Cari disini...
Seputarfakta.com-Lisda -
Seputar Kaltim
Pemandangan indah di Agrowisata Teluk Pandan, (foto: Istimewa)
Sangatta - Pengembangan agrowisata di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menunjukkan pertumbuhan positif. Dua lokasi agrowisata, yaitu di Kecamatan Teluk Pandan dan Kaubun, kini telah berjalan dan mulai mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, terutama kelompok tani dan pelaku wisata desa (Pokdarwis)
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kutim, Dyah Ratnaningrum, menyampaikan bahwa kedua lokasi tersebut saat ini sudah aktif dan dikelola dengan dukungan berbagai stakeholder. Salah satu agrowisata yang sudah mulai menarik perhatian sejak pertengahan 2024 adalah Agrowisata Teluk Pandan.
"Pengunjungnya sejak pertengahan tahun lalu hingga akhir 2024 tercatat mencapai sekitar 850 orang. Di sana sudah tersedia fasilitas yang bisa di sewa seperti otoped, sepeda, dan spot foto. Semua itu dikelola oleh kelompok tani serta Pokdarwis yang sudah mengelola dengan baik di sana," ujar Dyah.
Ia menambahkan bahwa agrowisata di Kutim memiliki potensi besar untuk berkembang. Menurutnya, peran desa, kelompok tani, Pokdarwis, dan pihak terkait sangat penting untuk memastikan program ini tetap berlanjut.
"Kami dari DTPHP hanya memfasilitasi, karena pengelolaan teknis ada di desa dan kelompok terkait. Sekarang tinggal bagaimana manajemen dan kelangsungan agrowisatanya ke depan," tambahnya.
Dyah mengungkapkan salah satu keunggulan agrowisata di Kutim adalah nuansa kearifan lokal yang ditonjolkan. Di Agrowisata Kaubun, yang dikelola oleh masyarakat yang mayoritas berasal dari Bali, nuansa Bali terasa kuat lewat ukiran di spot foto dan saung yang khas.
Sementara itu, di Teluk Pandan, kreativitas lokal juga ditunjukkan lewat pembangunan saung dan gazebo permanen, termasuk Saung Tani yang lebih besar, yang berfungsi sebagai tempat pelatihan, pertemuan petani, hingga pelaksanaan event.
"Kalau yang di Teluk Pandan ini kan Kerta Ulin. Kerta Ulinnya dicat oleh Kades. Kemudian ada saung-saung yang sudah kita bikin. Nah, itu nanti tinggal pengelolaannya mau dibawa ke mana. Konsepnya masih digodok," ungkapnya.
Selain itu, Setiap akhir pekan, kawasan agrowisata juga ramai dengan bazar makanan tradisional, yang menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan lokal. Dyah memastikan bahwa manfaatnya sudah dirasakan oleh petani.
“Anggota kelompok tani sudah mulai dapat pemasukan dari pemanfaatan area agrowisata itu sambil menunggu panen, karena di sana sudah dikelola dengan baik,” jelasnya.
Saat ini, komoditas utama yang ditampilkan dalam agrowisata masih didominasi oleh padi. Namun ke depan, Dyah berharap ada inisiatif dari kelompok tani untuk mengembangkan wisata berbasis buah, sayur, atau komoditas lainnya.
"Ini kan harus dari kelompok taninya yang punya keinginan. Kalau kita kasih ide atau kita paksa, tapi kelompok taninya nggak mau ngerjain, ya nggak ada gunanya. Semua tergantung kesiapan SDM di lapangan,” pungkasnya.
Langkah ini sejalan dengan arahan Bupati Kutim yang mendorong penguatan ekonomi kerakyatan berbasis pertanian, sebagai strategi jangka panjang menghadapi masa pasca-tambang.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com-Lisda -
Seputar Kaltim
Pemandangan indah di Agrowisata Teluk Pandan, (foto: Istimewa)
Sangatta - Pengembangan agrowisata di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menunjukkan pertumbuhan positif. Dua lokasi agrowisata, yaitu di Kecamatan Teluk Pandan dan Kaubun, kini telah berjalan dan mulai mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, terutama kelompok tani dan pelaku wisata desa (Pokdarwis)
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (DTPHP) Kutim, Dyah Ratnaningrum, menyampaikan bahwa kedua lokasi tersebut saat ini sudah aktif dan dikelola dengan dukungan berbagai stakeholder. Salah satu agrowisata yang sudah mulai menarik perhatian sejak pertengahan 2024 adalah Agrowisata Teluk Pandan.
"Pengunjungnya sejak pertengahan tahun lalu hingga akhir 2024 tercatat mencapai sekitar 850 orang. Di sana sudah tersedia fasilitas yang bisa di sewa seperti otoped, sepeda, dan spot foto. Semua itu dikelola oleh kelompok tani serta Pokdarwis yang sudah mengelola dengan baik di sana," ujar Dyah.
Ia menambahkan bahwa agrowisata di Kutim memiliki potensi besar untuk berkembang. Menurutnya, peran desa, kelompok tani, Pokdarwis, dan pihak terkait sangat penting untuk memastikan program ini tetap berlanjut.
"Kami dari DTPHP hanya memfasilitasi, karena pengelolaan teknis ada di desa dan kelompok terkait. Sekarang tinggal bagaimana manajemen dan kelangsungan agrowisatanya ke depan," tambahnya.
Dyah mengungkapkan salah satu keunggulan agrowisata di Kutim adalah nuansa kearifan lokal yang ditonjolkan. Di Agrowisata Kaubun, yang dikelola oleh masyarakat yang mayoritas berasal dari Bali, nuansa Bali terasa kuat lewat ukiran di spot foto dan saung yang khas.
Sementara itu, di Teluk Pandan, kreativitas lokal juga ditunjukkan lewat pembangunan saung dan gazebo permanen, termasuk Saung Tani yang lebih besar, yang berfungsi sebagai tempat pelatihan, pertemuan petani, hingga pelaksanaan event.
"Kalau yang di Teluk Pandan ini kan Kerta Ulin. Kerta Ulinnya dicat oleh Kades. Kemudian ada saung-saung yang sudah kita bikin. Nah, itu nanti tinggal pengelolaannya mau dibawa ke mana. Konsepnya masih digodok," ungkapnya.
Selain itu, Setiap akhir pekan, kawasan agrowisata juga ramai dengan bazar makanan tradisional, yang menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan lokal. Dyah memastikan bahwa manfaatnya sudah dirasakan oleh petani.
“Anggota kelompok tani sudah mulai dapat pemasukan dari pemanfaatan area agrowisata itu sambil menunggu panen, karena di sana sudah dikelola dengan baik,” jelasnya.
Saat ini, komoditas utama yang ditampilkan dalam agrowisata masih didominasi oleh padi. Namun ke depan, Dyah berharap ada inisiatif dari kelompok tani untuk mengembangkan wisata berbasis buah, sayur, atau komoditas lainnya.
"Ini kan harus dari kelompok taninya yang punya keinginan. Kalau kita kasih ide atau kita paksa, tapi kelompok taninya nggak mau ngerjain, ya nggak ada gunanya. Semua tergantung kesiapan SDM di lapangan,” pungkasnya.
Langkah ini sejalan dengan arahan Bupati Kutim yang mendorong penguatan ekonomi kerakyatan berbasis pertanian, sebagai strategi jangka panjang menghadapi masa pasca-tambang.
(Sf/Rs)