Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Seputar Kaltim
Bencana yang terjadi sepanjang tahun 2024 di Samarinda. (Foto: Kolasi oleh Seputarfakta.com)
Samarinda – Sepanjang tahun 2024, Kota Samarinda menghadapi serangkaian bencana yang cukup mengguncang warganya. Mulai dari kebakaran, banjir, hingga longsor. Bencana-bencana ini bukan hanya menjadi ujian bagi pemerintah, tetapi juga menuntut kewaspadaan dari masyarakat.
Salah satu peristiwa besar terjadi pada 24 Februari 2024 lalu, ketika dua kebakaran besar melanda kawasan Jalan Dr. Soetomo dan Jalan Gatot Subroto dalam waktu yang berdekatan. Di Jalan Dr. Soetomo Gang 2-4 Blok B-C RT 33-34, api melahap 28 rumah, memaksa 120 jiwa dari 30 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal.
Sementara di Jalan Gatot Subroto Gang 16, sekitar 9 bangunan hangus, serta membuat 82 jiwa dari 36 kepala keluarga tanpa tempat bernaung.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Samarinda, Hendra AH, menyebutkan bahwa penyebab utama kebakaran adalah kelalaian manusia.
“Kelalaian menjadi faktor hampir 90 persen penyebab kebakaran. Mulai dari kompor yang ditinggalkan tanpa pengawasan hingga korsleting listrik yang mencapai lebih dari 50 persen kasus,” ujar Hendra.
Selain kebakaran, bencana longsor juga menjadi momok di Samarinda sepanjang tahun ini. Intensitas hujan yang tinggi mendorong terjadinya longsor di beberapa kawasan perbukitan.
Pada 27 September 2024 lalu, terjadi longsor di Jalan Puri Indah, Gang Papadaan, Kelurahan Sungai Kapih, yang merusak dua rumah dan menimbun dua motor. Peristiwa serupa juga terjadi di Jalan Trisari II, RT 22, Kelurahan Sidodadi, pada 8 Oktober 2024 lalu, longsor melanda kawasan memaksa tiga keluarga untuk mengungsi.
Longsor lainnya yang menyita perhatian terjadi di Jalan Merdeka, RT 95, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, pada 16 Desember 2024 lalu. Longsor ini menyulitkan akses lalu lintas masyarakat dan membahayakan pengguna jalan akibat kondisi jalan yang licin.
Di akhir tahun, pada 22 Desember lalu, kawasan Gang 6 Jalan M Said, Kelurahan Lok Bahu, kembali mengalami longsor untuk keempat kalinya dalam tiga tahun terakhir. Setelah pada tahun 2022 mengalami longsor sebanyak dua kali, dan tahun 2023 satu kali.
Tak hanya longsor dan kebakaran, banjir besar juga menambah derita warga Samarinda, terutama di kawasan Samarinda Utara. Pada bulan Juli lalu, banjir merendam ratusan rumah dengan ketinggian air mencapai 60 cm, berdampak pada 729 jiwa dari tujuh RT di Kelurahan Sungai Siring.
Fasilitas umum seperti posyandu, sekolah, dan rumah ibadah ikut terdampak, bahkan area perkebunan hortikultura seluas 20 hektare terendam. Banjir serupa kembali terjadi pada Oktober 2024, ketika tanggul tak mampu menahan debit air akibat hujan deras.
Untuk mencegah kejadian serupa dan demi keselamatan masyarakat,bAnalis Kebencanaan Ahli Muda BPBD Samarinda, Hamzah, mengimbau masyarakat agar lebih waspada.
“Terutama mereka yang tinggal di kawasan perbukitan. Upayakan menjaga kebersihan drainase agar aliran air tidak terhambat,” pesan Hamzah.
Rentetan bencana ini menurutnya menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan, kerja sama, dan tanggung jawab bersama dalam menghadapi tantangan alam yang dapat berdampak pada lingkungan sekitar.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Seputar Kaltim
Bencana yang terjadi sepanjang tahun 2024 di Samarinda. (Foto: Kolasi oleh Seputarfakta.com)
Samarinda – Sepanjang tahun 2024, Kota Samarinda menghadapi serangkaian bencana yang cukup mengguncang warganya. Mulai dari kebakaran, banjir, hingga longsor. Bencana-bencana ini bukan hanya menjadi ujian bagi pemerintah, tetapi juga menuntut kewaspadaan dari masyarakat.
Salah satu peristiwa besar terjadi pada 24 Februari 2024 lalu, ketika dua kebakaran besar melanda kawasan Jalan Dr. Soetomo dan Jalan Gatot Subroto dalam waktu yang berdekatan. Di Jalan Dr. Soetomo Gang 2-4 Blok B-C RT 33-34, api melahap 28 rumah, memaksa 120 jiwa dari 30 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal.
Sementara di Jalan Gatot Subroto Gang 16, sekitar 9 bangunan hangus, serta membuat 82 jiwa dari 36 kepala keluarga tanpa tempat bernaung.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Samarinda, Hendra AH, menyebutkan bahwa penyebab utama kebakaran adalah kelalaian manusia.
“Kelalaian menjadi faktor hampir 90 persen penyebab kebakaran. Mulai dari kompor yang ditinggalkan tanpa pengawasan hingga korsleting listrik yang mencapai lebih dari 50 persen kasus,” ujar Hendra.
Selain kebakaran, bencana longsor juga menjadi momok di Samarinda sepanjang tahun ini. Intensitas hujan yang tinggi mendorong terjadinya longsor di beberapa kawasan perbukitan.
Pada 27 September 2024 lalu, terjadi longsor di Jalan Puri Indah, Gang Papadaan, Kelurahan Sungai Kapih, yang merusak dua rumah dan menimbun dua motor. Peristiwa serupa juga terjadi di Jalan Trisari II, RT 22, Kelurahan Sidodadi, pada 8 Oktober 2024 lalu, longsor melanda kawasan memaksa tiga keluarga untuk mengungsi.
Longsor lainnya yang menyita perhatian terjadi di Jalan Merdeka, RT 95, Kelurahan Sungai Pinang Dalam, pada 16 Desember 2024 lalu. Longsor ini menyulitkan akses lalu lintas masyarakat dan membahayakan pengguna jalan akibat kondisi jalan yang licin.
Di akhir tahun, pada 22 Desember lalu, kawasan Gang 6 Jalan M Said, Kelurahan Lok Bahu, kembali mengalami longsor untuk keempat kalinya dalam tiga tahun terakhir. Setelah pada tahun 2022 mengalami longsor sebanyak dua kali, dan tahun 2023 satu kali.
Tak hanya longsor dan kebakaran, banjir besar juga menambah derita warga Samarinda, terutama di kawasan Samarinda Utara. Pada bulan Juli lalu, banjir merendam ratusan rumah dengan ketinggian air mencapai 60 cm, berdampak pada 729 jiwa dari tujuh RT di Kelurahan Sungai Siring.
Fasilitas umum seperti posyandu, sekolah, dan rumah ibadah ikut terdampak, bahkan area perkebunan hortikultura seluas 20 hektare terendam. Banjir serupa kembali terjadi pada Oktober 2024, ketika tanggul tak mampu menahan debit air akibat hujan deras.
Untuk mencegah kejadian serupa dan demi keselamatan masyarakat,bAnalis Kebencanaan Ahli Muda BPBD Samarinda, Hamzah, mengimbau masyarakat agar lebih waspada.
“Terutama mereka yang tinggal di kawasan perbukitan. Upayakan menjaga kebersihan drainase agar aliran air tidak terhambat,” pesan Hamzah.
Rentetan bencana ini menurutnya menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan, kerja sama, dan tanggung jawab bersama dalam menghadapi tantangan alam yang dapat berdampak pada lingkungan sekitar.
(Sf/Rs)