Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Seputar Kaltim
Festival Mooncake di Vihara Sejahtera Maitreya (Buddhist Centre Samarinda), Jalan Panjaitan, Samarinda yang berlangsung dari tanggal 15 sampai 17 September 2024. (Foto: HO-Dokumentasi Pribadi/Seputarfakta.com)
Samarinda - Ketua Buddhist Centre Kaltim, Hendri Suwito mengatakan Festival Mooncake yang diselenggarakan di Maha Vihara Sejahtera Maitreya (Buddhist Centre Kaltim) di Jalan D.I. Panjaitan, Samarinda berlangsung meriah dan sukses tahun ini.
Ia menjelaskan bahwa filosofi mooncake berasal dari festival musim gugur, sebuah tradisi di mana keluarga berkumpul untuk menyampaikan rasa syukur dan kebahagiaan.
Dalam festival ini, dibuatlah kue bulan atau mooncake yang melambangkan kemakmuran dan keutuhan keluarga.
“Kue bulan memiliki berbagai rasa, ada yang manis, asin, dan berbagai cita rasa lainnya. Namun, ketika disatukan, kue tersebut menjadi lembut dan bergizi, yang melambangkan kemakmuran dan keutuhan keluarga," ungkap Hendri saat penutupan festival mooncake, Selasa (17/9/2024) malam.
Kue yang bulat itu, kata Hendri melambangkan keluarga yang utuh, dan harapan-harapan baik yang digantungkan dalam perayaan mooncake menjadi kebaikan bagi semua orang.
Ia juga menambahkan bahwa festival ini membawa pesan persatuan tanpa sekat. Tergambar dari hiasa lampion yang terpasang dengan beragam warna.
Mooncake sendiri selalu identik dengan kue bulan dan lampion. Lampion yang berwarna-warni, bulat sempurna, menjadi salah satu daya tarik utama dalam festival ini, terutama bagi masyarakat yang ingin berfoto dan menikmati suasana festival.
“Setiap mooncake memiliki harapan yang digantungkan, seperti kebaikan dan rasa persaudaraan. Lampion yang indah ini melambangkan keberagaman yang memberi manfaat kepada kita semua, tanpa membedakan siapa saja yang memandangnya," bebernya.
Ia menilai Festival Mooncake yang digelar di Samarinda tahun ini berlangsung aman dan sukses. Masyarakat yang datang menunjukkan toleransi beragama yang luar biasa. Hendri merasa bersyukur karena masyarakat yang hadir menjaga kedamaian selama perayaan.
"Kami yang kecil, tetapi ada masyarakat lain yang turut serta, sehingga membuat kami merasa sangat berarti," tuturnya.
Dalam festival ini juga banyak area dari Vihara yang dibuka untuk umum. Pihaknya mengizinkan warga untuk datang, melihat, dan berfoto di berbagai ruangan. Selain itu, edukasi tentang cara memproduksi kue bulan juga diberikan kepada pengunjung, yang membuat masyarakat semakin antusias menantikan festival tahun berikutnya.
"Tagline yang kami usung, 'Indonesia Harmonis, Dunia Satu Keluarga,' tidak akan kami ubah. Biarlah itu menjadi sejarah peradaban, mencerminkan harapan akan keharmonisan dalam keberagaman," tambahnya.
Ia berharap dengan adanya Festival Mooncake ini mampu memperkuat rasa persaudaraan dan kebersamaan di tengah keberagaman budaya dan kepercayaan di Samarinda, tak hanya di tahun ini, namun juga di tahun yang akan datang.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Seputar Kaltim
Festival Mooncake di Vihara Sejahtera Maitreya (Buddhist Centre Samarinda), Jalan Panjaitan, Samarinda yang berlangsung dari tanggal 15 sampai 17 September 2024. (Foto: HO-Dokumentasi Pribadi/Seputarfakta.com)
Samarinda - Ketua Buddhist Centre Kaltim, Hendri Suwito mengatakan Festival Mooncake yang diselenggarakan di Maha Vihara Sejahtera Maitreya (Buddhist Centre Kaltim) di Jalan D.I. Panjaitan, Samarinda berlangsung meriah dan sukses tahun ini.
Ia menjelaskan bahwa filosofi mooncake berasal dari festival musim gugur, sebuah tradisi di mana keluarga berkumpul untuk menyampaikan rasa syukur dan kebahagiaan.
Dalam festival ini, dibuatlah kue bulan atau mooncake yang melambangkan kemakmuran dan keutuhan keluarga.
“Kue bulan memiliki berbagai rasa, ada yang manis, asin, dan berbagai cita rasa lainnya. Namun, ketika disatukan, kue tersebut menjadi lembut dan bergizi, yang melambangkan kemakmuran dan keutuhan keluarga," ungkap Hendri saat penutupan festival mooncake, Selasa (17/9/2024) malam.
Kue yang bulat itu, kata Hendri melambangkan keluarga yang utuh, dan harapan-harapan baik yang digantungkan dalam perayaan mooncake menjadi kebaikan bagi semua orang.
Ia juga menambahkan bahwa festival ini membawa pesan persatuan tanpa sekat. Tergambar dari hiasa lampion yang terpasang dengan beragam warna.
Mooncake sendiri selalu identik dengan kue bulan dan lampion. Lampion yang berwarna-warni, bulat sempurna, menjadi salah satu daya tarik utama dalam festival ini, terutama bagi masyarakat yang ingin berfoto dan menikmati suasana festival.
“Setiap mooncake memiliki harapan yang digantungkan, seperti kebaikan dan rasa persaudaraan. Lampion yang indah ini melambangkan keberagaman yang memberi manfaat kepada kita semua, tanpa membedakan siapa saja yang memandangnya," bebernya.
Ia menilai Festival Mooncake yang digelar di Samarinda tahun ini berlangsung aman dan sukses. Masyarakat yang datang menunjukkan toleransi beragama yang luar biasa. Hendri merasa bersyukur karena masyarakat yang hadir menjaga kedamaian selama perayaan.
"Kami yang kecil, tetapi ada masyarakat lain yang turut serta, sehingga membuat kami merasa sangat berarti," tuturnya.
Dalam festival ini juga banyak area dari Vihara yang dibuka untuk umum. Pihaknya mengizinkan warga untuk datang, melihat, dan berfoto di berbagai ruangan. Selain itu, edukasi tentang cara memproduksi kue bulan juga diberikan kepada pengunjung, yang membuat masyarakat semakin antusias menantikan festival tahun berikutnya.
"Tagline yang kami usung, 'Indonesia Harmonis, Dunia Satu Keluarga,' tidak akan kami ubah. Biarlah itu menjadi sejarah peradaban, mencerminkan harapan akan keharmonisan dalam keberagaman," tambahnya.
Ia berharap dengan adanya Festival Mooncake ini mampu memperkuat rasa persaudaraan dan kebersamaan di tengah keberagaman budaya dan kepercayaan di Samarinda, tak hanya di tahun ini, namun juga di tahun yang akan datang.
(Sf/Rs)