Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Seputar Kaltim
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sani Bin Husain saat diwawancara di Gedung DPRD, Senin (7/8/2024). (Foto: Tria/Seputarfakta.com)
Samarinda - Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda, Sani Bin Husain, menegaskan pentingnya memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada seluruh anak.
Hal itu menanggapi adanya dugaan pungutan liar terhadap buku penunjang di sekolah yang dimembebani siswa.
Menurutnya, diskusi antara orang tua dan sekolah lebih bermanfaat daripada aksi demonstrasi.
"Kan sudah ada aturan jangan jual buku, yasudah tegakan. Pemerintah pusat juga jangan terlalu bersemangat buat kurikulum baru dan buku baru," ujar Sani saat diwawancara di Gedung DPRD, Senin (7/8/2024).
Ia juga menyerukan agar pemerintah kota segera melaksanakan opsi yang ada sesuai dengan kemampuan mereka dan tidak hanya sekedar berbicara tanpa tindakan.
Seperti diketahui, pemerintah kota telah memiliki beberapa opsi untuk memecahkan masalah ini. Di antaranya ialah menganggarkan pengadaan buku penunjang bagi semua siswa, mencetakan buku berdasarkan buku rujukan dari kementerian, serta menganggarkan dan pembelian buku penunjang bagi siswa kurang mampu.
"Opsi yang ada itu pilih saja yang sesuai kemampuan tapi dilaksanakan, jangan cuma meredam wacana saja," tegas Sani.
Menurut Sani, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting. Ia menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur yang baik tidak ada artinya jika anak-anak tidak bersekolah.
"Saya lebih baik lihat anak-anak sekolah daripada bangunan indah. Gada gunanya bangunan indah tapi anak-anak ga sekolah, orang-orang sakit," ungkapnya
Sani menekankan bahwa keberhasilan pemerintah kota ditentukan oleh kemampuan mereka dalam memastikan anak-anak bisa bersekolah, orang sakit mudah berobat, angka harapan hidup tinggi, dan masyarakat hidup dengan bahagia.
"Walaupun sederhana gapapa, ga perlu mewah. Jangan sampai kita jadi metropolitan tapi orang menderita di sini, ga bisa makan, apalagi yang digaungkan sekarang adalah menjadi kota peradaban," pungkasnya.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Seputar Kaltim
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sani Bin Husain saat diwawancara di Gedung DPRD, Senin (7/8/2024). (Foto: Tria/Seputarfakta.com)
Samarinda - Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda, Sani Bin Husain, menegaskan pentingnya memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada seluruh anak.
Hal itu menanggapi adanya dugaan pungutan liar terhadap buku penunjang di sekolah yang dimembebani siswa.
Menurutnya, diskusi antara orang tua dan sekolah lebih bermanfaat daripada aksi demonstrasi.
"Kan sudah ada aturan jangan jual buku, yasudah tegakan. Pemerintah pusat juga jangan terlalu bersemangat buat kurikulum baru dan buku baru," ujar Sani saat diwawancara di Gedung DPRD, Senin (7/8/2024).
Ia juga menyerukan agar pemerintah kota segera melaksanakan opsi yang ada sesuai dengan kemampuan mereka dan tidak hanya sekedar berbicara tanpa tindakan.
Seperti diketahui, pemerintah kota telah memiliki beberapa opsi untuk memecahkan masalah ini. Di antaranya ialah menganggarkan pengadaan buku penunjang bagi semua siswa, mencetakan buku berdasarkan buku rujukan dari kementerian, serta menganggarkan dan pembelian buku penunjang bagi siswa kurang mampu.
"Opsi yang ada itu pilih saja yang sesuai kemampuan tapi dilaksanakan, jangan cuma meredam wacana saja," tegas Sani.
Menurut Sani, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting. Ia menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur yang baik tidak ada artinya jika anak-anak tidak bersekolah.
"Saya lebih baik lihat anak-anak sekolah daripada bangunan indah. Gada gunanya bangunan indah tapi anak-anak ga sekolah, orang-orang sakit," ungkapnya
Sani menekankan bahwa keberhasilan pemerintah kota ditentukan oleh kemampuan mereka dalam memastikan anak-anak bisa bersekolah, orang sakit mudah berobat, angka harapan hidup tinggi, dan masyarakat hidup dengan bahagia.
"Walaupun sederhana gapapa, ga perlu mewah. Jangan sampai kita jadi metropolitan tapi orang menderita di sini, ga bisa makan, apalagi yang digaungkan sekarang adalah menjadi kota peradaban," pungkasnya.
(Sf/Rs)