak rusak dan hilang. Penjara ini harus menjadi sumber inspirasi dan edukasi bagi generasi muda, agar mereka tahu sejarah perjuangan bangsa ini," tutur Heriono.

    (Sf/Rs)