Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Seputar Kaltim
Peluncuran layanan Pujasera oleh RSJD Atma Husada Mahakam. (Foto: HO-Dinkes Kaltim/Seputarfakta.com)
Samarinda - Berangkat dari tingginya angka kasus bunuh diri di Kalimantan Timur, Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam di Samarinda meluncurkan layanan hotline khusus bernama "Puja Sera" atau Peduli Jiwa Selamatkan Harapan. Peluncuran ini bertepatan dengan Hari Anti Bunuh Diri Sedunia, Rabu (10/9/2025).
Layanan ini bertujuan untuk menjadi wadah konsultasi dan pertolongan pertama bagi masyarakat yang mengalami masalah kesehatan mental, khususnya depresi, yang berpotensi memicu tindakan bunuh diri.
Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSJD Atma Husada Mahakam, Fauziah Andriyani, mengungkapkan bahwa berdasarkan data Dinas Kesehatan Kaltim, angka bunuh diri akibat depresi di Kaltim telah mencapai lebih dari 38 kasus. Angka tertinggi tercatat di Kota Samarinda, dengan sekitar 40 kasus hingga akhir Agustus lalu.
"Banyak kasus bunuh diri di kalangan anak muda dipicu oleh masalah sepele seperti putus cinta, masalah dengan orang tua, hingga perundungan (bullying)," terang Fauziah.
Oleh karena itu pihak RSJD Atma Husada Mahakam membuka layanan hotline ini untuk mendengarkan keluhan masyarakat dan menjadi teman curhat bagi mereka yang mengalami kecemasan atau depresi dan berkeinginan mengakhiri hidupnya.
Hotline Puja Sera dapat diakses selama 24 jam penuh melalui telepon atau WhatsApp di nomor 081158008887. Fauziah menegaskan bahwa kerahasiaan identitas penelepon akan terjamin sepenuhnya.
"Kita ingin sekalian melakukan pengobatan dan berkelanjutan sampai pasien ini sembuh dari depresinya," ujarnya.
Proses layanan ini diawali dengan serangkaian pertanyaan untuk menggali penyebab masalah. Jika hasil skrining menunjukkan indikasi bahaya tinggi (zona merah), tim dari RSJD akan langsung berkoordinasi dengan layanan darurat 112 untuk menjemput pelapor dan membawanya ke rumah sakit untuk penanganan intensif.
Program hotline Puja Sera ini juga menggandeng sejumlah pihak, termasuk Dinas Pendidikan Kaltim dan Samarinda, serta Perguruan Tinggi seperti Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) dan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT).
Tujuannya untuk menyasar kalangan muda, mulai dari tingkat SMA/SMK hingga mahasiswa.
"Semoga program ini bermanfaat ke depannya," tutup Fauziah.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, menekankan pentingnya respons cepat dalam layanan ini. Menurutnya, respons yang lambat justru dapat mempercepat seseorang mengambil keputusan untuk bunuh diri.
"Kalau sudah ada hotline service itu 24 jam, begitu ditelepon kurang dari 5 menit itu sudah merespon. Jadi jangan main-main kalau kita sudah buka layanan," tegasnya.
Jaya Mualimin menjelaskan, depresi adalah penyakit yang bisa diobati. Menurutnya, orang yang depresi mengalami rendahnya kadar zat serotonin di otak.
"Di rumah sakit ini dikasih obat-obatan untuk menaikkan serotonin," katanya.
Ia juga menekankan bahwa kasus bunuh diri tidak dijamin oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS. Namun, jika pasien terdiagnosa depresi, pengobatannya dapat ditanggung oleh BPJS.
"Kalau yang bersangkutan depresi, maka akan dilakukan pengobatan. Karena penyakit depresi itu sebenarnya sama," jelas Jaya.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Seputar Kaltim
Peluncuran layanan Pujasera oleh RSJD Atma Husada Mahakam. (Foto: HO-Dinkes Kaltim/Seputarfakta.com)
Samarinda - Berangkat dari tingginya angka kasus bunuh diri di Kalimantan Timur, Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Atma Husada Mahakam di Samarinda meluncurkan layanan hotline khusus bernama "Puja Sera" atau Peduli Jiwa Selamatkan Harapan. Peluncuran ini bertepatan dengan Hari Anti Bunuh Diri Sedunia, Rabu (10/9/2025).
Layanan ini bertujuan untuk menjadi wadah konsultasi dan pertolongan pertama bagi masyarakat yang mengalami masalah kesehatan mental, khususnya depresi, yang berpotensi memicu tindakan bunuh diri.
Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RSJD Atma Husada Mahakam, Fauziah Andriyani, mengungkapkan bahwa berdasarkan data Dinas Kesehatan Kaltim, angka bunuh diri akibat depresi di Kaltim telah mencapai lebih dari 38 kasus. Angka tertinggi tercatat di Kota Samarinda, dengan sekitar 40 kasus hingga akhir Agustus lalu.
"Banyak kasus bunuh diri di kalangan anak muda dipicu oleh masalah sepele seperti putus cinta, masalah dengan orang tua, hingga perundungan (bullying)," terang Fauziah.
Oleh karena itu pihak RSJD Atma Husada Mahakam membuka layanan hotline ini untuk mendengarkan keluhan masyarakat dan menjadi teman curhat bagi mereka yang mengalami kecemasan atau depresi dan berkeinginan mengakhiri hidupnya.
Hotline Puja Sera dapat diakses selama 24 jam penuh melalui telepon atau WhatsApp di nomor 081158008887. Fauziah menegaskan bahwa kerahasiaan identitas penelepon akan terjamin sepenuhnya.
"Kita ingin sekalian melakukan pengobatan dan berkelanjutan sampai pasien ini sembuh dari depresinya," ujarnya.
Proses layanan ini diawali dengan serangkaian pertanyaan untuk menggali penyebab masalah. Jika hasil skrining menunjukkan indikasi bahaya tinggi (zona merah), tim dari RSJD akan langsung berkoordinasi dengan layanan darurat 112 untuk menjemput pelapor dan membawanya ke rumah sakit untuk penanganan intensif.
Program hotline Puja Sera ini juga menggandeng sejumlah pihak, termasuk Dinas Pendidikan Kaltim dan Samarinda, serta Perguruan Tinggi seperti Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) dan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT).
Tujuannya untuk menyasar kalangan muda, mulai dari tingkat SMA/SMK hingga mahasiswa.
"Semoga program ini bermanfaat ke depannya," tutup Fauziah.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, menekankan pentingnya respons cepat dalam layanan ini. Menurutnya, respons yang lambat justru dapat mempercepat seseorang mengambil keputusan untuk bunuh diri.
"Kalau sudah ada hotline service itu 24 jam, begitu ditelepon kurang dari 5 menit itu sudah merespon. Jadi jangan main-main kalau kita sudah buka layanan," tegasnya.
Jaya Mualimin menjelaskan, depresi adalah penyakit yang bisa diobati. Menurutnya, orang yang depresi mengalami rendahnya kadar zat serotonin di otak.
"Di rumah sakit ini dikasih obat-obatan untuk menaikkan serotonin," katanya.
Ia juga menekankan bahwa kasus bunuh diri tidak dijamin oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS. Namun, jika pasien terdiagnosa depresi, pengobatannya dapat ditanggung oleh BPJS.
"Kalau yang bersangkutan depresi, maka akan dilakukan pengobatan. Karena penyakit depresi itu sebenarnya sama," jelas Jaya.
(Sf/Rs)