Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Figur
Camat Samarinda Seberang, Aditya Koesprayogi. (Foto: Tria/Seputarfakta.com)
Samarinda - Di balik sosoknya yang muda, berwajah rupawan, dan sering menjadi sasaran swafoto warga, Aditya Koesprayogi menyimpan kisah perjuangan panjang dan dedikasi tinggi dalam dunia pemerintahan.
Lahir di Balikpapan pada 23 Juli 1986, pria berpostur tegap ini kini menjabat sebagai Camat Samarinda Seberang, sekaligus menjadi camat termuda di Kota Samarinda.
Popularitas Aditya bukan hanya datang dari penampilannya yang selalu rapi dan profesional. Di balik sorotan kamera dan senyuman ramah kepada masyarakat, tersimpan tekad kuat untuk memajukan wilayah yang ia pimpin.
“Alhamdulillah, ini adalah anugerah. Tapi yang terpenting adalah tetap profesional dalam bekerja,” ungkap Aditya.
Ia sadar bahwa menjadi pemimpin di usia muda tentu bukan perkara mudah. Aditya mengaku, pada awal masa jabatannya sebagai camat sejak November 2023, ia sempat merasa kewalahan.
Namun, semangat untuk belajar dan beradaptasi membawanya melewati berbagai tantangan.
“Filosofi saya adalah mengosongkan cangkir agar bisa diisi dengan hal baru. Saya belajar dari nol, menyinkronkan dengan kondisi yang ada,” katanya.
Perjalanan Aditya di dunia birokrasi dimulai pada tahun 2008 lalu, sebagai staf di Kelurahan Karang Asam Ilir.
Ketekunannya itu berhasil mengantarkannya ke berbagai posisi strategis, seperti Kepala Seksi, Kasubag Protokol, hingga Sekretaris Camat.
Semua pencapaian itu tak diraihnya dengan jalan pintas, melainkan dengan kerja keras, ketekunan, dan komitmen terhadap tanggung jawab.
Kini, sebagai pemimpin, Aditya tak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga menciptakan iklim kerja yang sehat dan kondusif. Salah satu inisiatif kecil namun bermakna yang ia lakukan adalah pengadaan kantin bagi pegawai kecamatan.
“Sebelumnya mereka harus keluar kantor hanya untuk membeli makan atau minum. Saya ingin efisiensi dan kenyamanan kerja mereka terjaga,” jelasnya.
Gaya kepemimpinan Aditya juga ditandai dengan keterbukaan. Ia rutin membuka ruang diskusi, menerima masukan dari pegawai maupun masyarakat. Baginya, komunikasi adalah kunci utama dalam memimpin dan membangun wilayah.
“Tidak ada rumus pasti dalam bermasyarakat, kecuali komunikasi. Saya ingin ada kolaborasi dan satu visi antara semua pihak,” tegasnya.
Meski telah mengukir prestasi, termasuk penghargaan sebagai Camat Berprestasi ke-3 se-Kalimantan Timur dalam HUT Kaltim ke-68, Aditya tidak silau oleh ambisi. Ia memilih untuk menjalani hidup dengan prinsip mengalir dan terus belajar.
Di sela kesibukannya, Aditya juga meluangkan waktu untuk berolahraga tennis dan menikmati ketenangan di rumah.
Ia juga gemar bersilaturahmi dengan tokoh masyarakat, menyerap aspirasi dan menjadikan komunikasi sebagai jalan untuk mengejar pengalaman yang masih perlu dilengkapi.
Aditya Koesprayogi bukan sekadar wajah muda dalam pemerintahan. Ia adalah simbol bahwa pemimpin muda bisa bersinar dengan kerja nyata, mendengar warganya, dan menciptakan perubahan meski dimulai dari hal-hal yang kecil tapi bermakna.
“Saya tidak punya target harus menjadi apa. Dulu saya di protokol, tidak menyangka bisa menjadi camat. Saya percaya semua ada jalannya,” pungkasnya.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Tria -
Figur
Camat Samarinda Seberang, Aditya Koesprayogi. (Foto: Tria/Seputarfakta.com)
Samarinda - Di balik sosoknya yang muda, berwajah rupawan, dan sering menjadi sasaran swafoto warga, Aditya Koesprayogi menyimpan kisah perjuangan panjang dan dedikasi tinggi dalam dunia pemerintahan.
Lahir di Balikpapan pada 23 Juli 1986, pria berpostur tegap ini kini menjabat sebagai Camat Samarinda Seberang, sekaligus menjadi camat termuda di Kota Samarinda.
Popularitas Aditya bukan hanya datang dari penampilannya yang selalu rapi dan profesional. Di balik sorotan kamera dan senyuman ramah kepada masyarakat, tersimpan tekad kuat untuk memajukan wilayah yang ia pimpin.
“Alhamdulillah, ini adalah anugerah. Tapi yang terpenting adalah tetap profesional dalam bekerja,” ungkap Aditya.
Ia sadar bahwa menjadi pemimpin di usia muda tentu bukan perkara mudah. Aditya mengaku, pada awal masa jabatannya sebagai camat sejak November 2023, ia sempat merasa kewalahan.
Namun, semangat untuk belajar dan beradaptasi membawanya melewati berbagai tantangan.
“Filosofi saya adalah mengosongkan cangkir agar bisa diisi dengan hal baru. Saya belajar dari nol, menyinkronkan dengan kondisi yang ada,” katanya.
Perjalanan Aditya di dunia birokrasi dimulai pada tahun 2008 lalu, sebagai staf di Kelurahan Karang Asam Ilir.
Ketekunannya itu berhasil mengantarkannya ke berbagai posisi strategis, seperti Kepala Seksi, Kasubag Protokol, hingga Sekretaris Camat.
Semua pencapaian itu tak diraihnya dengan jalan pintas, melainkan dengan kerja keras, ketekunan, dan komitmen terhadap tanggung jawab.
Kini, sebagai pemimpin, Aditya tak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga menciptakan iklim kerja yang sehat dan kondusif. Salah satu inisiatif kecil namun bermakna yang ia lakukan adalah pengadaan kantin bagi pegawai kecamatan.
“Sebelumnya mereka harus keluar kantor hanya untuk membeli makan atau minum. Saya ingin efisiensi dan kenyamanan kerja mereka terjaga,” jelasnya.
Gaya kepemimpinan Aditya juga ditandai dengan keterbukaan. Ia rutin membuka ruang diskusi, menerima masukan dari pegawai maupun masyarakat. Baginya, komunikasi adalah kunci utama dalam memimpin dan membangun wilayah.
“Tidak ada rumus pasti dalam bermasyarakat, kecuali komunikasi. Saya ingin ada kolaborasi dan satu visi antara semua pihak,” tegasnya.
Meski telah mengukir prestasi, termasuk penghargaan sebagai Camat Berprestasi ke-3 se-Kalimantan Timur dalam HUT Kaltim ke-68, Aditya tidak silau oleh ambisi. Ia memilih untuk menjalani hidup dengan prinsip mengalir dan terus belajar.
Di sela kesibukannya, Aditya juga meluangkan waktu untuk berolahraga tennis dan menikmati ketenangan di rumah.
Ia juga gemar bersilaturahmi dengan tokoh masyarakat, menyerap aspirasi dan menjadikan komunikasi sebagai jalan untuk mengejar pengalaman yang masih perlu dilengkapi.
Aditya Koesprayogi bukan sekadar wajah muda dalam pemerintahan. Ia adalah simbol bahwa pemimpin muda bisa bersinar dengan kerja nyata, mendengar warganya, dan menciptakan perubahan meski dimulai dari hal-hal yang kecil tapi bermakna.
“Saya tidak punya target harus menjadi apa. Dulu saya di protokol, tidak menyangka bisa menjadi camat. Saya percaya semua ada jalannya,” pungkasnya.
(Sf/Rs)