Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Seputar Kaltim
Ikon baru Tugu Samarinda yang gerada di Simpang Lembuswana yang menuai kontroversi. (Foto: Maulana/Seputarfakta.com)
Samarinda - Pembangunan Tugu Pesut di Simpang Lembuswana, Samarinda, yang menelan anggaran Rp1,1 miliar dari APBD Samarinda, menuai kontroversi di kalangan masyarakat.
Desain tugu yang dianggap tidak merepresentasikan ikonik pesut Mahakam menjadi sorotan utama. Berbagai komentar negatif bermunculan di media sosial terkait desain tugu yang dinilai terlalu abstrak dan tidak sesuai dengan bentuk asli pesut. Hal ini memicu pertanyaan mengenai efektifitas penggunaan anggaran yang cukup besar untuk sebuah tugu dengan desain yang dianggap kurang memuaskan.
Pengamat ekonomi dan kebijakan publik dari Universitas Mulawarman, Purwadi, turut menyoroti masalah ini. Menurutnya, wajar jika masyarakat mempertanyakan desain tugu yang jauh berbeda dari ekspektasi.
"Wajar saja masyarakat mempertanyakan itu, karena barangnya jadi kayak berubah 180 derajat, kan gitu kan," ujarnya.
Purwadi juga menekankan pentingnya transparansi dalam pengelolaan anggaran proyek tersebut. Masyarakat berhak mengetahui secara detail mengenai perencanaan, pelaksanaan, hingga besaran anggaran yang dikeluarkan.
"Yang saya tekankan itu soal keterbukaan informasi publik. Masyarakat harus bisa mengakses secara detail, mulai dari rancangan, siapa kontraktor yang mengerjakan, dan informasi lainnya," tegasnya.
Lebih lanjut, Purwadi mempertanyakan rasionalitas anggaran yang mencapai Rp1,1 miliar untuk sebuah tugu dengan desain yang sederhana. Ia berpendapat bahwa anggaran tersebut dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur yang lebih bermanfaat bagi masyarakat, seperti sekolah atau fasilitas umum lainnya.
"Kalau membangun sekolah bisa satu gedung kali ya. Jika anggaran dialokasikan ke yang lain juga bisa lebih bermanfaat," tutup Purwadi.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Seputar Kaltim
Ikon baru Tugu Samarinda yang gerada di Simpang Lembuswana yang menuai kontroversi. (Foto: Maulana/Seputarfakta.com)
Samarinda - Pembangunan Tugu Pesut di Simpang Lembuswana, Samarinda, yang menelan anggaran Rp1,1 miliar dari APBD Samarinda, menuai kontroversi di kalangan masyarakat.
Desain tugu yang dianggap tidak merepresentasikan ikonik pesut Mahakam menjadi sorotan utama. Berbagai komentar negatif bermunculan di media sosial terkait desain tugu yang dinilai terlalu abstrak dan tidak sesuai dengan bentuk asli pesut. Hal ini memicu pertanyaan mengenai efektifitas penggunaan anggaran yang cukup besar untuk sebuah tugu dengan desain yang dianggap kurang memuaskan.
Pengamat ekonomi dan kebijakan publik dari Universitas Mulawarman, Purwadi, turut menyoroti masalah ini. Menurutnya, wajar jika masyarakat mempertanyakan desain tugu yang jauh berbeda dari ekspektasi.
"Wajar saja masyarakat mempertanyakan itu, karena barangnya jadi kayak berubah 180 derajat, kan gitu kan," ujarnya.
Purwadi juga menekankan pentingnya transparansi dalam pengelolaan anggaran proyek tersebut. Masyarakat berhak mengetahui secara detail mengenai perencanaan, pelaksanaan, hingga besaran anggaran yang dikeluarkan.
"Yang saya tekankan itu soal keterbukaan informasi publik. Masyarakat harus bisa mengakses secara detail, mulai dari rancangan, siapa kontraktor yang mengerjakan, dan informasi lainnya," tegasnya.
Lebih lanjut, Purwadi mempertanyakan rasionalitas anggaran yang mencapai Rp1,1 miliar untuk sebuah tugu dengan desain yang sederhana. Ia berpendapat bahwa anggaran tersebut dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur yang lebih bermanfaat bagi masyarakat, seperti sekolah atau fasilitas umum lainnya.
"Kalau membangun sekolah bisa satu gedung kali ya. Jika anggaran dialokasikan ke yang lain juga bisa lebih bermanfaat," tutup Purwadi.
(Sf/Rs)