Cari disini...
Seputarfakta.com-Lisda -
Seputar Kaltim
Ketua Pusat Komunikasi Nasional Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (Puskomnas FSLDK) Indonesia, M. Fadhil Abdurrahim. (Foto:Lisda/seputarfakta.com)
Sangatta – Peran mahasiswa sebagai pelopor perubahan terus menjadi perhatian, terutama dalam dakwah dan pembentukan moral generasi muda.
Ketua Pusat Komunikasi Nasional Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (Puskomnas FSLDK) Indonesia, M. Fadhil Abdurrahim, menekankan pentingnya membangun ekosistem dakwah kampus yang berkelanjutan dan sesuai dengan tantangan zaman.
Dalam Seminar Nasional FSLDK di ruang Meranti, Kantor Bupati Kutai Timur beberapa waktu lalu, Fadhil mengatakan bahwa dakwah kampus sekarang perlu lebih dari sekadar kegiatan keagamaan biasa. Ia mengajak gerakan dakwah menjadi ruang kolaborasi antar mahasiswa yang terhubung secara emosional, spiritual, dan intelektual.
"Ekosistem dakwah bukan hanya jaringan organisasi, tapi juga keterhubungan hati dan semangat antaraktivis. Ini penting untuk menjaga keberlangsungan gerakan, tidak hanya dari segi struktur tapi juga nilai dan amal,” ujar Fadhil.
Ia menjelaskan, Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) pertama kali dibentuk pada tahun 1986 oleh 13 lembaga dakwah kampus (LDK). Seiring waktu, jumlah lembaga yang tergabung terus bertambah hingga kini mencapai 474 LDK yang tersebar, dengan lebih dari 25.000 kader aktif.
Meski jumlahnya terus bertambah, Fadhil mengingatkan bahwa dakwah kampus saat ini menghadapi tantangan baru yang tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara lama. Ia melihat semangat sebagian aktivis mulai menurun, dan perhatian terhadap isu-isu dasar seperti perbaikan moral pun semakin berkurang, padahal dulu itu adalah fokus utama dakwah kampus.
"Dulu, dakwah kampus sangat kuat dalam membawa pesan perbaikan moral. Itu penting dan tetap relevan. Tapi sekarang, kita harus memperluas cakupan dakwah. Kita harus menyentuh isu-isu sosial, kebangsaan, bahkan lingkungan,” tegasnya.
Lebih jauh, Fadhil juga mengajak para aktivis dakwah untuk tidak hanya aktif di masjid atau kegiatan keagamaan saja, tetapi juga berperan di ruang-ruang publik.
Ia menekankan bahwa mahasiswa dakwah harus mampu tampil sebagai pemimpin, ikut dalam diskusi tentang isu-isu kebangsaan, menggerakkan massa, dan terlibat langsung dalam persoalan sosial di kampus maupun di tengah masyarakat.
"Dakwah sekarang bukan cuma soal ceramah di masjid. Aktivis harus jadi penggerak perubahan dan dekat dengan kehidupan masyarakat,” tegasnya.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com-Lisda -
Seputar Kaltim
Ketua Pusat Komunikasi Nasional Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (Puskomnas FSLDK) Indonesia, M. Fadhil Abdurrahim. (Foto:Lisda/seputarfakta.com)
Sangatta – Peran mahasiswa sebagai pelopor perubahan terus menjadi perhatian, terutama dalam dakwah dan pembentukan moral generasi muda.
Ketua Pusat Komunikasi Nasional Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (Puskomnas FSLDK) Indonesia, M. Fadhil Abdurrahim, menekankan pentingnya membangun ekosistem dakwah kampus yang berkelanjutan dan sesuai dengan tantangan zaman.
Dalam Seminar Nasional FSLDK di ruang Meranti, Kantor Bupati Kutai Timur beberapa waktu lalu, Fadhil mengatakan bahwa dakwah kampus sekarang perlu lebih dari sekadar kegiatan keagamaan biasa. Ia mengajak gerakan dakwah menjadi ruang kolaborasi antar mahasiswa yang terhubung secara emosional, spiritual, dan intelektual.
"Ekosistem dakwah bukan hanya jaringan organisasi, tapi juga keterhubungan hati dan semangat antaraktivis. Ini penting untuk menjaga keberlangsungan gerakan, tidak hanya dari segi struktur tapi juga nilai dan amal,” ujar Fadhil.
Ia menjelaskan, Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) pertama kali dibentuk pada tahun 1986 oleh 13 lembaga dakwah kampus (LDK). Seiring waktu, jumlah lembaga yang tergabung terus bertambah hingga kini mencapai 474 LDK yang tersebar, dengan lebih dari 25.000 kader aktif.
Meski jumlahnya terus bertambah, Fadhil mengingatkan bahwa dakwah kampus saat ini menghadapi tantangan baru yang tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara lama. Ia melihat semangat sebagian aktivis mulai menurun, dan perhatian terhadap isu-isu dasar seperti perbaikan moral pun semakin berkurang, padahal dulu itu adalah fokus utama dakwah kampus.
"Dulu, dakwah kampus sangat kuat dalam membawa pesan perbaikan moral. Itu penting dan tetap relevan. Tapi sekarang, kita harus memperluas cakupan dakwah. Kita harus menyentuh isu-isu sosial, kebangsaan, bahkan lingkungan,” tegasnya.
Lebih jauh, Fadhil juga mengajak para aktivis dakwah untuk tidak hanya aktif di masjid atau kegiatan keagamaan saja, tetapi juga berperan di ruang-ruang publik.
Ia menekankan bahwa mahasiswa dakwah harus mampu tampil sebagai pemimpin, ikut dalam diskusi tentang isu-isu kebangsaan, menggerakkan massa, dan terlibat langsung dalam persoalan sosial di kampus maupun di tengah masyarakat.
"Dakwah sekarang bukan cuma soal ceramah di masjid. Aktivis harus jadi penggerak perubahan dan dekat dengan kehidupan masyarakat,” tegasnya.
(Sf/Rs)