Cari disini...
Seputarfakta.com - Muhammad Anshori -
Seputar Kaltim
Ritual menjamu benua, prosesi sebelum pelaksanaan Erau Adat Kutai dimulai. (Foto:M.anshori/Seputarfakta.com)
Tenggarong - Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martadipura melaksanakan prosesi ritual Menjamu Benua sebagai persiapan sebelum dimulainya Erau Adat Kutai pada 21 September 2024 mendatang.
Ritual ini dilaksanakan di tiga lokasi di Kecamatan Tenggarong, yaitu Tanah Habang Mangkurawang (Kepala Benua), depan Museum Mulawarman (Tengah Benua) dan di sebelah hilir Jembatan Kutai Kartanegara (Buntut Benua).
Sebelum Ritual Menjamu Benua, dilaksanakan prosesi Beluluh yang berlokasi di Kedaton Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martadipura. Beluluh bertujuan untuk mensucikan sultan dari energi negatif.
"Ritual Menjamu Benua ini maksudnya untuk memohon keselamatan dalam pelaksanaan acara Erau nanti dan memohon perlindungan bagi masyarakat Tenggarong," kata Perwakilan Kesultanan, Awang Imaludin, Kamis (19/9/2024).
Ritual ini merupakan simbol pemberian makan kepada makhluk gaib dan sebagai permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME) untuk keselamatan sultan, keluarga kesultanan, masyarakat dan seluruh peserta Erau.
Ritual dimulai dengan rombongan yang terdiri dari tujuh orang Belian (ahli mantra laki-laki) dan sembilan orang Dewa (ahli mantra perempuan) berangkat dari Kedaton Kesultanan dengan diiringi musik tradisional.
Dalam ritual tersebut, mereka membawa perlengkapan persembahan, seperti 21 jenis kue tradisional dan pakaian sultan. Sebelum berangkat, rombongan menemui sultan untuk meminta restu, kemudian diberikan dengan simbolis berupa hamburan beras kuning.
Setelah menerima restu, lanjut dia, rombongan menuju tiga titik di Kota Tenggarong untuk melaksanakan ritual. Upacara ini merupakan bagian penting dalam menjaga warisan budaya Kutai, sebagai simbol harmonisasi antara manusia, alam dan makhluk gaib.
"Kami harap, tradisi ini terus dilestarikan dan pemerintah daerah memberikan perhatian lebih untuk mendukung kelestarian budaya Kesultanan Kutai Kertanegara, apalagi dengan posisi strategis Kukar sebagai bagian dari Ibu Kota Nusantara (IKN)," tutupnya.
(Sf/By)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Muhammad Anshori -
Seputar Kaltim
Ritual menjamu benua, prosesi sebelum pelaksanaan Erau Adat Kutai dimulai. (Foto:M.anshori/Seputarfakta.com)
Tenggarong - Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martadipura melaksanakan prosesi ritual Menjamu Benua sebagai persiapan sebelum dimulainya Erau Adat Kutai pada 21 September 2024 mendatang.
Ritual ini dilaksanakan di tiga lokasi di Kecamatan Tenggarong, yaitu Tanah Habang Mangkurawang (Kepala Benua), depan Museum Mulawarman (Tengah Benua) dan di sebelah hilir Jembatan Kutai Kartanegara (Buntut Benua).
Sebelum Ritual Menjamu Benua, dilaksanakan prosesi Beluluh yang berlokasi di Kedaton Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martadipura. Beluluh bertujuan untuk mensucikan sultan dari energi negatif.
"Ritual Menjamu Benua ini maksudnya untuk memohon keselamatan dalam pelaksanaan acara Erau nanti dan memohon perlindungan bagi masyarakat Tenggarong," kata Perwakilan Kesultanan, Awang Imaludin, Kamis (19/9/2024).
Ritual ini merupakan simbol pemberian makan kepada makhluk gaib dan sebagai permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME) untuk keselamatan sultan, keluarga kesultanan, masyarakat dan seluruh peserta Erau.
Ritual dimulai dengan rombongan yang terdiri dari tujuh orang Belian (ahli mantra laki-laki) dan sembilan orang Dewa (ahli mantra perempuan) berangkat dari Kedaton Kesultanan dengan diiringi musik tradisional.
Dalam ritual tersebut, mereka membawa perlengkapan persembahan, seperti 21 jenis kue tradisional dan pakaian sultan. Sebelum berangkat, rombongan menemui sultan untuk meminta restu, kemudian diberikan dengan simbolis berupa hamburan beras kuning.
Setelah menerima restu, lanjut dia, rombongan menuju tiga titik di Kota Tenggarong untuk melaksanakan ritual. Upacara ini merupakan bagian penting dalam menjaga warisan budaya Kutai, sebagai simbol harmonisasi antara manusia, alam dan makhluk gaib.
"Kami harap, tradisi ini terus dilestarikan dan pemerintah daerah memberikan perhatian lebih untuk mendukung kelestarian budaya Kesultanan Kutai Kertanegara, apalagi dengan posisi strategis Kukar sebagai bagian dari Ibu Kota Nusantara (IKN)," tutupnya.
(Sf/By)