Cari disini...
Seputarfakta.com - Baiq Eliana -
Seputar Kaltim
Foto bersama usai FGD aksi perubahan kolaborasi pengelolaan udang windu berbasis kawasan (Kawan Baik), dilaksanakan di Kantor Diskan Berau, Tanjung Redeb. (Foto: Baiq Eliana/seputarfakta.com)
Tanjung Redeb - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau melalui Dinas Perikanan (Diskan) Berau terus berupaya mendorong pengembangan budidaya udang windu salah satu caranya dengan menggelar Forum Group Discussion (FGD) aksi perubahan kolaborasi pengelolaan udang windu berbasis kawasan (Kawan Baik), dilaksanakan di Kantor Diskan Berau, Tanjung Redeb, Selasa, (29/4/2025).
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari berbagai program sebelumnya seperti “Standarisasi Budidaya Udang Menuju Udang Berau”, Satu Kampung Budidaya Perikanan Satu Pembudidaya Bulanan (Siap Sedia), hingga yang terbaru yakni Kawan Baik.
Sekretaris Diskan Berau, Yunda Zuliarsih menegaskan bahwa dirinya mendukung penuh kegiatan Kawan Baik ini guna mendorong agar budidaya udang windu dapat terus berkembang dan berkelanjutan.
"Pemerintah kabupaten tidak dapat memberikan dukungan dalam bentuk sarana produksi seperti benih, pakan, dan pupuk. Oleh karena itu, dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, yakni dengan hadirnya mitra atau NGO untuk memberikan suport,"jelas Yunda.
Sedangkan, Pemkab hadir untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang di perlukan pembudidaya. Dinas terkait yang terlibat pun seperti Dinas Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), Dinas PUPR, Dinas Pertanahan, Bagian Hukum dan Ekonomi Setda Berau, serta perangkat kampung. Keterlibatan mereka menyangkut berbagai aspek seperti izin lingkungan (AMDAL, SPPL, UKL-UPL), legalitas lahan, hingga perizinan usaha seperti NIB.
"Kawan Baik itu adalah kolaborasi pengelolaan budidaya udang windu berbasis kawasan. Dimana pilot projectnya itu berada di Kampung Suaran," tuturnya
Sebelumnya, ada tiga lokasi tambak secure yang telah dikaji, yakni Suaran, Tabalar, dan Pegat Batumbuk. Namun, ternyata hanya Suaran yang dinyatakan memenuhi syarat dari sisi kelayakan kawasan. Hal ini disebabkan dua lokasi lainnya merupakan kawasan kehutanan sosial, sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya.
"Hanya Suaran yang masuk dalam Area Penggunaan Lain (APL), yang bisa dikembangkan lebih lanjut," ujarnya.
Diketahui dalam data produksi udang windu di Berau meningkat dari 778,9 ton pada 2022 menjadi 1.008,65 ton di 2023, atau naik sekitar 30 persen. Diprediksi angka ini akan terus meningkat pada 2024-2025, hal ini didukung oleh hasil panen yang lebih cepat dan intensitas panen yang meningkat.
"Dulu hanya satu sampai dua kali panen per tahun, sekarang setelah diberi pendampingan dan pemahaman, produksinya bisa tiga bahkan empat kali per tahunya," ungkapnya.
Oleh karena itu, Yunda pun berharap aksi perubahan ini tidak berenti sampai disini sehingga budidaya undang windu ini dapat terus berkembang, dan dapat mengcover kebutuhan masyarakat di Kabupaten Berau bahkan sampai luar Berau.
"Kita berharap bahwa nanti Kampung Suaran ini dapat menjadi sentra produksi udang windu terbesar di Kalimantan Timur. kita ingin udang windu dari Berau dikenal luas," tungkasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Budidaya, Budiono menjelaskan bahwa aksi perubahan Kawan Baik ini bertujuan untuk mengintegrasikan berbagai kepentingan pengelolaan udang windu berbasis kawasan secara pentahalik dalam bentuk kelompok kerja daerah.
"Nantinya, diharapkan dapat merumuskan, menjalankan, mengevaluasi dan memberikan rekomendasi teknis terkait pengelolaan udang windu kepada pemerintah daerah yang menjadi dasar pengambilan kebijakan karena selama ini pengelolaan udang windu dilakukan secara sektoral," ujar Budi.
Ia pun menilai strategis pengelolaan udang windu berbasis kawasan ini sangat strategis dengan isu lingkungan, pemberdayaan masyarakat lokal, kontribusi produksi budidaya yang besar yakni 68 persen dari total produksi, ekonomi biru dan restorasi mangrove.
"Saya harap dengan kolaborasi ini akan tercapai peningkatan produksi budidaya udang dalam rangka peningkatan kesejahteraan pembudidaya, masyarakat lokal dan ekonomi daerah dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi," harapnya.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Baiq Eliana -
Seputar Kaltim
Foto bersama usai FGD aksi perubahan kolaborasi pengelolaan udang windu berbasis kawasan (Kawan Baik), dilaksanakan di Kantor Diskan Berau, Tanjung Redeb. (Foto: Baiq Eliana/seputarfakta.com)
Tanjung Redeb - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau melalui Dinas Perikanan (Diskan) Berau terus berupaya mendorong pengembangan budidaya udang windu salah satu caranya dengan menggelar Forum Group Discussion (FGD) aksi perubahan kolaborasi pengelolaan udang windu berbasis kawasan (Kawan Baik), dilaksanakan di Kantor Diskan Berau, Tanjung Redeb, Selasa, (29/4/2025).
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari berbagai program sebelumnya seperti “Standarisasi Budidaya Udang Menuju Udang Berau”, Satu Kampung Budidaya Perikanan Satu Pembudidaya Bulanan (Siap Sedia), hingga yang terbaru yakni Kawan Baik.
Sekretaris Diskan Berau, Yunda Zuliarsih menegaskan bahwa dirinya mendukung penuh kegiatan Kawan Baik ini guna mendorong agar budidaya udang windu dapat terus berkembang dan berkelanjutan.
"Pemerintah kabupaten tidak dapat memberikan dukungan dalam bentuk sarana produksi seperti benih, pakan, dan pupuk. Oleh karena itu, dibutuhkan kolaborasi lintas sektor, yakni dengan hadirnya mitra atau NGO untuk memberikan suport,"jelas Yunda.
Sedangkan, Pemkab hadir untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang di perlukan pembudidaya. Dinas terkait yang terlibat pun seperti Dinas Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), Dinas PUPR, Dinas Pertanahan, Bagian Hukum dan Ekonomi Setda Berau, serta perangkat kampung. Keterlibatan mereka menyangkut berbagai aspek seperti izin lingkungan (AMDAL, SPPL, UKL-UPL), legalitas lahan, hingga perizinan usaha seperti NIB.
"Kawan Baik itu adalah kolaborasi pengelolaan budidaya udang windu berbasis kawasan. Dimana pilot projectnya itu berada di Kampung Suaran," tuturnya
Sebelumnya, ada tiga lokasi tambak secure yang telah dikaji, yakni Suaran, Tabalar, dan Pegat Batumbuk. Namun, ternyata hanya Suaran yang dinyatakan memenuhi syarat dari sisi kelayakan kawasan. Hal ini disebabkan dua lokasi lainnya merupakan kawasan kehutanan sosial, sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya.
"Hanya Suaran yang masuk dalam Area Penggunaan Lain (APL), yang bisa dikembangkan lebih lanjut," ujarnya.
Diketahui dalam data produksi udang windu di Berau meningkat dari 778,9 ton pada 2022 menjadi 1.008,65 ton di 2023, atau naik sekitar 30 persen. Diprediksi angka ini akan terus meningkat pada 2024-2025, hal ini didukung oleh hasil panen yang lebih cepat dan intensitas panen yang meningkat.
"Dulu hanya satu sampai dua kali panen per tahun, sekarang setelah diberi pendampingan dan pemahaman, produksinya bisa tiga bahkan empat kali per tahunya," ungkapnya.
Oleh karena itu, Yunda pun berharap aksi perubahan ini tidak berenti sampai disini sehingga budidaya undang windu ini dapat terus berkembang, dan dapat mengcover kebutuhan masyarakat di Kabupaten Berau bahkan sampai luar Berau.
"Kita berharap bahwa nanti Kampung Suaran ini dapat menjadi sentra produksi udang windu terbesar di Kalimantan Timur. kita ingin udang windu dari Berau dikenal luas," tungkasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Budidaya, Budiono menjelaskan bahwa aksi perubahan Kawan Baik ini bertujuan untuk mengintegrasikan berbagai kepentingan pengelolaan udang windu berbasis kawasan secara pentahalik dalam bentuk kelompok kerja daerah.
"Nantinya, diharapkan dapat merumuskan, menjalankan, mengevaluasi dan memberikan rekomendasi teknis terkait pengelolaan udang windu kepada pemerintah daerah yang menjadi dasar pengambilan kebijakan karena selama ini pengelolaan udang windu dilakukan secara sektoral," ujar Budi.
Ia pun menilai strategis pengelolaan udang windu berbasis kawasan ini sangat strategis dengan isu lingkungan, pemberdayaan masyarakat lokal, kontribusi produksi budidaya yang besar yakni 68 persen dari total produksi, ekonomi biru dan restorasi mangrove.
"Saya harap dengan kolaborasi ini akan tercapai peningkatan produksi budidaya udang dalam rangka peningkatan kesejahteraan pembudidaya, masyarakat lokal dan ekonomi daerah dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi," harapnya.
(Sf/Rs)