Cari disini...
Seputarfakta.com -
Seputar Kaltim
Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI Aji Muhammad Arifin, Memukul Gong sebagai Tanda Dimulainya Erau 2025. (Dok Kukarkab.go.id)
Samarinda - Kemeriahan Erau Adat Kutai 2025, yang telah dibuka oleh Menteri Pariwisata Widyanti Putri, kini telah mencapai pertengahannya pada Rabu (24/9/25) di Tenggarong. Di balik riuh rendah festival yang menampilkan ragam seni dan budaya, terdapat serangkaian ritual inti yang menjadi jantung spiritual perhelatan ini. Prosesi-prosesi sakral tersebut merupakan jejak warisan para leluhur yang sarat akan makna filosofis.
Festival yang menjadi kebanggaan masyarakat Kutai ini, sebagaimana didokumentasikan dalam berbagai studi kebudayaan, sesungguhnya adalah sebuah mekanisme spiritual yang kompleks. Setiap ritualnya bukanlah sekadar tontonan, melainkan sebuah babak dalam narasi besar tentang hubungan manusia, alam, dan Sang Pencipta. Berikut lima fakta seputar makna di balik ritual inti Erau yang informasinya disarikan dari berbagai sumber kredibel.
Mendirikan Tiang Ayu Titik Pusat Energi Spiritual
Erau tidak akan dimulai sebelum Mendirikan Tiang Ayu. Prosesi ini menandai Keraton Kutai Kartanegara ing Martadipura sebagai pusat dari seluruh kegiatan sakral. Fungsinya, seperti dijelaskan dalam berbagai publikasi kebudayaan oleh pemerintah daerah dan pengamat budaya, adalah sebagai poros atau sumbu dunia dalam kosmologi Kutai. Tiang Ayu diyakini menjadi kanal masuknya berkah dan energi spiritual ke dalam lingkup istana, sebuah interpretasi yang konsisten ditemukan dalam liputan budaya mengenai Erau.
Bepelas Ritual Penyucian dari Pengaruh Jahat
Salah satu ritual terpenting dalam Erau adalah Bepelas. Tujuannya adalah untuk membersihkan Sultan dan negeri dari anasir negatif. Menurut Masdari, seorang peneliti budaya, ritual ini mengandung nilai permohonan perlindungan. Dalam artikel ilmiahnya di Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah (Volume 3, Nomor 2, 2020), ia menjelaskan bahwa upacara adat ini merupakan wujud doa kepada Sang Pencipta.
"Nilai religius yang terkandung dalam upacara adat Erau ini adalah wujud permohonan kepada Tuhan," tulis Masdari.
Merangin Komunikasi Sunyi Para Pawang
Di tengah kemeriahan festival, terdapat ritual Merangin yang hening namun sarat makna. Prosesi ini, yang penjelasannya kerap ditemukan dalam liputan etnografis dan dokumentasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, merupakan bentuk komunikasi langsung dengan para leluhur melalui irama sakral yang dimainkan para pawang. Ritual ini bertujuan memohon izin dan restu agar seluruh rangkaian Erau berjalan lancar.
Mengulur Naga Simbolisasi Kelahiran Kembali
Menjelang akhir Erau, prosesi Mengulur Naga menjadi salah satu acara yang paling ditunggu. Prosesi ini melambangkan perjalanan sang naga kembali ke rahim ibunya, sebuah narasi yang bersumber dari legenda Putri Karang Melenu yang diwariskan turun-temurun dan diliput luas oleh media. Pelepasan naga ke Sungai Mahakam, menurut cerita rakyat tersebut, adalah simbol pembersihan dari segala keburukan dan harapan akan siklus kehidupan baru.
Belimbur Puncak Sukacita dan Introspeksi
Erau ditutup dengan ritual Belimbur, puncak dari proses penyucian massal. Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin, menegaskan bahwa Erau harus dimaknai lebih dalam. Sebagaimana publikasi Diskominfo Kutai Kartanegara pada 31 Juli 2023, dalam pidato penutupan Erau tahun sebelumnya, Sultan menyatakan perhelatan ini harus menjadi momen refleksi bersama.
"Hendaknya tidak hanya kita maknai sebagai sebuah kegiatan seremonial semata, melainkan harus kita jadikan sebagai momentum untuk introspeksi" ungkap Sultan.
*Diolah dari berbagai sumber.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com -
Seputar Kaltim
Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI Aji Muhammad Arifin, Memukul Gong sebagai Tanda Dimulainya Erau 2025. (Dok Kukarkab.go.id)
Samarinda - Kemeriahan Erau Adat Kutai 2025, yang telah dibuka oleh Menteri Pariwisata Widyanti Putri, kini telah mencapai pertengahannya pada Rabu (24/9/25) di Tenggarong. Di balik riuh rendah festival yang menampilkan ragam seni dan budaya, terdapat serangkaian ritual inti yang menjadi jantung spiritual perhelatan ini. Prosesi-prosesi sakral tersebut merupakan jejak warisan para leluhur yang sarat akan makna filosofis.
Festival yang menjadi kebanggaan masyarakat Kutai ini, sebagaimana didokumentasikan dalam berbagai studi kebudayaan, sesungguhnya adalah sebuah mekanisme spiritual yang kompleks. Setiap ritualnya bukanlah sekadar tontonan, melainkan sebuah babak dalam narasi besar tentang hubungan manusia, alam, dan Sang Pencipta. Berikut lima fakta seputar makna di balik ritual inti Erau yang informasinya disarikan dari berbagai sumber kredibel.
Mendirikan Tiang Ayu Titik Pusat Energi Spiritual
Erau tidak akan dimulai sebelum Mendirikan Tiang Ayu. Prosesi ini menandai Keraton Kutai Kartanegara ing Martadipura sebagai pusat dari seluruh kegiatan sakral. Fungsinya, seperti dijelaskan dalam berbagai publikasi kebudayaan oleh pemerintah daerah dan pengamat budaya, adalah sebagai poros atau sumbu dunia dalam kosmologi Kutai. Tiang Ayu diyakini menjadi kanal masuknya berkah dan energi spiritual ke dalam lingkup istana, sebuah interpretasi yang konsisten ditemukan dalam liputan budaya mengenai Erau.
Bepelas Ritual Penyucian dari Pengaruh Jahat
Salah satu ritual terpenting dalam Erau adalah Bepelas. Tujuannya adalah untuk membersihkan Sultan dan negeri dari anasir negatif. Menurut Masdari, seorang peneliti budaya, ritual ini mengandung nilai permohonan perlindungan. Dalam artikel ilmiahnya di Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah (Volume 3, Nomor 2, 2020), ia menjelaskan bahwa upacara adat ini merupakan wujud doa kepada Sang Pencipta.
"Nilai religius yang terkandung dalam upacara adat Erau ini adalah wujud permohonan kepada Tuhan," tulis Masdari.
Merangin Komunikasi Sunyi Para Pawang
Di tengah kemeriahan festival, terdapat ritual Merangin yang hening namun sarat makna. Prosesi ini, yang penjelasannya kerap ditemukan dalam liputan etnografis dan dokumentasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, merupakan bentuk komunikasi langsung dengan para leluhur melalui irama sakral yang dimainkan para pawang. Ritual ini bertujuan memohon izin dan restu agar seluruh rangkaian Erau berjalan lancar.
Mengulur Naga Simbolisasi Kelahiran Kembali
Menjelang akhir Erau, prosesi Mengulur Naga menjadi salah satu acara yang paling ditunggu. Prosesi ini melambangkan perjalanan sang naga kembali ke rahim ibunya, sebuah narasi yang bersumber dari legenda Putri Karang Melenu yang diwariskan turun-temurun dan diliput luas oleh media. Pelepasan naga ke Sungai Mahakam, menurut cerita rakyat tersebut, adalah simbol pembersihan dari segala keburukan dan harapan akan siklus kehidupan baru.
Belimbur Puncak Sukacita dan Introspeksi
Erau ditutup dengan ritual Belimbur, puncak dari proses penyucian massal. Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin, menegaskan bahwa Erau harus dimaknai lebih dalam. Sebagaimana publikasi Diskominfo Kutai Kartanegara pada 31 Juli 2023, dalam pidato penutupan Erau tahun sebelumnya, Sultan menyatakan perhelatan ini harus menjadi momen refleksi bersama.
"Hendaknya tidak hanya kita maknai sebagai sebuah kegiatan seremonial semata, melainkan harus kita jadikan sebagai momentum untuk introspeksi" ungkap Sultan.
*Diolah dari berbagai sumber.
(Sf/Rs)