Cari disini...
Seputarfakta.com - Lisda -
Seputar Kaltim
Kasih Nur Fadillah bersama kedua orang tuanya usai pengukuhan sebagai anggota Paskibraka Kutai Timur 2025. (foto:lisda/seputarfakta.com)
Sangatta - Kasih Nur Fadillah, siswi kelas 11 SMA Negeri 1 Sandaran menjadi satu-satunya perwakilan dari Kecamatan Sandaran yang terpilih sebagai anggota paskibraka untuk memperingati HUT ke-80 Republik Indonesia (RI) tingkat Kabupaten Kutai Timur (Kutim) yang digelar di Sangatta pada 17 Agustus 2025.
Motivasi Fadillah untuk menjadi anggota paskibraka sangat kuat, ingin membanggakan kedua orang tuanya, kecamatan dan sekolahnya. Selain itu menjadi seorang paskibraka adalah impian yang telah ia genggam sejak kecil.
“Menjadi paskibraka adalah mimpi saya sejak kecil. Alhamdulillah sekarang bisa terwujud,” ujar Fadillah.
Sandaran merupakan kecamatan terjauh di Kutim, akses yang cukup sulit dan waktu tempuh sekitar 8–9 jam perjalanan, termasuk menyeberangi sungai melalui Kecamatan Sangkulirang.
Tapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat Fadillah untuk mengikuti pelatihan dan seluruh rangkaian kegiatan paskibraka selama kurang lebih sebulan.
Meskipun kurang aktif dalam kegiatan sekolah sebelumnya, Fadillah mulai mengenal dunia baris-berbaris sejak duduk di bangku kelas 3 SMP, berkat pergaulannya dengan teman-teman yang aktif di organisasi pramuka.
"Saya sering ikut organisasi Pramuka, terus kami diajari Peraturan Baris Berbaris (PBB)," tambahnya.
Selama pelatihan, ia mengaku mendapat banyak nilai positif, seperti kedisiplinan dan kemampuan memimpin. Menurutnya pengalaman ini membentuk dirinya menjadi pribadi yang tangguh dan bertanggung jawab.
Meskipun belum mendapatkan posisi resmi dalam formasi utama paskibraka, ia kerap ditugaskan dalam berbagai posisi saat latihan, seperti formasi 17 kepala, 17 ekor, hingga pendamping baki.
Latihan fisik dan baris-berbaris menjadi tantangan tersendiri baginya, terutama saat melakukan gerakan belok yang membutuhkan ketelitian. Tapi ia tetap berusaha tampil maksimal.
"Walaupun kadang saya merasa kelelahan, saya paksakan agar tetap bisa mengikuti latihan,” katanya.
Di usianya yang baru 16 tahun, Fadillah berpesan kepada adik-adik kelasnya di Sandaran untuk tidak mudah menyerah, tetap semangat dan terus berusaha menggapai cita-cita.
"Pesan untuk adik-adik kelas saya, tetap semangat dan semoga tahun depan Kecamatan Sandaran bisa mengirim lebih dari satu orang ke paskibraka,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, ayah Fadillah, Sunirman yang berprofesi sebagai petani mengungkapkan rasa bangga yang luar biasa terhadap putrinya.
“Saya sangat mendukung dan bangga karena tidak semua anak bisa menjadi paskibraka. Walau jauh, saya semangat datang ke Sangatta untuk memberikan dukungan,” ungkap Sunirman.
Ia bahkan rela menempuh perjalanan sejak Kamis (14/8/2025) pukul 8.00 WITA dari Sandaran dan tiba di Sangatta pukul 17.30 WITA demi menyaksikan langsung pengukuhan putrinya pada Jumat (15/8/2025).
Lebih lanjut, Sunirman menambahkan bahwa selama pelatihan komunikasi antara Fadillah dan keluarga sempat terputus karena aturan asrama yang membatasi penggunaan ponsel.
“Kurang lebih 20 hari kami tidak bisa berkomunikasi karena HP-nya diamankan selama pelatihan. Tapi saya percaya anak saya kuat dan bisa menjalani semuanya dengan baik,” pungkasnya.
(Sf/Lo)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Lisda -
Seputar Kaltim
Kasih Nur Fadillah bersama kedua orang tuanya usai pengukuhan sebagai anggota Paskibraka Kutai Timur 2025. (foto:lisda/seputarfakta.com)
Sangatta - Kasih Nur Fadillah, siswi kelas 11 SMA Negeri 1 Sandaran menjadi satu-satunya perwakilan dari Kecamatan Sandaran yang terpilih sebagai anggota paskibraka untuk memperingati HUT ke-80 Republik Indonesia (RI) tingkat Kabupaten Kutai Timur (Kutim) yang digelar di Sangatta pada 17 Agustus 2025.
Motivasi Fadillah untuk menjadi anggota paskibraka sangat kuat, ingin membanggakan kedua orang tuanya, kecamatan dan sekolahnya. Selain itu menjadi seorang paskibraka adalah impian yang telah ia genggam sejak kecil.
“Menjadi paskibraka adalah mimpi saya sejak kecil. Alhamdulillah sekarang bisa terwujud,” ujar Fadillah.
Sandaran merupakan kecamatan terjauh di Kutim, akses yang cukup sulit dan waktu tempuh sekitar 8–9 jam perjalanan, termasuk menyeberangi sungai melalui Kecamatan Sangkulirang.
Tapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat Fadillah untuk mengikuti pelatihan dan seluruh rangkaian kegiatan paskibraka selama kurang lebih sebulan.
Meskipun kurang aktif dalam kegiatan sekolah sebelumnya, Fadillah mulai mengenal dunia baris-berbaris sejak duduk di bangku kelas 3 SMP, berkat pergaulannya dengan teman-teman yang aktif di organisasi pramuka.
"Saya sering ikut organisasi Pramuka, terus kami diajari Peraturan Baris Berbaris (PBB)," tambahnya.
Selama pelatihan, ia mengaku mendapat banyak nilai positif, seperti kedisiplinan dan kemampuan memimpin. Menurutnya pengalaman ini membentuk dirinya menjadi pribadi yang tangguh dan bertanggung jawab.
Meskipun belum mendapatkan posisi resmi dalam formasi utama paskibraka, ia kerap ditugaskan dalam berbagai posisi saat latihan, seperti formasi 17 kepala, 17 ekor, hingga pendamping baki.
Latihan fisik dan baris-berbaris menjadi tantangan tersendiri baginya, terutama saat melakukan gerakan belok yang membutuhkan ketelitian. Tapi ia tetap berusaha tampil maksimal.
"Walaupun kadang saya merasa kelelahan, saya paksakan agar tetap bisa mengikuti latihan,” katanya.
Di usianya yang baru 16 tahun, Fadillah berpesan kepada adik-adik kelasnya di Sandaran untuk tidak mudah menyerah, tetap semangat dan terus berusaha menggapai cita-cita.
"Pesan untuk adik-adik kelas saya, tetap semangat dan semoga tahun depan Kecamatan Sandaran bisa mengirim lebih dari satu orang ke paskibraka,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, ayah Fadillah, Sunirman yang berprofesi sebagai petani mengungkapkan rasa bangga yang luar biasa terhadap putrinya.
“Saya sangat mendukung dan bangga karena tidak semua anak bisa menjadi paskibraka. Walau jauh, saya semangat datang ke Sangatta untuk memberikan dukungan,” ungkap Sunirman.
Ia bahkan rela menempuh perjalanan sejak Kamis (14/8/2025) pukul 8.00 WITA dari Sandaran dan tiba di Sangatta pukul 17.30 WITA demi menyaksikan langsung pengukuhan putrinya pada Jumat (15/8/2025).
Lebih lanjut, Sunirman menambahkan bahwa selama pelatihan komunikasi antara Fadillah dan keluarga sempat terputus karena aturan asrama yang membatasi penggunaan ponsel.
“Kurang lebih 20 hari kami tidak bisa berkomunikasi karena HP-nya diamankan selama pelatihan. Tapi saya percaya anak saya kuat dan bisa menjalani semuanya dengan baik,” pungkasnya.
(Sf/Lo)