Dituding Abaikan Reklamasi, PT Kencana Wilsa Bantah Tegas Lubang Tambang Masih Berproduksi

    Seputarfakta.com - Maulana -

    Seputar Kaltim

    20 Juni 2025 07:46 WIB

    Area tambang di PT Kencana Wilsa yang dituding belum melakukan reklamasi. (Foto: HO-Dokumentasi Pribadi/Seputarfakta.com)

    Samarinda - Perusahaan tambang PT Kencana Wilsa yang beroperasi di Kutai Barat (Kubar) tengah menjadi sorotan publik. Setelah dilaporkan ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kaltim terkait dugaan pengabaian reklamasi pascatambang, pihak perusahaan angkat bicara. 

    Melalui Humas PT Kencana Wilsa, Saradius, membantah tudingan tersebut dan menegaskan bahwa lubang tambang yang dimaksud sebenarnya masih dalam tahap produksi.

    Saradius menjelaskan, aktivitas produksi saat ini memang terkendala masalah jeti atau dermaga pengangkutan batubara yang mengalami kekeringan. 

    "Sebenarnya terkait lubang tambang itu sebenarnya itu masih berproduksi, cuman terkendala saat ini itu jeti, kita kemarin mengalami kekeringan," ungkap Saradius dihubungi di Samarinda, Jum’at (20/6/2025).

    Ia menambahkan, karena kendala jeti tersebut, aktivitas operasional kini diambil alih oleh grup perusahaan lain.

    Saradius juga memastikan bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Kencana Wilsa masih dalam proses perpanjangan dan diperkirakan akan berlaku hingga 5 tahun ke depan. Ia menegaskan, stok batubara di lokasi tambang masih melimpah. 

    "Wacana kan masih terkendala jeti, karena jeti kita kemarin itu kering makanya diambil alih dengan group, jadi batu kita di dalam itu masih banyak, yang bisa kita jual itu masih banyak," ujarnya.

    Meskipun demikian, Saradius mengakui bahwa untuk sementara waktu tidak ada kontraktor yang beraktivitas menambang. 

    "Kalau untuk sementara ini tidak ada kontraktor yang beraktifitas, yang menambang, alat-alat sudah parkir semua sudah dibongkar semua. Alat-alat sudah tidak ada," katanya.

    Terkait isu reklamasi, Saradius menekankan komitmen PT Kencana Wilsa untuk melakukan reklamasi. Namun, hal itu akan dilakukan setelah seluruh potensi batubara dieksplorasi. Pihak perusahaan, menurut Saradius, telah berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait hal ini.

    "Kalau komitmen kita pasti komitmen untuk reklamasi, cuman kita kemarin sudah koordinasikan dengan ESDM, bahwa di tempat itu masih ada batu, jadi kalau kita tutup jadi kerja dua kali, jadi masih lanjut lagi nantinya, untuk di atas maupun di bawah itu lanjut lagi," papar Saradius. 

    Ia menegaskan bahwa menutup lubang tambang yang masih memiliki kandungan batubara akan menyebabkan pekerjaan ganda di kemudian hari.

    Saat ini, fokus perusahaan adalah pembangunan jeti baru untuk mengatasi kendala pengangkutan. 

    "Kita lanjut lagi, cuman terkendala saat ini tidak adanya jeti, masih dalam proses pembuatan jeti baru," tambahnya.

    Saradius juga mengungkapkan keheranannya atas laporan yang dilayangkan oleh Jaringan Advokasi Tambang (JATAM). Ia merasa seharusnya ada komunikasi terlebih dahulu sebelum laporan sepihak dilayangkan. 

    "Tadi malam sudah telepon, saya yang tahu itu Albert (perwakilan warga). Saya sudah konfirmasi, seharusnya jangan mengambil langkah untuk lapor ke mana-mana, cari informasi dari kita, jangan sepihak dulu," ujarnya.

    Ia juga mengklarifikasi terkait lokasi tambang yang disebut dalam laporan JATAM.

    "Lahan itu Muara Asa, bukan Gleo Asa. Kalau memang ada gugatan dari Gleo Asa, kita juga bingung Pak," katanya. 

    Terakhir, Saradius mempertanyakan keberadaan JATAM yang tiba-tiba masuk ke wilayah tanpa melapor ke RT setempat. 

    "Terkait JATAM keberadaannya itu di mana, ujug-ujug masuk ke kampung kita belum laporan ke RT, kepentingannya apa dan tujuannya apa kita belum tahu," pungkas Saradius. 

    (Sf/Rs)

    Tim Editorial

    Connect With Us

    Copyright @ 2023 seputarfakta.com.
    All right reserved

    Kategori

    Informasi

    Dituding Abaikan Reklamasi, PT Kencana Wilsa Bantah Tegas Lubang Tambang Masih Berproduksi

    Seputarfakta.com - Maulana -

    Seputar Kaltim

    20 Juni 2025 07:46 WIB

    Area tambang di PT Kencana Wilsa yang dituding belum melakukan reklamasi. (Foto: HO-Dokumentasi Pribadi/Seputarfakta.com)

    Samarinda - Perusahaan tambang PT Kencana Wilsa yang beroperasi di Kutai Barat (Kubar) tengah menjadi sorotan publik. Setelah dilaporkan ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kaltim terkait dugaan pengabaian reklamasi pascatambang, pihak perusahaan angkat bicara. 

    Melalui Humas PT Kencana Wilsa, Saradius, membantah tudingan tersebut dan menegaskan bahwa lubang tambang yang dimaksud sebenarnya masih dalam tahap produksi.

    Saradius menjelaskan, aktivitas produksi saat ini memang terkendala masalah jeti atau dermaga pengangkutan batubara yang mengalami kekeringan. 

    "Sebenarnya terkait lubang tambang itu sebenarnya itu masih berproduksi, cuman terkendala saat ini itu jeti, kita kemarin mengalami kekeringan," ungkap Saradius dihubungi di Samarinda, Jum’at (20/6/2025).

    Ia menambahkan, karena kendala jeti tersebut, aktivitas operasional kini diambil alih oleh grup perusahaan lain.

    Saradius juga memastikan bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Kencana Wilsa masih dalam proses perpanjangan dan diperkirakan akan berlaku hingga 5 tahun ke depan. Ia menegaskan, stok batubara di lokasi tambang masih melimpah. 

    "Wacana kan masih terkendala jeti, karena jeti kita kemarin itu kering makanya diambil alih dengan group, jadi batu kita di dalam itu masih banyak, yang bisa kita jual itu masih banyak," ujarnya.

    Meskipun demikian, Saradius mengakui bahwa untuk sementara waktu tidak ada kontraktor yang beraktivitas menambang. 

    "Kalau untuk sementara ini tidak ada kontraktor yang beraktifitas, yang menambang, alat-alat sudah parkir semua sudah dibongkar semua. Alat-alat sudah tidak ada," katanya.

    Terkait isu reklamasi, Saradius menekankan komitmen PT Kencana Wilsa untuk melakukan reklamasi. Namun, hal itu akan dilakukan setelah seluruh potensi batubara dieksplorasi. Pihak perusahaan, menurut Saradius, telah berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait hal ini.

    "Kalau komitmen kita pasti komitmen untuk reklamasi, cuman kita kemarin sudah koordinasikan dengan ESDM, bahwa di tempat itu masih ada batu, jadi kalau kita tutup jadi kerja dua kali, jadi masih lanjut lagi nantinya, untuk di atas maupun di bawah itu lanjut lagi," papar Saradius. 

    Ia menegaskan bahwa menutup lubang tambang yang masih memiliki kandungan batubara akan menyebabkan pekerjaan ganda di kemudian hari.

    Saat ini, fokus perusahaan adalah pembangunan jeti baru untuk mengatasi kendala pengangkutan. 

    "Kita lanjut lagi, cuman terkendala saat ini tidak adanya jeti, masih dalam proses pembuatan jeti baru," tambahnya.

    Saradius juga mengungkapkan keheranannya atas laporan yang dilayangkan oleh Jaringan Advokasi Tambang (JATAM). Ia merasa seharusnya ada komunikasi terlebih dahulu sebelum laporan sepihak dilayangkan. 

    "Tadi malam sudah telepon, saya yang tahu itu Albert (perwakilan warga). Saya sudah konfirmasi, seharusnya jangan mengambil langkah untuk lapor ke mana-mana, cari informasi dari kita, jangan sepihak dulu," ujarnya.

    Ia juga mengklarifikasi terkait lokasi tambang yang disebut dalam laporan JATAM.

    "Lahan itu Muara Asa, bukan Gleo Asa. Kalau memang ada gugatan dari Gleo Asa, kita juga bingung Pak," katanya. 

    Terakhir, Saradius mempertanyakan keberadaan JATAM yang tiba-tiba masuk ke wilayah tanpa melapor ke RT setempat. 

    "Terkait JATAM keberadaannya itu di mana, ujug-ujug masuk ke kampung kita belum laporan ke RT, kepentingannya apa dan tujuannya apa kita belum tahu," pungkas Saradius. 

    (Sf/Rs)