Cari disini...
Seputarfakta.com - Muhammad Anshori -
Seputar Kaltim
Ilustrasi. (Freepik)
Tenggarong - Pelecehan seksual yang dialami 11 anak di Kecamatan Tenggarong diduga terjadi akibat pelaku sering menonton film porno.
Kuasa Hukum Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jembatan Keadilan Nusantara (JKN), Ismail Panda Lubis mengatakan kebiasaan tersebut membuat pelaku terinspirasi untuk mempraktikannya.
"Kami mendapat info kalau dari salah satu pelaku ada yang mengkonsumsi film porno, itu perlu diselidiki video tersebut didapat dari siapa," kata Panda, Senin (6/10/2025).
Lubis mengungkapkan pihaknya juga telah melakukan pendampingan kepada para orang tua korban untuk dimintai keterangan oleh Polres Kukar. Dalam keterangan tersebut, mereka menyampaikan kondisi anak-anaknya yang mengalami trauma berat akibat kejadian tersebut.
"Orang tua korban sudah dimintai keterangan untuk memastikan kondisi korban dan keluhan lainnya atas kejadian itu di Polres Kukar, Sabtu (4/10/2025)," ujarnya.
Kata dia, beberapa korban mengalami trauma berat hingga tidak menjalankan aktivitas sekolah semenjak terjadi peristiwa tersebut pada 21 Agustus 2025 lalu.
Para orang tua korban juga merasa khawatir karena terduga pelaku masih aktif sekolah dan mereka satu wilayah.
Pihaknya meminta kepada pemerintah daerah (pemda) khususnya Dinas Sosial (Dinsos), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), serta Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) untuk dapat melakukan rehabilitasi, memberikan jaminan perlindungan dan rehabilitasi kepada korban maupun orang tuanya.
"Kami berharap peran pemda menindak tegas dan lebih aktif. Selama ini yang menjadi predator itu yang kita ketahui pelakunya dewasa, tapi kali ini predator anak kepada temannya cukup banyak," ucapnya.
Ia menilai seluruh pihak harus peka terhadap permasalahan kasus ini. Apa yang menjadi penyebab terjadinya kasus tersebut harus ada tindakan cepat, sehingga tidak banyak anak lainnya yang menjadi korban kekerasan seksual.
"Kemajuan teknologi tanpa pengawasan akan menjadi permasalahan baru dan jangan sampai mereka masuk jaringan baru LGBT. Karena korban ini bukan hanya perempuan, tapi juga laki-laki," tutupnya.
(Sf/Lo)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Muhammad Anshori -
Seputar Kaltim
Ilustrasi. (Freepik)
Tenggarong - Pelecehan seksual yang dialami 11 anak di Kecamatan Tenggarong diduga terjadi akibat pelaku sering menonton film porno.
Kuasa Hukum Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jembatan Keadilan Nusantara (JKN), Ismail Panda Lubis mengatakan kebiasaan tersebut membuat pelaku terinspirasi untuk mempraktikannya.
"Kami mendapat info kalau dari salah satu pelaku ada yang mengkonsumsi film porno, itu perlu diselidiki video tersebut didapat dari siapa," kata Panda, Senin (6/10/2025).
Lubis mengungkapkan pihaknya juga telah melakukan pendampingan kepada para orang tua korban untuk dimintai keterangan oleh Polres Kukar. Dalam keterangan tersebut, mereka menyampaikan kondisi anak-anaknya yang mengalami trauma berat akibat kejadian tersebut.
"Orang tua korban sudah dimintai keterangan untuk memastikan kondisi korban dan keluhan lainnya atas kejadian itu di Polres Kukar, Sabtu (4/10/2025)," ujarnya.
Kata dia, beberapa korban mengalami trauma berat hingga tidak menjalankan aktivitas sekolah semenjak terjadi peristiwa tersebut pada 21 Agustus 2025 lalu.
Para orang tua korban juga merasa khawatir karena terduga pelaku masih aktif sekolah dan mereka satu wilayah.
Pihaknya meminta kepada pemerintah daerah (pemda) khususnya Dinas Sosial (Dinsos), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud), serta Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) untuk dapat melakukan rehabilitasi, memberikan jaminan perlindungan dan rehabilitasi kepada korban maupun orang tuanya.
"Kami berharap peran pemda menindak tegas dan lebih aktif. Selama ini yang menjadi predator itu yang kita ketahui pelakunya dewasa, tapi kali ini predator anak kepada temannya cukup banyak," ucapnya.
Ia menilai seluruh pihak harus peka terhadap permasalahan kasus ini. Apa yang menjadi penyebab terjadinya kasus tersebut harus ada tindakan cepat, sehingga tidak banyak anak lainnya yang menjadi korban kekerasan seksual.
"Kemajuan teknologi tanpa pengawasan akan menjadi permasalahan baru dan jangan sampai mereka masuk jaringan baru LGBT. Karena korban ini bukan hanya perempuan, tapi juga laki-laki," tutupnya.
(Sf/Lo)