Forum Sumbu Tengah, Merawat Literasi dan Keberanian Berpendapat di Tengah Batasan UU ITE

    Seputarfakta.com - Maulana -

    Seputar Kaltim

    29 Mei 2025 08:13 WIB

    Forum kajian sumbu tengah yang membahas beberapa isu strategis dan tak populer. (Foto: Ho-DokumentasiPribadi)

    Samarinda - Sepuluh pembicara lintas keilmuan dan portofolio tampil bersama dalam forum Sumbu Tengah yang digelar di Perpustakaan Kota Samarinda, Rabu (28/5/2025).

    Mereka adalah Rusdianto, Briza Meidina Syakirah, Fajar Alam, Refinaya J, Maulani Al Amin, Muhammad Aria Gibraltar Syahid, Rahmat Surya, Krisdiyanto, Muhammad Al Fatih dan Muhammad Sarip.

    Kegiatan diskusi yang mengusung prinsip egaliter ini mengungkap fakta yang tak banyak diketahui publik.

    Dikemukakan juga opini yang menurut sebagian orang tidak populer. Tetapi forum menyadari kebebasan berbicara di negeri ini masih dibatasi hukum negara seperti UU ITE.

    Rusdianto selaku inisiator memulai dengan pembacaan puisi bermuatan satire terhadap tulisan-tulisan yang diklaim sebagai sastra.

    Krisdiyanto selaku pedagang sembako mengungkap, jika harga barang kebutuhan pokok naik, maka yang paling diuntungkan justru negara karena nominal pajak juga meningkat.

    Seniman tari, teater dan film Briza Meidina menyesalkan stereotip yang negatif dari sebagian orang terhadap pekerja seni bidang tari.

    “Pelecehan seksual juga sering terjadi dalam interaksi di dunia kesenian dan sinema. Makanya kalau kami reading naskah, ada teks yang berbunyi stop kekerasan dan pelecehan seksual,” ungkap Putri Tari Indonesia Kalimantan Timur (Kaltim) 2023 itu.

    Maulani, Pemred KPFM Samarinda yang sedang menyelesaikan studi S-2 Ilmu Komunikasi di UMB Jakarta membagikan pengalamannya dalam menekuni hobi membaca hingga tertarik bekerja di media pers.

    Fatih, jurnalis Kaltimkece menyatakan tugas karya jurnalistik dan seni adalah membangkitkan keraguan agar mendorong orang untuk berpikir."

    Refinaya dari Perempuan Mahardhika Samarinda menyebut pembelaannya terhadap kaum tertindas berlaku universal, meskipun advokasi terhadap hak perempuan juga masih kurang.

    “Kami juga membela Palestina karena hak kemerdekaan tidak memandang suku, ras dan agamanya,” ujar mahasiswa Hubungan Internasional FISIP Unmul itu.

    Sementara Fajar Alam yang juga ketua Prodi Teknik Geologi UMKT Samarinda mengemukakan hipotesis Kerajaan Kutai Kertanegara memindahkan ibu kota dari Kutai Lama ke Jembayan, tidak ke Samarinda merupakan hal yang visioner.

    “Boleh jadi ada pertimbangan geologis bahwa daratan Samarinda memang selalu terendam air pasang, sehingga tidak cocok didirikan pusat kerajaan,” kata Ketua Lasaloka-KSB tersebut.

    Pembicara berikutnya, Gibraltar mereview buku novel berbahasa Inggris berjudul 1984 karya George Orwell. 

    “Quote dari buku ini kebodohan adalah kekuatan. Buku ini tidak ingin masyarakat menjadi pintar. Untungnya buku ini dijual di Indonesia. Kalau tidak, negara kita akan satu deret dengan Korea Utara yang melarang peredaran buku ini,” papar Gibral.

    Surya koordinator Gusdurian Samarinda menyoroti semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang masih tidak terealisasi, terkait kasus aktual pembangunan sebuah tempat ibadah di Samarinda.

    “Literasi masih menjadi persoalan karena ada sebagian orang yang berpikir bahwa perbedaan bukan rahmat, tetapi perbedaan itu harus diberantas,” sebut Surya.

    Pembicara terakhir, Sarip mengemukakan forum ini memberikan ruang bicara kepada person yang ingin berpendapat secara jujur tanpa gimik dan seremoni atas nama literasi.

    Dengan pasal kontroversial dalam UU ITE, sebagian materi diskusi disepakati merupakan hal yang yang tidak dapat dipublikasikan atau off the record. 

    Sumbu Tengah yang digagas oleh Rusdianto ini merupakan akronim dari Solidaritas Usaha Membina Budaya Ucap, Tulis, Ekspresi, Nalar, Gagasan, Ajaran dan Hikmah.

    Sumbu Tengah edisi perdana mengundang audiens terbatas karena pertimbangan komitmen peserta untuk tidak merekam dan menyebarluaskan isi pembicaraan forum, kecuali video resmi dari Sumbu Tengah yang telah melalui proses editing.

    Peserta yang hadir yaitu Wandan Dewi Muria Sari, Nasya Rahaya, Vian, Alip Laila, Muhammad Zaini, M Adi BS, Safia Sekar Batingka Bungas, Muhammad Fajar Saputra, Nita Widya, Nevrianto Hardi Prasetyo, Wahyu Musyifa, Erna dan lain-lain.

    Materi dari forum ini akan terbitkan menjadi buku supaya manfaatnya juga dapat diakses publik secara luas. 

    (Sf/Lo)

    Tim Editorial

    Connect With Us

    Copyright @ 2023 seputarfakta.com.
    All right reserved

    Kategori

    Informasi

    Forum Sumbu Tengah, Merawat Literasi dan Keberanian Berpendapat di Tengah Batasan UU ITE

    Seputarfakta.com - Maulana -

    Seputar Kaltim

    29 Mei 2025 08:13 WIB

    Forum kajian sumbu tengah yang membahas beberapa isu strategis dan tak populer. (Foto: Ho-DokumentasiPribadi)

    Samarinda - Sepuluh pembicara lintas keilmuan dan portofolio tampil bersama dalam forum Sumbu Tengah yang digelar di Perpustakaan Kota Samarinda, Rabu (28/5/2025).

    Mereka adalah Rusdianto, Briza Meidina Syakirah, Fajar Alam, Refinaya J, Maulani Al Amin, Muhammad Aria Gibraltar Syahid, Rahmat Surya, Krisdiyanto, Muhammad Al Fatih dan Muhammad Sarip.

    Kegiatan diskusi yang mengusung prinsip egaliter ini mengungkap fakta yang tak banyak diketahui publik.

    Dikemukakan juga opini yang menurut sebagian orang tidak populer. Tetapi forum menyadari kebebasan berbicara di negeri ini masih dibatasi hukum negara seperti UU ITE.

    Rusdianto selaku inisiator memulai dengan pembacaan puisi bermuatan satire terhadap tulisan-tulisan yang diklaim sebagai sastra.

    Krisdiyanto selaku pedagang sembako mengungkap, jika harga barang kebutuhan pokok naik, maka yang paling diuntungkan justru negara karena nominal pajak juga meningkat.

    Seniman tari, teater dan film Briza Meidina menyesalkan stereotip yang negatif dari sebagian orang terhadap pekerja seni bidang tari.

    “Pelecehan seksual juga sering terjadi dalam interaksi di dunia kesenian dan sinema. Makanya kalau kami reading naskah, ada teks yang berbunyi stop kekerasan dan pelecehan seksual,” ungkap Putri Tari Indonesia Kalimantan Timur (Kaltim) 2023 itu.

    Maulani, Pemred KPFM Samarinda yang sedang menyelesaikan studi S-2 Ilmu Komunikasi di UMB Jakarta membagikan pengalamannya dalam menekuni hobi membaca hingga tertarik bekerja di media pers.

    Fatih, jurnalis Kaltimkece menyatakan tugas karya jurnalistik dan seni adalah membangkitkan keraguan agar mendorong orang untuk berpikir."

    Refinaya dari Perempuan Mahardhika Samarinda menyebut pembelaannya terhadap kaum tertindas berlaku universal, meskipun advokasi terhadap hak perempuan juga masih kurang.

    “Kami juga membela Palestina karena hak kemerdekaan tidak memandang suku, ras dan agamanya,” ujar mahasiswa Hubungan Internasional FISIP Unmul itu.

    Sementara Fajar Alam yang juga ketua Prodi Teknik Geologi UMKT Samarinda mengemukakan hipotesis Kerajaan Kutai Kertanegara memindahkan ibu kota dari Kutai Lama ke Jembayan, tidak ke Samarinda merupakan hal yang visioner.

    “Boleh jadi ada pertimbangan geologis bahwa daratan Samarinda memang selalu terendam air pasang, sehingga tidak cocok didirikan pusat kerajaan,” kata Ketua Lasaloka-KSB tersebut.

    Pembicara berikutnya, Gibraltar mereview buku novel berbahasa Inggris berjudul 1984 karya George Orwell. 

    “Quote dari buku ini kebodohan adalah kekuatan. Buku ini tidak ingin masyarakat menjadi pintar. Untungnya buku ini dijual di Indonesia. Kalau tidak, negara kita akan satu deret dengan Korea Utara yang melarang peredaran buku ini,” papar Gibral.

    Surya koordinator Gusdurian Samarinda menyoroti semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang masih tidak terealisasi, terkait kasus aktual pembangunan sebuah tempat ibadah di Samarinda.

    “Literasi masih menjadi persoalan karena ada sebagian orang yang berpikir bahwa perbedaan bukan rahmat, tetapi perbedaan itu harus diberantas,” sebut Surya.

    Pembicara terakhir, Sarip mengemukakan forum ini memberikan ruang bicara kepada person yang ingin berpendapat secara jujur tanpa gimik dan seremoni atas nama literasi.

    Dengan pasal kontroversial dalam UU ITE, sebagian materi diskusi disepakati merupakan hal yang yang tidak dapat dipublikasikan atau off the record. 

    Sumbu Tengah yang digagas oleh Rusdianto ini merupakan akronim dari Solidaritas Usaha Membina Budaya Ucap, Tulis, Ekspresi, Nalar, Gagasan, Ajaran dan Hikmah.

    Sumbu Tengah edisi perdana mengundang audiens terbatas karena pertimbangan komitmen peserta untuk tidak merekam dan menyebarluaskan isi pembicaraan forum, kecuali video resmi dari Sumbu Tengah yang telah melalui proses editing.

    Peserta yang hadir yaitu Wandan Dewi Muria Sari, Nasya Rahaya, Vian, Alip Laila, Muhammad Zaini, M Adi BS, Safia Sekar Batingka Bungas, Muhammad Fajar Saputra, Nita Widya, Nevrianto Hardi Prasetyo, Wahyu Musyifa, Erna dan lain-lain.

    Materi dari forum ini akan terbitkan menjadi buku supaya manfaatnya juga dapat diakses publik secara luas. 

    (Sf/Lo)