Diskusi Sumbu Tengah Tetap Bergulir Meski Kadis ESDM Batal Hadir

    Seputarfakta.com -

    Seputar Kaltim

    21 Juni 2025 05:59 WIB

    Samarinda - Audiens dan panitia Forum Diskusi Sumbu Tengah menyesalkan ketidakhadiran Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim, Bambang Arwanto dalam diskusi bertema Sisi Gelap Tambang Masa Kini dan Kaltim-Kaltara Masa Silam di Perpustakaan Kota Samarinda, Jumat (20/6/2025).

    Padahal, Bambang sebelumnya telah menyatakan kesediaannya untuk hadir sebagai salah satu pembicara. Bahkan, beberapa jam sebelum acara, ia masih berkomunikasi dengan panitia untuk mendiskusikan kemungkinan mengirimkan perwakilan.

    Acara yang dijadwalkan mulai pukul 14.00 WITA pun terpaksa mundur satu jam lantaran panitia menunggu kiriman sambutan dari Bambang melalui video. Tetapi, pihak ESDM kemudian mengonfirmasi Bambang tengah mendampingi Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud dalam kunjungan ke Kabupaten Kutai Barat (Kubar) melalui jalur darat.

    Selain tak bisa hadir, semua staf juga disebutkan ikut serta dalam kunjungan sehingga tak bisa mengirim delegasi. Bahkan video sambutan pun tak bisa segera dikirim lantaran sinyal internet kurang baik.

    Forum Sumbu Tengah tetap berlanjut tanpa kehadiran Kadis ESDM. Ada lima narasumber yang tampil, yaitu Joko Supriyadi, Utih Arum Zahra, Arief Rahman, Muhammad Sarip dan Ananta Tsabita. Diskusi dipandu oleh Rusdianto, seorang redaktur media yang juga founder Forum Sumbu Tengah.

    Joko Supriyadi adalah Ketua Yayasan Sejarah Budaya Kaltara. Alumnus S-2 ITB ini memaparkan sejarah tragedi Bulungan, Tidung dan Kenyah atau yang dikenal dengan Bultiken. 

    “Terdapat kemiripan sejarah dan budaya antara Bulungan dan Kutai. Apa yang terjadi di Kaltim sangat besar pengaruhnya terhadap Kaltara,” tutur Joko.

    Pembicara berikutnya, Utih Arum Zahra merupakan sosok dengan nama pena yang aktif mengulas isi buku dan bacaan di dunia maya sejak 2012. Utih mengulas buku Histori Kutai karya Muhammad Sarip, khusus subbab “Masa Kelabu Era Demokrasi Terpimpin-Orde Lama”.

    “Tahun 1964–1965 merupakan periode paling kelam dalam sejarah Kesultanan Kutai setelah Daerah Istimewa Kutai dihapuskan pada 1960,” papar founder Kombaca Samarinda tersebut.

    Giliran Arief Rahman sebagai pengurus Wikipedia Bahasa Indonesia meluruskan beberapa kesalahpahaman yang beredar di publik mengenai situs Wikipedia. 

    “Situs ensiklopedia ini memang bebas diedit oleh pengguna, tetapi ada para administrator dan ribuan kontributor yang memantau editan sepanjang waktu. Editan yang diterima di Wikipedia harus berbasis sumber seperti media terverifikasi Dewan Pers,” ungkap pengurus pertama Wikipedia dari Kalimantan tersebut.

    Arief juga menyatakan catatan hitam tokoh dan sejarah kelam masa lalu akan tertulis abadi di Wikipedia. “Wikipedia tidak bisa menulis atau menghapus teks berdasarkan intervensi negara, tetapi Wikipedia hanya berpegang pada referensi yang kredibel,” tambah Arief.

    Sementara Muhammad Sarip mengungkapkan proses penulisan ulang Sejarah Nasional Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan sulit mengakomodasi narasi sejarah Kaltim dan Kaltara secara lebih mendalam.

    “Tidak diketahui adanya sejarawan dari Kalimantan yang terlibat dalam tim penulis SNI. Misi penulisan yang dikatakan mengubah perspektif kolonial-sentris menjadi Indonesia-sentris, implementasi sebenarnya adalah penulisan sejarah yang Jawa-sentris,” beber sejarawan publik tersebut.

    Pembicara terakhir adalah Ananta Tsabita, mahasiswa S-1 Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Mulawarman. Gen Z peraih Juara 2 Lomba Cover Official Theme Song BKKBN Kaltim ini diberi kesempatan menampilkan vokal merdunya dengan menyanyikan lagu berjudul “Menjadi Manusia” ciptaan Rusdianto.

    “Sebagai generasi muda, saya merasa perlu banyak belajar lagi mengenai permasalahan daerah, termasuk tambang yang merusak lingkungan, juga pengetahuan sejarah Kaltim yang masih minim,” ujar Tsabita.

    Pada sesi tanya jawab, beberapa peserta mengungkapkan alasan mereka hadir karena ingin menyimak presentasi dari Kadis ESDM.

    “Kami ingin mengetahui bagaimana progres Pemprov Kaltim menyikapi kasus tambang di Muara Kate dan juga di KRUS, tapi ternyata Kadis ESDM batal hadir,” keluh salah seorang peserta.

    (Sf/Lo)

    Tim Editorial

    Connect With Us

    Copyright @ 2023 seputarfakta.com.
    All right reserved

    Kategori

    Informasi

    Diskusi Sumbu Tengah Tetap Bergulir Meski Kadis ESDM Batal Hadir

    Seputarfakta.com -

    Seputar Kaltim

    21 Juni 2025 05:59 WIB

    Samarinda - Audiens dan panitia Forum Diskusi Sumbu Tengah menyesalkan ketidakhadiran Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim, Bambang Arwanto dalam diskusi bertema Sisi Gelap Tambang Masa Kini dan Kaltim-Kaltara Masa Silam di Perpustakaan Kota Samarinda, Jumat (20/6/2025).

    Padahal, Bambang sebelumnya telah menyatakan kesediaannya untuk hadir sebagai salah satu pembicara. Bahkan, beberapa jam sebelum acara, ia masih berkomunikasi dengan panitia untuk mendiskusikan kemungkinan mengirimkan perwakilan.

    Acara yang dijadwalkan mulai pukul 14.00 WITA pun terpaksa mundur satu jam lantaran panitia menunggu kiriman sambutan dari Bambang melalui video. Tetapi, pihak ESDM kemudian mengonfirmasi Bambang tengah mendampingi Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud dalam kunjungan ke Kabupaten Kutai Barat (Kubar) melalui jalur darat.

    Selain tak bisa hadir, semua staf juga disebutkan ikut serta dalam kunjungan sehingga tak bisa mengirim delegasi. Bahkan video sambutan pun tak bisa segera dikirim lantaran sinyal internet kurang baik.

    Forum Sumbu Tengah tetap berlanjut tanpa kehadiran Kadis ESDM. Ada lima narasumber yang tampil, yaitu Joko Supriyadi, Utih Arum Zahra, Arief Rahman, Muhammad Sarip dan Ananta Tsabita. Diskusi dipandu oleh Rusdianto, seorang redaktur media yang juga founder Forum Sumbu Tengah.

    Joko Supriyadi adalah Ketua Yayasan Sejarah Budaya Kaltara. Alumnus S-2 ITB ini memaparkan sejarah tragedi Bulungan, Tidung dan Kenyah atau yang dikenal dengan Bultiken. 

    “Terdapat kemiripan sejarah dan budaya antara Bulungan dan Kutai. Apa yang terjadi di Kaltim sangat besar pengaruhnya terhadap Kaltara,” tutur Joko.

    Pembicara berikutnya, Utih Arum Zahra merupakan sosok dengan nama pena yang aktif mengulas isi buku dan bacaan di dunia maya sejak 2012. Utih mengulas buku Histori Kutai karya Muhammad Sarip, khusus subbab “Masa Kelabu Era Demokrasi Terpimpin-Orde Lama”.

    “Tahun 1964–1965 merupakan periode paling kelam dalam sejarah Kesultanan Kutai setelah Daerah Istimewa Kutai dihapuskan pada 1960,” papar founder Kombaca Samarinda tersebut.

    Giliran Arief Rahman sebagai pengurus Wikipedia Bahasa Indonesia meluruskan beberapa kesalahpahaman yang beredar di publik mengenai situs Wikipedia. 

    “Situs ensiklopedia ini memang bebas diedit oleh pengguna, tetapi ada para administrator dan ribuan kontributor yang memantau editan sepanjang waktu. Editan yang diterima di Wikipedia harus berbasis sumber seperti media terverifikasi Dewan Pers,” ungkap pengurus pertama Wikipedia dari Kalimantan tersebut.

    Arief juga menyatakan catatan hitam tokoh dan sejarah kelam masa lalu akan tertulis abadi di Wikipedia. “Wikipedia tidak bisa menulis atau menghapus teks berdasarkan intervensi negara, tetapi Wikipedia hanya berpegang pada referensi yang kredibel,” tambah Arief.

    Sementara Muhammad Sarip mengungkapkan proses penulisan ulang Sejarah Nasional Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan sulit mengakomodasi narasi sejarah Kaltim dan Kaltara secara lebih mendalam.

    “Tidak diketahui adanya sejarawan dari Kalimantan yang terlibat dalam tim penulis SNI. Misi penulisan yang dikatakan mengubah perspektif kolonial-sentris menjadi Indonesia-sentris, implementasi sebenarnya adalah penulisan sejarah yang Jawa-sentris,” beber sejarawan publik tersebut.

    Pembicara terakhir adalah Ananta Tsabita, mahasiswa S-1 Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Mulawarman. Gen Z peraih Juara 2 Lomba Cover Official Theme Song BKKBN Kaltim ini diberi kesempatan menampilkan vokal merdunya dengan menyanyikan lagu berjudul “Menjadi Manusia” ciptaan Rusdianto.

    “Sebagai generasi muda, saya merasa perlu banyak belajar lagi mengenai permasalahan daerah, termasuk tambang yang merusak lingkungan, juga pengetahuan sejarah Kaltim yang masih minim,” ujar Tsabita.

    Pada sesi tanya jawab, beberapa peserta mengungkapkan alasan mereka hadir karena ingin menyimak presentasi dari Kadis ESDM.

    “Kami ingin mengetahui bagaimana progres Pemprov Kaltim menyikapi kasus tambang di Muara Kate dan juga di KRUS, tapi ternyata Kadis ESDM batal hadir,” keluh salah seorang peserta.

    (Sf/Lo)