Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Seputar Kaltim
Kantor BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Temindung Samarinda, Jalan Pipit, Selasa (20/2/2024). (Foto: Tria/Seputarfakta.com)
Samarinda - Panas terik yang terjadi belakangan ini di sejumlah wilayah termasuk Kota Samarinda, merupakan dampak dari adanya fenomena El Nino. Hal itu disampaikan oleh Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Samarinda, Wiwi Indasari Azis.
Ia menyampaikan, rata-rata suhu panas di Samarinda saat ini berada di kisaran angka 33 sampai 34 derajat celcius. Suhu itu diperkirakan akan terus berlangsung hingga Maret 2024 mendatang.
“Maksimum itu kemarin 36 derajat celcius hasil dari pengukuran alat konvensional kami,” kata Wiwi saat ditemui di Kantor BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Temindung Samarinda, Jalan Pipit, Selasa (20/2/2024).
Wiwi menjelaskan, cuaca panas ini terjadi karena dipengaruhi oleh fenomena El Nino. Ia menjelaskan, El Nino merupakan fenomena anomali di mana suhu muka laut di Indonesia lebih dingin dari rata-ratanya.
“Karena di Pasifik atau di laut bagian timur di sana hangat, jadi uap airnya pada ke sana. Makanya keliatan clear (bersih) langitnya, karena penguapannya itu ke arah timur,” tambahnya.
Pihaknya memprediksikan, cuaca ini akan berlangsung sampai pertengahan bulan Maret dan akan netral pada April sampai Mei 2024. Curah hujan diprediksi tetap ada, hanya saja potensinya ringan.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, pada bulan Februari masih terjadi hujan yang cukup, dan kondisi kering terjadi pada pertengahan tahun. Kata Wiwi, itu disebabkan oleh aktifnya fenomena El Nino yang baru dimulai pada pertengahan tahun. Sehingga, kondisi panas seperti saat ini baru terjadi di sekitar pertengahan tahun.
“Di Samarinda itu sudah nggak hujan sekitar sepuluh hari kebelakang ini. Ada hujan tapi tidak terukur,” katanya.
Meski begitu, Wiwi bilang, cuaca panas saat ini tidak termasuk ke dalam suhu ekstreme. Hanya saja dalam sepuluh hari terakhir, hot spot (titik panas) di Kalimantan Timur tembus sampai 100 titik. Padahal Wiwi bilang, di akhir tahun lalu titik itu sudah hampir hilang.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Seputar Kaltim
Kantor BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Temindung Samarinda, Jalan Pipit, Selasa (20/2/2024). (Foto: Tria/Seputarfakta.com)
Samarinda - Panas terik yang terjadi belakangan ini di sejumlah wilayah termasuk Kota Samarinda, merupakan dampak dari adanya fenomena El Nino. Hal itu disampaikan oleh Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Samarinda, Wiwi Indasari Azis.
Ia menyampaikan, rata-rata suhu panas di Samarinda saat ini berada di kisaran angka 33 sampai 34 derajat celcius. Suhu itu diperkirakan akan terus berlangsung hingga Maret 2024 mendatang.
“Maksimum itu kemarin 36 derajat celcius hasil dari pengukuran alat konvensional kami,” kata Wiwi saat ditemui di Kantor BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Temindung Samarinda, Jalan Pipit, Selasa (20/2/2024).
Wiwi menjelaskan, cuaca panas ini terjadi karena dipengaruhi oleh fenomena El Nino. Ia menjelaskan, El Nino merupakan fenomena anomali di mana suhu muka laut di Indonesia lebih dingin dari rata-ratanya.
“Karena di Pasifik atau di laut bagian timur di sana hangat, jadi uap airnya pada ke sana. Makanya keliatan clear (bersih) langitnya, karena penguapannya itu ke arah timur,” tambahnya.
Pihaknya memprediksikan, cuaca ini akan berlangsung sampai pertengahan bulan Maret dan akan netral pada April sampai Mei 2024. Curah hujan diprediksi tetap ada, hanya saja potensinya ringan.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, pada bulan Februari masih terjadi hujan yang cukup, dan kondisi kering terjadi pada pertengahan tahun. Kata Wiwi, itu disebabkan oleh aktifnya fenomena El Nino yang baru dimulai pada pertengahan tahun. Sehingga, kondisi panas seperti saat ini baru terjadi di sekitar pertengahan tahun.
“Di Samarinda itu sudah nggak hujan sekitar sepuluh hari kebelakang ini. Ada hujan tapi tidak terukur,” katanya.
Meski begitu, Wiwi bilang, cuaca panas saat ini tidak termasuk ke dalam suhu ekstreme. Hanya saja dalam sepuluh hari terakhir, hot spot (titik panas) di Kalimantan Timur tembus sampai 100 titik. Padahal Wiwi bilang, di akhir tahun lalu titik itu sudah hampir hilang.
(Sf/Rs)