Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Seputar Kaltim
Pengunjung di kedai kopi ternama di Kalimantan Timur KOPIRIA menemukan sejumlah rombongan jarang beli di kafe tersebut. (Foto: HO/Kopiria)
Samarinda - Sebutan Rojali yang dilontarkan oleh pemilik kafe atau kedai kopi di kota Yogyakarta menuai keprihatinan publik. Melalui akun Instagramnya @agus_arrya, ia mengeluhkan kehadiran rombongan jarang beli atau yang disebutnya sebagai Rojali ini datang ke kafe miliknya.
Dalam video unggahannya, ia menuturkan banyak dari kalangan pelajar khusunya mahasiswa datang hanya untuk memanfatkan fasilitas yang dimiliki kafe tersebut, seperti jaringan wifi dan listrik gratis untuk mengisi ulang daya laptop maupun ponsel.
Bahkan lebih menyedihkan lagi, para Rojali ini hanya memesan air putih, yang mana tidak melakukan transaksi pembayaran. Atas kejadian ini, usaha yang harusnya menghasilkan keuntungan, namun nihil diterima oleh pemilik kafe.
Hal yang dirasakan itu, membuat ia meminta kepada para pengunjung untuk melakukan transaksi pembelian minuman dan makanan yang tersedia. Adapun yang disajikan dalam buku menu, tidak semua harga masuk dalam kategori mahal, terdapat pilihan menu juga terjangkau untuk isi dompet mahasiswa.
Pemandangan ini tidak hanya terjadi di Yogyakartan saja, ini sudah umum di kalangan gerai coffee shop lainnya. Termasuk di Kota Samarinda, yang terdapat ratusan kedai kopi dari tempatnya besar hingga kecil pun terdapat pengunjung seperti itu.
Salah satu gerai kopi lokal ternama di Samarinda, yakni Kopiria juga mengalami hal yang serupa. Pengakuan ini diungkapkan oleh Supervisor Kopiria Merbabu, Alivia. Ia mengaku banyak sekali Rojali yang datang, bahkan berjam-jam menempati tempat duduknya.
Keadaan yang terus berulang ini, Alivia mengambil dua perspektif. Ia berpandangan dengan kehadiran para Rojali dapat memberikan kesan keramaian, sehingga orang yang melintasi gerai tidak berpikir dua kali, semakin banyak dikunjungi, akan memiliki penilaian yang baik.
"Namun dari segi keuntungan ini jauh dari target yang diberikan kepada kami, tentu ini sangat merugikan dalam finansial," ungkap Alivia dihubungi di Samarinda, Selasa (18/6/2024).
Tak ingin merugi, Alivia sudah memiliki beberapa strategi kunci, dengan kehadiran para Rojali tetap mendapatkan keuntungan yang sesuai. Ia dapatkan ini dari hasil evaluasi setiap bulannya bersama para pimpinan kopiria lainnya.
"Pertama kita tentu menyiapkan langkah strategi dengan membuat diskon khusus, adapula diskon yang include dari kopi dan makanan ringan, hal ini memantik agar pengunjung tidak hanya membeli satu pembelian saja, dan pelayan tak segan untuk menawarkan diskon tersebut," paparnya.
Kedua, Alivia telah mengarahkan kepada tim untuk selalu ramah dalam bersikap terhadap pengunjung, termasuk saat mengingatkan pengunjung yang pembeliannya dirasa tidak menguntungkan.
"Berbagai cara ya mas untuk mengingatkan, dari bersih-bersih dihadapan pengunjung dan kreatifitas lainnya yang dibuat tim. Ini perlu kita lakukan, karena jumlah waktu kunjungan para Rojali ini kadang tidak sesuai dengan jumlah pesanan," jelasnya.
Namun Alivia juga tidak serta merta membatasi pengunjung dengan julukan Rojali tersebut. Ia menilai ini hanya sebuah kesadaran yang harus dibangun oleh setiap masyarakat. "Kami sudah berusaha mungkin untuk membuat fasilitas nyaman dan juga harga yang terjangkau. Tinggal bagaimana kesadaran pengunjung, sama-sama mendapatkan keuntungan," tukasnya.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Seputar Kaltim
Pengunjung di kedai kopi ternama di Kalimantan Timur KOPIRIA menemukan sejumlah rombongan jarang beli di kafe tersebut. (Foto: HO/Kopiria)
Samarinda - Sebutan Rojali yang dilontarkan oleh pemilik kafe atau kedai kopi di kota Yogyakarta menuai keprihatinan publik. Melalui akun Instagramnya @agus_arrya, ia mengeluhkan kehadiran rombongan jarang beli atau yang disebutnya sebagai Rojali ini datang ke kafe miliknya.
Dalam video unggahannya, ia menuturkan banyak dari kalangan pelajar khusunya mahasiswa datang hanya untuk memanfatkan fasilitas yang dimiliki kafe tersebut, seperti jaringan wifi dan listrik gratis untuk mengisi ulang daya laptop maupun ponsel.
Bahkan lebih menyedihkan lagi, para Rojali ini hanya memesan air putih, yang mana tidak melakukan transaksi pembayaran. Atas kejadian ini, usaha yang harusnya menghasilkan keuntungan, namun nihil diterima oleh pemilik kafe.
Hal yang dirasakan itu, membuat ia meminta kepada para pengunjung untuk melakukan transaksi pembelian minuman dan makanan yang tersedia. Adapun yang disajikan dalam buku menu, tidak semua harga masuk dalam kategori mahal, terdapat pilihan menu juga terjangkau untuk isi dompet mahasiswa.
Pemandangan ini tidak hanya terjadi di Yogyakartan saja, ini sudah umum di kalangan gerai coffee shop lainnya. Termasuk di Kota Samarinda, yang terdapat ratusan kedai kopi dari tempatnya besar hingga kecil pun terdapat pengunjung seperti itu.
Salah satu gerai kopi lokal ternama di Samarinda, yakni Kopiria juga mengalami hal yang serupa. Pengakuan ini diungkapkan oleh Supervisor Kopiria Merbabu, Alivia. Ia mengaku banyak sekali Rojali yang datang, bahkan berjam-jam menempati tempat duduknya.
Keadaan yang terus berulang ini, Alivia mengambil dua perspektif. Ia berpandangan dengan kehadiran para Rojali dapat memberikan kesan keramaian, sehingga orang yang melintasi gerai tidak berpikir dua kali, semakin banyak dikunjungi, akan memiliki penilaian yang baik.
"Namun dari segi keuntungan ini jauh dari target yang diberikan kepada kami, tentu ini sangat merugikan dalam finansial," ungkap Alivia dihubungi di Samarinda, Selasa (18/6/2024).
Tak ingin merugi, Alivia sudah memiliki beberapa strategi kunci, dengan kehadiran para Rojali tetap mendapatkan keuntungan yang sesuai. Ia dapatkan ini dari hasil evaluasi setiap bulannya bersama para pimpinan kopiria lainnya.
"Pertama kita tentu menyiapkan langkah strategi dengan membuat diskon khusus, adapula diskon yang include dari kopi dan makanan ringan, hal ini memantik agar pengunjung tidak hanya membeli satu pembelian saja, dan pelayan tak segan untuk menawarkan diskon tersebut," paparnya.
Kedua, Alivia telah mengarahkan kepada tim untuk selalu ramah dalam bersikap terhadap pengunjung, termasuk saat mengingatkan pengunjung yang pembeliannya dirasa tidak menguntungkan.
"Berbagai cara ya mas untuk mengingatkan, dari bersih-bersih dihadapan pengunjung dan kreatifitas lainnya yang dibuat tim. Ini perlu kita lakukan, karena jumlah waktu kunjungan para Rojali ini kadang tidak sesuai dengan jumlah pesanan," jelasnya.
Namun Alivia juga tidak serta merta membatasi pengunjung dengan julukan Rojali tersebut. Ia menilai ini hanya sebuah kesadaran yang harus dibangun oleh setiap masyarakat. "Kami sudah berusaha mungkin untuk membuat fasilitas nyaman dan juga harga yang terjangkau. Tinggal bagaimana kesadaran pengunjung, sama-sama mendapatkan keuntungan," tukasnya.
(Sf/Rs)