Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Seputar Kaltim
RSUD IA Moeis Kota Samarinda yang bakal punya gedung baru, dibangun dengan skema KPBU bersama investor asal Australia. (Foto: Tria/Seputarfakta.com)
Samarinda — RSUD Inche Abdul Moeis Samarinda akan menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang dikelola langsung oleh investor asing dalam struktur manajemennya.
Melalui skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), pihak konsorsium dari Indonesia dan Australia akan terlibat aktif dalam pengoperasian sekaligus pengelolaan layanan kesehatan di rumah sakit milik Pemerintah Kota Samarinda ini.
Direktur RSUD IA Moeis, dr Osa Rafshodia mengatakan dalam kerja sama tersebut investor tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga menjalankan sejumlah layanan medis unggulan. Setidaknya akan ada lima layanan yang akan dikelola secara langsung, di antaranya poli jantung, poli rehabilitasi medik, dan layanan kecantikan.
“Nanti dari sisi nama, ketika tanda tangan kontrak, nama RSUD IA Moeis ini akan berubah menjadi RSUD IA Moeis Managed by*Plenary Asia–Aspen Medical Group Indonesia, jadi ada penambahan nama,” ungkap Osa.
Menurutnya, skema KPBU ini menjadi terobosan karena menggabungkan pengelolaan bertaraf internasional secara nyata. “Sekarang banyak rumah sakit bertaraf internasional, tapi belum ada yang juga dimanajemen oleh orang internasional. Kalau kita ini beda, unggulnya di situ,” jelasnya.
Komposisi manajemen nantinya akan dibagi, 70 persen dikelola oleh pihak lokal dan 30 persen oleh mitra asal Australia. Nantinya beberapa tenaga profesional dari Australia akan duduk di posisi manajerial, serta dilakukan pertukaran pengetahuan melalui pelatihan lintas negara.
Kerja sama ini akan berlangsung selama 20 tahun, dengan ketentuan seluruh aset rumah sakit akan dikembalikan kepada Pemkot Samarinda setelah masa kontrak berakhir. Perpanjangan akan dibicarakan kembali melalui proses negosiasi jika ingin berlanjut.
“Dalam enam bulan pertama, tenaga ahli dari Australia akan datang ke Samarinda dan kita juga akan dilatih langsung di Australia,” imbuhnya.
Secara fisik, pembangunan empat gedung rumah sakit akan dimulai sekitar dua hingga tiga bulan setelah penandatanganan kontrak. Durasi pembangunan ditargetkan selama 18 bulan. Selama proses tersebut, operasional rumah sakit tetap berjalan di gedung lama hingga estimasi perpindahan ke gedung baru pada Agustus 2027.
“Saat Pak Wali tanda tangan kontrak, kira-kira satu atau dua bulan setelahnya dana investasi masuk ke Samarinda,” ujar Osa.
Nilai investasi tahap awal mencapai 15 juta dolar AS atau sekitar Rp230 miliar. Total investasi yang akan digelontorkan mencapai Rp740 miliar dan akan disalurkan dalam dua tahap.
“Jadi mereka tidak hanya bangun gedung, tapi juga terlibat untuk mengoperasikan rumah sakit,” pungkasnya.
(Sf/Lo)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Seputar Kaltim
RSUD IA Moeis Kota Samarinda yang bakal punya gedung baru, dibangun dengan skema KPBU bersama investor asal Australia. (Foto: Tria/Seputarfakta.com)
Samarinda — RSUD Inche Abdul Moeis Samarinda akan menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang dikelola langsung oleh investor asing dalam struktur manajemennya.
Melalui skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), pihak konsorsium dari Indonesia dan Australia akan terlibat aktif dalam pengoperasian sekaligus pengelolaan layanan kesehatan di rumah sakit milik Pemerintah Kota Samarinda ini.
Direktur RSUD IA Moeis, dr Osa Rafshodia mengatakan dalam kerja sama tersebut investor tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga menjalankan sejumlah layanan medis unggulan. Setidaknya akan ada lima layanan yang akan dikelola secara langsung, di antaranya poli jantung, poli rehabilitasi medik, dan layanan kecantikan.
“Nanti dari sisi nama, ketika tanda tangan kontrak, nama RSUD IA Moeis ini akan berubah menjadi RSUD IA Moeis Managed by*Plenary Asia–Aspen Medical Group Indonesia, jadi ada penambahan nama,” ungkap Osa.
Menurutnya, skema KPBU ini menjadi terobosan karena menggabungkan pengelolaan bertaraf internasional secara nyata. “Sekarang banyak rumah sakit bertaraf internasional, tapi belum ada yang juga dimanajemen oleh orang internasional. Kalau kita ini beda, unggulnya di situ,” jelasnya.
Komposisi manajemen nantinya akan dibagi, 70 persen dikelola oleh pihak lokal dan 30 persen oleh mitra asal Australia. Nantinya beberapa tenaga profesional dari Australia akan duduk di posisi manajerial, serta dilakukan pertukaran pengetahuan melalui pelatihan lintas negara.
Kerja sama ini akan berlangsung selama 20 tahun, dengan ketentuan seluruh aset rumah sakit akan dikembalikan kepada Pemkot Samarinda setelah masa kontrak berakhir. Perpanjangan akan dibicarakan kembali melalui proses negosiasi jika ingin berlanjut.
“Dalam enam bulan pertama, tenaga ahli dari Australia akan datang ke Samarinda dan kita juga akan dilatih langsung di Australia,” imbuhnya.
Secara fisik, pembangunan empat gedung rumah sakit akan dimulai sekitar dua hingga tiga bulan setelah penandatanganan kontrak. Durasi pembangunan ditargetkan selama 18 bulan. Selama proses tersebut, operasional rumah sakit tetap berjalan di gedung lama hingga estimasi perpindahan ke gedung baru pada Agustus 2027.
“Saat Pak Wali tanda tangan kontrak, kira-kira satu atau dua bulan setelahnya dana investasi masuk ke Samarinda,” ujar Osa.
Nilai investasi tahap awal mencapai 15 juta dolar AS atau sekitar Rp230 miliar. Total investasi yang akan digelontorkan mencapai Rp740 miliar dan akan disalurkan dalam dua tahap.
“Jadi mereka tidak hanya bangun gedung, tapi juga terlibat untuk mengoperasikan rumah sakit,” pungkasnya.
(Sf/Lo)