Haul Guru Sekumpul, Wadah Umat Muslim Nusantara Berkumpul

    Seputarfakta.com - Maulana & Tria  -

    Seputar Kaltim

    18 Januari 2024 10:57 WIB

    Para jemaah Haul Guru Sekumpul 2024 yang sudah memadati kawasan Musholla Ar Raudlah dari Minggu pertama 10 Januari hingga kini, jumlah terus bertambah. (Foto: HO/Syifa)

    Samarinda - Nama KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, alias Guru Ijay, atau yang lebih dikenal dengan Guru Sekumpul sudah demikian lekat sebagai sosok pemersatu umat Muslim di Pulau Kalimantan. Ulama kharismatik itu, bahkan terus menuai pengikut meski telah mangkat pada 10 Agustus 2005 silam. 

    Pada peringatan hari wafatnya, ratusan ribu hingga jutaan umat muslim membanjiri Kota Martapura, di Kalimantan Selatan (Kalsel), untuk mengikuti acara yang disebut dengan Haul Guru Sekumpul. 

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, mendefinisikan haul sebagai peringatan hari wafat seseorang yang diadakan setahun sekali (biasanya disertai selamatan arwah). Demikian pula Haul Guru Sekumpul, digelar rutin setiap tahun dihitung berdasarkan penanggalan Hijriyah yakni pada setiap tanggal 5 bulan Rajab. 

    Tahun ini, haul digelar pada Minggu 14 Januari 2024. Pada puncak pelaksanaannya, pada Minggu malam,  Kepolisian Resor Kabupaten Banjar, Kalsel, mencatat terdapat total 3.200.020 orang menghadiri pelaksanaan haul yang memasuki gelaran yang ke-19 tersebut. 

    Dari angka itu, sudah hampir bisa dipastikan bahwa lautan manusia yang menjejali sekitar Musala Ar- Raudah, tempat pelaksanaan haul tidak hanya berasal dari warga sekitar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2022, jumlah penduduk Kecamatan Martapura adalah 125.722 jiwa. Bahkan jumlah penduduk di Kabupaten Banjar secara keseluruhan tak mencapai setengah dari total jemaah yang hadir, yakni 579.910 jiwa. 

    Ini semakin menegaskan bahwa, kabar berkumpulnya jemaah dari seluruh Pulau Kalimantan, hingga penjuru Nusantara bukan isapan jempol semata. 

    Satu di antara jutaan orang yang hadir pada haul Guru Sekumpul adalah  Syifa Hajati. Seorang mahasiswi Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda. Bersama keluarganya, Syifa berangkat dari Samarinda Kalimantan Timur yang bertetangga dengan Kalsel menggunakan mobil pribadi dengan jarak tempuh kurang lebih 20 jam. 

    Itu adalah subuh hari yang teduh pada Kamis 11 Januari 2024. Perjalanan menuju haul kata Syifa adalah rutinitas di keluarganya tiap tahun. Hanya saja, jika biasanya perjalanan ditempuh dengan menyeberang laut antara Balikpapan ke Penajam menggunakan kapal ferry. Maka tahun ini, Syifa dan keluarga melalui jalur darat yaitu jalan area Ibu Kota Negara (IKN) di Sepaku tembus ke Desa Petung karena akses jalan sudah bagus.

    "Kami lewat IKN, karena akses jalannya sudah bagus. Juga  antrean kapal ferry sangat lama dengan sekali naik Rp300 ribu lebih tarifnya," ungkap Syifa kepada seputarfakta.com, Senin (15/1/2024).

    Syifa mengatakan, sepanjang perjalanan ia merasakan keramahan dan kemurahan dari warga setempat yang menyediakan berbagai fasilitas gratis untuk jemaah haul. Mulai dari area Sepaku, ia sudah menemukan dapur umum rest area untuk jamaah haul yang lapar atau haus. Semua disediakan gratis.

    Sampai di daerah Tanjung ke Binuang, tidak ada hentinya makan minum gratis. Bahkan ada bengkel gratis, BBM khusus pengendara motor gratis, dan karena lagi musim buah-buahan, ada juga yang membagikan hasil kebun mereka secara gratis di pinggir jalan.

    "Sehingga kami keluar biaya hanya untuk bensin mobil sekitar Rp500 ribu sudah sampai ke Sekumpul. Kami dipanggil-panggil setiap rest area untuk makan minum dan beristirahat, bahkan hal ini lah yang membuat mulai kemacetan. Tapi alhamdulillah saat itu masih belum terlalu macet banget," bebernya.

    Syifa mengaku, ia sudah beberapa kali mengikuti haul Guru Sekumpul. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dan istimewa dari haul beliau. Ia merasa lebih tenang, damai, dan bahagia. Ia juga merasa lebih dekat dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW.

    "Ada rasa kangen yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada rasa cinta yang tidak bisa diukur dengan apapun. Ada rasa syukur yang tidak bisa dibayar dengan harta. Itulah yang saya rasakan setiap mengikuti haul Guru Sekumpul," tuturnya.

    Pada Jumat (12/1/2024), jamaah haul mulai berdatangan yang membuat macet total. Tidak hanya bus, bahkan taksi dicarter juga untuk menuju Sekumpul. Pengendara mobil dan motor pribadi pun banyak. Kepolisian pun kewalahan. Untung saja banyak warga yang menjadi relawan untuk mengarahkan arus lalu lintas sampai ke Sekumpul.

    Untuk Kalimantan Timur, mendapat stiker warna biru yang dipasang di kendaraannya. Ini menjadi sebuah simbol dari daerah mana jamaah haul tersebut. Dari daerah Samarinda, para pimpinan pondok sudah mengarahkan santri untuk ikut dalam rombongan keberangkatan menuju Sekumpul Martapura. Sampai pemerintah pun menyediakan beberapa bus untuk jamaah berangkat.

    Sepanjang perjalanan, masjid atau langgar menjadi tempat istirahat jamaah. Banyak penginapan daerah Martapura digratiskan untuk jamaah. Rumah area Sekumpul open house untuk jamaah beristirahat beberapa hari sebelum malam haul Abah Guru Sekumpul.

    Sesampainya di daerah Kalsel, jamaah rata-rata berziarah ke makam datu-datu di sini yang wajib didatangi. Seperti makam Syekh Arsyad Al-Banjari di Kelampayan, Datu Sanggul di Tapin, Datu Bangkala di Binuang, Datu Abulung di Sungai Rangas, Datu Bagul di Tungkaran, dan pastinya ke makam Ayahanda Abah Guru Sekumpul di Martapura.

    Setelah itu, terakhir jamaah ke Sekumpul untuk berziarah. Sehari sebelum haulan Abah Guru Sekumpul, jalan raya sudah ditutup untuk pengguna kendaraan roda empat. Yang boleh hanya motor dan penjalan kaki saja.

    Saat hari Minggu (14/1/2024) setelah subuh, sudah ramai jamaah mencari posisi duduk agar masuk shaf Sekumpul. Sholat Zuhur, sholat Ashar, dan sholat Magrib berjamaah shafa sholatnya sampai ke bundaran Banjarbaru. Di pinggir, depan toko orang, bahkan di dalam Q Mall padat juga jamaah. Dengan rangkaian diawali membaca Burdah, ba'da Magrib membaca maulid Simtudduror, dan ditutup tahlil doa bersama. Sholat Isya berjamaah dan selesai, jalan pun padat kembali dengan jamaah ke arus balik. Kurang lebih dua jam setelah haulan selesai, hujan turun dengan deras sampai subuh esoknya.

    Pada puncak perayaan haul ini pada Selasa (16/1/2023) yang bertepatan 5 Rajab tidak dibuka untuk umum yang diadakan di mushola Ar Raudhah Sekumpul. Namun, para peziarah tak perlu khawatir, masih ada kesempatan pada Minggu kedua (21/1/2023). Diperkirakan para jemaah akan terus berdatangan, dan adapun yang sudah bertahan seminggu, sudah balik ke daerahnya masing-masing.

    Momentum religi tahunan ini, biasanya Gubernur Kaltim, Isran Noor secara pribadi memberikan fasilitas bus gratis untuk para jemaah. Untuk 2024 ini, pejabat dari pemprov belum memberikan fasilitas serupa untuk keberangkatan jemaah.

    "Belum ada informasi dari pihak pemprov untuk memberikan fasilitas itu, yang pasti waktu itu secara pribadi dari kantongnya pak Isran Noor sendiri," Biro Humas Pemprov Kaltim, Kiky Marietha dihubungi di Samarinda, Rabu.

    Walaupun begitu, tak menyurutkan para jemaah untuk hadir di haul Abah Guru Sekumpul ke-19 tahun 2024, dan menjadi bukti bahwa antusiasme jamaah yang tak pernah padam. Meski harus menghadapi berbagai rintangan dan tantangan, jamaah tetap bersemangat untuk mengikuti haul beliau. Mereka berharap, dengan mengikuti haul beliau, mereka akan mendapatkan syafaat dan ridha dari Allah SWT dan Rasulullah SAW. 

    (Sf/Rs)

    Tim Editorial

    Connect With Us

    Copyright @ 2023 seputarfakta.com.
    All right reserved

    Kategori

    Informasi

    Haul Guru Sekumpul, Wadah Umat Muslim Nusantara Berkumpul

    Seputarfakta.com - Maulana & Tria  -

    Seputar Kaltim

    18 Januari 2024 10:57 WIB

    Para jemaah Haul Guru Sekumpul 2024 yang sudah memadati kawasan Musholla Ar Raudlah dari Minggu pertama 10 Januari hingga kini, jumlah terus bertambah. (Foto: HO/Syifa)

    Samarinda - Nama KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, alias Guru Ijay, atau yang lebih dikenal dengan Guru Sekumpul sudah demikian lekat sebagai sosok pemersatu umat Muslim di Pulau Kalimantan. Ulama kharismatik itu, bahkan terus menuai pengikut meski telah mangkat pada 10 Agustus 2005 silam. 

    Pada peringatan hari wafatnya, ratusan ribu hingga jutaan umat muslim membanjiri Kota Martapura, di Kalimantan Selatan (Kalsel), untuk mengikuti acara yang disebut dengan Haul Guru Sekumpul. 

    Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, mendefinisikan haul sebagai peringatan hari wafat seseorang yang diadakan setahun sekali (biasanya disertai selamatan arwah). Demikian pula Haul Guru Sekumpul, digelar rutin setiap tahun dihitung berdasarkan penanggalan Hijriyah yakni pada setiap tanggal 5 bulan Rajab. 

    Tahun ini, haul digelar pada Minggu 14 Januari 2024. Pada puncak pelaksanaannya, pada Minggu malam,  Kepolisian Resor Kabupaten Banjar, Kalsel, mencatat terdapat total 3.200.020 orang menghadiri pelaksanaan haul yang memasuki gelaran yang ke-19 tersebut. 

    Dari angka itu, sudah hampir bisa dipastikan bahwa lautan manusia yang menjejali sekitar Musala Ar- Raudah, tempat pelaksanaan haul tidak hanya berasal dari warga sekitar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2022, jumlah penduduk Kecamatan Martapura adalah 125.722 jiwa. Bahkan jumlah penduduk di Kabupaten Banjar secara keseluruhan tak mencapai setengah dari total jemaah yang hadir, yakni 579.910 jiwa. 

    Ini semakin menegaskan bahwa, kabar berkumpulnya jemaah dari seluruh Pulau Kalimantan, hingga penjuru Nusantara bukan isapan jempol semata. 

    Satu di antara jutaan orang yang hadir pada haul Guru Sekumpul adalah  Syifa Hajati. Seorang mahasiswi Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda. Bersama keluarganya, Syifa berangkat dari Samarinda Kalimantan Timur yang bertetangga dengan Kalsel menggunakan mobil pribadi dengan jarak tempuh kurang lebih 20 jam. 

    Itu adalah subuh hari yang teduh pada Kamis 11 Januari 2024. Perjalanan menuju haul kata Syifa adalah rutinitas di keluarganya tiap tahun. Hanya saja, jika biasanya perjalanan ditempuh dengan menyeberang laut antara Balikpapan ke Penajam menggunakan kapal ferry. Maka tahun ini, Syifa dan keluarga melalui jalur darat yaitu jalan area Ibu Kota Negara (IKN) di Sepaku tembus ke Desa Petung karena akses jalan sudah bagus.

    "Kami lewat IKN, karena akses jalannya sudah bagus. Juga  antrean kapal ferry sangat lama dengan sekali naik Rp300 ribu lebih tarifnya," ungkap Syifa kepada seputarfakta.com, Senin (15/1/2024).

    Syifa mengatakan, sepanjang perjalanan ia merasakan keramahan dan kemurahan dari warga setempat yang menyediakan berbagai fasilitas gratis untuk jemaah haul. Mulai dari area Sepaku, ia sudah menemukan dapur umum rest area untuk jamaah haul yang lapar atau haus. Semua disediakan gratis.

    Sampai di daerah Tanjung ke Binuang, tidak ada hentinya makan minum gratis. Bahkan ada bengkel gratis, BBM khusus pengendara motor gratis, dan karena lagi musim buah-buahan, ada juga yang membagikan hasil kebun mereka secara gratis di pinggir jalan.

    "Sehingga kami keluar biaya hanya untuk bensin mobil sekitar Rp500 ribu sudah sampai ke Sekumpul. Kami dipanggil-panggil setiap rest area untuk makan minum dan beristirahat, bahkan hal ini lah yang membuat mulai kemacetan. Tapi alhamdulillah saat itu masih belum terlalu macet banget," bebernya.

    Syifa mengaku, ia sudah beberapa kali mengikuti haul Guru Sekumpul. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dan istimewa dari haul beliau. Ia merasa lebih tenang, damai, dan bahagia. Ia juga merasa lebih dekat dengan Allah SWT dan Rasulullah SAW.

    "Ada rasa kangen yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada rasa cinta yang tidak bisa diukur dengan apapun. Ada rasa syukur yang tidak bisa dibayar dengan harta. Itulah yang saya rasakan setiap mengikuti haul Guru Sekumpul," tuturnya.

    Pada Jumat (12/1/2024), jamaah haul mulai berdatangan yang membuat macet total. Tidak hanya bus, bahkan taksi dicarter juga untuk menuju Sekumpul. Pengendara mobil dan motor pribadi pun banyak. Kepolisian pun kewalahan. Untung saja banyak warga yang menjadi relawan untuk mengarahkan arus lalu lintas sampai ke Sekumpul.

    Untuk Kalimantan Timur, mendapat stiker warna biru yang dipasang di kendaraannya. Ini menjadi sebuah simbol dari daerah mana jamaah haul tersebut. Dari daerah Samarinda, para pimpinan pondok sudah mengarahkan santri untuk ikut dalam rombongan keberangkatan menuju Sekumpul Martapura. Sampai pemerintah pun menyediakan beberapa bus untuk jamaah berangkat.

    Sepanjang perjalanan, masjid atau langgar menjadi tempat istirahat jamaah. Banyak penginapan daerah Martapura digratiskan untuk jamaah. Rumah area Sekumpul open house untuk jamaah beristirahat beberapa hari sebelum malam haul Abah Guru Sekumpul.

    Sesampainya di daerah Kalsel, jamaah rata-rata berziarah ke makam datu-datu di sini yang wajib didatangi. Seperti makam Syekh Arsyad Al-Banjari di Kelampayan, Datu Sanggul di Tapin, Datu Bangkala di Binuang, Datu Abulung di Sungai Rangas, Datu Bagul di Tungkaran, dan pastinya ke makam Ayahanda Abah Guru Sekumpul di Martapura.

    Setelah itu, terakhir jamaah ke Sekumpul untuk berziarah. Sehari sebelum haulan Abah Guru Sekumpul, jalan raya sudah ditutup untuk pengguna kendaraan roda empat. Yang boleh hanya motor dan penjalan kaki saja.

    Saat hari Minggu (14/1/2024) setelah subuh, sudah ramai jamaah mencari posisi duduk agar masuk shaf Sekumpul. Sholat Zuhur, sholat Ashar, dan sholat Magrib berjamaah shafa sholatnya sampai ke bundaran Banjarbaru. Di pinggir, depan toko orang, bahkan di dalam Q Mall padat juga jamaah. Dengan rangkaian diawali membaca Burdah, ba'da Magrib membaca maulid Simtudduror, dan ditutup tahlil doa bersama. Sholat Isya berjamaah dan selesai, jalan pun padat kembali dengan jamaah ke arus balik. Kurang lebih dua jam setelah haulan selesai, hujan turun dengan deras sampai subuh esoknya.

    Pada puncak perayaan haul ini pada Selasa (16/1/2023) yang bertepatan 5 Rajab tidak dibuka untuk umum yang diadakan di mushola Ar Raudhah Sekumpul. Namun, para peziarah tak perlu khawatir, masih ada kesempatan pada Minggu kedua (21/1/2023). Diperkirakan para jemaah akan terus berdatangan, dan adapun yang sudah bertahan seminggu, sudah balik ke daerahnya masing-masing.

    Momentum religi tahunan ini, biasanya Gubernur Kaltim, Isran Noor secara pribadi memberikan fasilitas bus gratis untuk para jemaah. Untuk 2024 ini, pejabat dari pemprov belum memberikan fasilitas serupa untuk keberangkatan jemaah.

    "Belum ada informasi dari pihak pemprov untuk memberikan fasilitas itu, yang pasti waktu itu secara pribadi dari kantongnya pak Isran Noor sendiri," Biro Humas Pemprov Kaltim, Kiky Marietha dihubungi di Samarinda, Rabu.

    Walaupun begitu, tak menyurutkan para jemaah untuk hadir di haul Abah Guru Sekumpul ke-19 tahun 2024, dan menjadi bukti bahwa antusiasme jamaah yang tak pernah padam. Meski harus menghadapi berbagai rintangan dan tantangan, jamaah tetap bersemangat untuk mengikuti haul beliau. Mereka berharap, dengan mengikuti haul beliau, mereka akan mendapatkan syafaat dan ridha dari Allah SWT dan Rasulullah SAW. 

    (Sf/Rs)