Cari disini...
seputarfakta.com - Baiq Eliana -
Pemerintah Kabupaten Berau
Suasana saat proses simulasi alat penyedot lumpur di Jalan Pulau Panjang Tanjung Redeb. (Foto: Baiq Eliana/seputarfakta.com)
Tanjung Redeb - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau terus berupaya menanggulangi banjir yang sering kali melanda beberapa kawasan, salah satunya di Jalan Pulau Panjang, Tanjung Redeb.
Oleh karena itu, salah satu langkah terbaru adalah melakukan uji coba atau simulasi penyedotan lumpur dan menggunakan alat berat, menyusul temuan sedimentasi keras yang menyumbat aliran drainase.
Wakil Bupati (Wabup) Berau, Gamalis menjelaskan beberapa waktu lalu telah dilakukan simulasi alat penyedot lumpur di Jalan Pulau Panjang, ditemukan penyumbatan bukan lagi berupa lumpur biasa, melainkan tumpukan lumpur keras yang sudah mengalami pembekuan dan pengkristalan.
"Malah ada beberapa titik ketika kami pukul berbunyi tuk, tuk, tuk. Ini bukan lumpur lagi, tapi sudah seperti batu. Kalau dia terbuka, kita menggunakan ekskavator mini. Tapi karena ini tertutup, maka kita harus melakukan sedot," ungkap Gamalis.
Ia mengatakan kini baru tersedia satu unit alat penyedot lumpur. Tapi jika efektif, maka akan diupayakan jumlahnya ditambah. Oleh sebab itu dirinya menegaskan keputusan penambahan alat akan bergantung pada hasil evaluasi efektivitas di lapangan.
"Kita coba satu unit yang ada dulu. Kalau hasilnya baik, bisa saja kita tambah satu atau dua unit lagi," katanya.
Dirinya pun menyampaikan bahwa uji coba tersebut dilakukan dengan satu unit alat penyedot berkapasitas 5.000 liter yang dibantu oleh kendaraan milik Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Berau.
"Ada tiga kendaraan kemarin, tiga-tiganya difungsikan karena sedimentasi terlalu keras, maka digunakan unit pemadam kebakaran untuk menyemprotkan air bertekanan tinggi guna melunakkan material sebelum disedot. Lalu langsung disedot menggunakan sedot lumpur PUPR, kemudian ada truk DLHK untuk menerima hasil limbah untuk di bawah ke pembuangan," terangnya.
Kendati demikian, ia menyebut Pulau Panjang memang menjadi salah satu titik rawan banjir tertinggi di Tanjung Redeb. Hujan dengan intensitas ringan pun kerap menyebabkan genangan karena drainase yang tidak berfungsi maksimal akibat sedimentasi.
"Drainasenya sebenarnya sudah bagus. Tapi karena sedimentasinya sudah mengeras, air tidak bisa mengalir. Kita fokus dulu bagaimana menyedotnya," ujarnya.
Ia menekankan penanganan tersebut tidak selalu sama di setiap titik, sehingga bisa saja tiap titik perlu penanganan berbeda karena kondisi sedimentasi tidak selalu sama.
"Kalau tempat lain mungkin cukup disedot langsung. Tapi di sini harus ditembak dulu karena terlalu keras. Ini case by case," tambahnya.
Gamalis pun berharap melalui langkah ini, Pemkab Berau bisa mendapatkan metode paling efektif untuk menanggulangi banjir, sekaligus menyiapkan rencana jangka panjang yang lebih sistematis. (Adv)
(Sf/Lo)
Tim Editorial
Cari disini...
seputarfakta.com - Baiq Eliana -
Pemerintah Kabupaten Berau
Suasana saat proses simulasi alat penyedot lumpur di Jalan Pulau Panjang Tanjung Redeb. (Foto: Baiq Eliana/seputarfakta.com)
Tanjung Redeb - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau terus berupaya menanggulangi banjir yang sering kali melanda beberapa kawasan, salah satunya di Jalan Pulau Panjang, Tanjung Redeb.
Oleh karena itu, salah satu langkah terbaru adalah melakukan uji coba atau simulasi penyedotan lumpur dan menggunakan alat berat, menyusul temuan sedimentasi keras yang menyumbat aliran drainase.
Wakil Bupati (Wabup) Berau, Gamalis menjelaskan beberapa waktu lalu telah dilakukan simulasi alat penyedot lumpur di Jalan Pulau Panjang, ditemukan penyumbatan bukan lagi berupa lumpur biasa, melainkan tumpukan lumpur keras yang sudah mengalami pembekuan dan pengkristalan.
"Malah ada beberapa titik ketika kami pukul berbunyi tuk, tuk, tuk. Ini bukan lumpur lagi, tapi sudah seperti batu. Kalau dia terbuka, kita menggunakan ekskavator mini. Tapi karena ini tertutup, maka kita harus melakukan sedot," ungkap Gamalis.
Ia mengatakan kini baru tersedia satu unit alat penyedot lumpur. Tapi jika efektif, maka akan diupayakan jumlahnya ditambah. Oleh sebab itu dirinya menegaskan keputusan penambahan alat akan bergantung pada hasil evaluasi efektivitas di lapangan.
"Kita coba satu unit yang ada dulu. Kalau hasilnya baik, bisa saja kita tambah satu atau dua unit lagi," katanya.
Dirinya pun menyampaikan bahwa uji coba tersebut dilakukan dengan satu unit alat penyedot berkapasitas 5.000 liter yang dibantu oleh kendaraan milik Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Berau.
"Ada tiga kendaraan kemarin, tiga-tiganya difungsikan karena sedimentasi terlalu keras, maka digunakan unit pemadam kebakaran untuk menyemprotkan air bertekanan tinggi guna melunakkan material sebelum disedot. Lalu langsung disedot menggunakan sedot lumpur PUPR, kemudian ada truk DLHK untuk menerima hasil limbah untuk di bawah ke pembuangan," terangnya.
Kendati demikian, ia menyebut Pulau Panjang memang menjadi salah satu titik rawan banjir tertinggi di Tanjung Redeb. Hujan dengan intensitas ringan pun kerap menyebabkan genangan karena drainase yang tidak berfungsi maksimal akibat sedimentasi.
"Drainasenya sebenarnya sudah bagus. Tapi karena sedimentasinya sudah mengeras, air tidak bisa mengalir. Kita fokus dulu bagaimana menyedotnya," ujarnya.
Ia menekankan penanganan tersebut tidak selalu sama di setiap titik, sehingga bisa saja tiap titik perlu penanganan berbeda karena kondisi sedimentasi tidak selalu sama.
"Kalau tempat lain mungkin cukup disedot langsung. Tapi di sini harus ditembak dulu karena terlalu keras. Ini case by case," tambahnya.
Gamalis pun berharap melalui langkah ini, Pemkab Berau bisa mendapatkan metode paling efektif untuk menanggulangi banjir, sekaligus menyiapkan rencana jangka panjang yang lebih sistematis. (Adv)
(Sf/Lo)