Cari disini...
Seputarfakta.com - Muhammad Anshori -
Seputar Kaltim
Beseprah Kutai. (Foto: Muhammad Heriansyah)
Tenggarong - Beseprah merupakan sebuah tradisi unik di Kutai Kartanegara (Kukar), budaya makan bersama yang melibatkan seluruh kalangan masyarakat.
Tradisi ini tidak hanya sekadar makan bersama, tetapi juga menjadi simbol keharmonisan sosial di tengah masyarakat.
Dalam tradisi Beseprah, masyarakat Kutai berkumpul menikmati hidangan bersama yang biasanya terdiri dari berbagai jenis makanan khas Kutai.
Tradisi ini bertujuan menghilangkan sekat sosial serta mempererat silaturahmi antara pemerintah, kesultanan dan rakyat.
Beseprah dilaksanakan saat sedang menyambut acara istimewa, seperti pernikahan, kelahiran, kunjungan tamu penting dan menjadi bagian dari upacara Erau Adat Kutai.
Berbagai hidangan khas Kutai disajikan, seperti nasi kebuli, nasi kuning, nasi putih, ikan gabus dengan sambal, semur, bubur, ubi goreng, serabai, putu labu, roti gembong dan aneka buah-buahan lainnya.
Saat momen Erau, Beseprah biasanya diawali dengan doa bersama, dilanjutkan pemukulan gong oleh sultan dan para pejabat sebagai tanda dimulainya acara. Setelah itu, masyarakat dan tamu undangan dipersilakan makan bersama di atas tikar atau terpal.
Namun kadang ada saja oknum yang sudah mengamankan makanan dan membungkusnya untuk dibawa pulang setelah kentongan dibunyikan.
“Lain kali sorot dan tayangkan itu yang membungkus seperti tak peduli dengan orang di sekelilingnya. Coba dipahami makna beseprah itu, tolong bersama kita nikmati salah satu acara di pesta rakyat ini," ujar salah seorang warga.
Tak hanya itu, bahkan ada warga yang mengaku bahwa makanan yang berada di barisannya pun diambil oleh orang lain.
"Padahal nyata sudah makanan itu bertuan masih diangkut mereka, padahal sudah ada bagian masing-masing," ucap Devi.
Beseprah bukan hanya tentang makanan, tetapi tradisi ini mengandung nilai filosofis tentang pentingnya berbagi cerita, saling mendengarkan, memberikan solusi dan menguatkan satu sama lain.
Tradisi ini juga menjadi simbol harapan dan doa dari Sultan agar dapat menjadi pemimpin yang mengayomi rakyatnya, serta keinginan para pemimpin untuk membaur dan merasakan apa yang dirasakan rakyatnya.
Saat acara Adat Erau, Beseprah dilaksanakan di depan Museum Mulawarman, mulai dari kerabat kesultanan, masyarakat hingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kukar berkumpul untuk makan bersama-sama.
(Sf/Lo)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Muhammad Anshori -
Seputar Kaltim
Beseprah Kutai. (Foto: Muhammad Heriansyah)
Tenggarong - Beseprah merupakan sebuah tradisi unik di Kutai Kartanegara (Kukar), budaya makan bersama yang melibatkan seluruh kalangan masyarakat.
Tradisi ini tidak hanya sekadar makan bersama, tetapi juga menjadi simbol keharmonisan sosial di tengah masyarakat.
Dalam tradisi Beseprah, masyarakat Kutai berkumpul menikmati hidangan bersama yang biasanya terdiri dari berbagai jenis makanan khas Kutai.
Tradisi ini bertujuan menghilangkan sekat sosial serta mempererat silaturahmi antara pemerintah, kesultanan dan rakyat.
Beseprah dilaksanakan saat sedang menyambut acara istimewa, seperti pernikahan, kelahiran, kunjungan tamu penting dan menjadi bagian dari upacara Erau Adat Kutai.
Berbagai hidangan khas Kutai disajikan, seperti nasi kebuli, nasi kuning, nasi putih, ikan gabus dengan sambal, semur, bubur, ubi goreng, serabai, putu labu, roti gembong dan aneka buah-buahan lainnya.
Saat momen Erau, Beseprah biasanya diawali dengan doa bersama, dilanjutkan pemukulan gong oleh sultan dan para pejabat sebagai tanda dimulainya acara. Setelah itu, masyarakat dan tamu undangan dipersilakan makan bersama di atas tikar atau terpal.
Namun kadang ada saja oknum yang sudah mengamankan makanan dan membungkusnya untuk dibawa pulang setelah kentongan dibunyikan.
“Lain kali sorot dan tayangkan itu yang membungkus seperti tak peduli dengan orang di sekelilingnya. Coba dipahami makna beseprah itu, tolong bersama kita nikmati salah satu acara di pesta rakyat ini," ujar salah seorang warga.
Tak hanya itu, bahkan ada warga yang mengaku bahwa makanan yang berada di barisannya pun diambil oleh orang lain.
"Padahal nyata sudah makanan itu bertuan masih diangkut mereka, padahal sudah ada bagian masing-masing," ucap Devi.
Beseprah bukan hanya tentang makanan, tetapi tradisi ini mengandung nilai filosofis tentang pentingnya berbagi cerita, saling mendengarkan, memberikan solusi dan menguatkan satu sama lain.
Tradisi ini juga menjadi simbol harapan dan doa dari Sultan agar dapat menjadi pemimpin yang mengayomi rakyatnya, serta keinginan para pemimpin untuk membaur dan merasakan apa yang dirasakan rakyatnya.
Saat acara Adat Erau, Beseprah dilaksanakan di depan Museum Mulawarman, mulai dari kerabat kesultanan, masyarakat hingga Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kukar berkumpul untuk makan bersama-sama.
(Sf/Lo)