Perjuangan Erwin Riyadi, Peraih IPK 3,96 yang Sempat Diremehkan Gurunya Sendiri

    seputarfakta.com - Maulana -

    Figur

    15 Maret 2023 04:33 WIB

    Erwin Riyadi Lulusan Mahasiswa UINSI Samarinda. (Foto: Istimewa)

    Samarinda - Tumbuh dalam keadaan fisik sempurna adalah harapan semua orang di dunia, terutama ibu yang mengandung seorang anak dengan penuh kasih sayang merawat dan berharap terlahir bayi yang sehat dan memiliki fisik sempurna.

    Namun, kehendak tuhan tidak bisa ditebak dan kadang tidak sesuai dengan keinginan. Di sinilah para ibu yang melahirkan diuji ketika mendapat anak yang memiliki kekurangan fisik.

    Bahkan seorang anak tidak ingin terlahir dalam keadaan kekurangan fisik, termasuk sosok Erwin Riyadi. Guru SMA Bontang ini terlahir dalam keadaan mata yang sulit untuk melihat. 

    Dari keterbatasan yang dimiliki, Erwin masih dapat melihat objek yang dekat sekali. Tapi apabila objek yang jauh akan tidak fokus dan sedikit ada guncangan.

    Mata yang digunakan dominan sebelah kiri karena lebih terkontrol dan dapat membantu penglihatan. Sedangkan mata sebelah kanan, hanya memanfaatkan gerak cahaya sempit dan fokus pada objek yang dekat.

    Hal tersebut membuat Erwin sangat kesulitan saat kegiatan belajar mengajar di kelas.

    Ia berkonsentrasi penuh mendengarkan guru di kelas, karena jarak jauh papan tulis menyebabkan Erwin kesulitan dalam melihat. Untuk catatan dipapan tulis, sering kali harus pinjam buku teman sebangku.

    Lulusan UINSI Samarinda ini pernah mendapatkan perlakuan diskriminasi dari guru Sekolah Dasar (SD) yang ada di Bontang.

    Ketika pendaftaran SD, Erwin sempat diragukan karena keadaan yang seperti itu ditakutkan tidak bisa mengikuti pembelajaran dan gurunya saat itu menyarankan untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Luar Biasa (SLB).

    Orang tua Erwin dengan tekadnya membuat perjanjian dengan pihak sekolah. Perjanjian tersebut memuat bahwa Erwin akan pindah jika tidak naik kelas.

    Namun perjuangan orang tua untuk terus membantu pembelajaran setiap harinya, membuat Erwin selalu bisa berkembang dan naik kelas, perjanjian itupun luntur dengan sendirinya sampai Erwin lulus.

    Keraguan orang sekitar tentang Erwin terkait pendidikan tidak mendapatkan penolakan.

    Erwin pun dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang berikutnya di Sekolah Menengah pertama (SMP) Negeri 2 Bontang.

    Lingkungan sekitar, seperti guru dan siswa lainnya dapat menerima keberadaanya. Ditambah Pemerintah Kota Bontang melihat beberapa sekolah yang memiliki siswa yang berkebutuhan khusus.
    Kemudian Erwin mendapatkan pembinaan khusus berupa beasiswa.

    Dalam jangkauan Pemkot Bontang, siswa berkebutuhan khusus atau inklusif ini berbeda dengan siswa SLB, perbedaan yang mendasar adalah siswa SLB tidak dapat berinteraksi, sedangkan siswa seperti Erwin ini masih bisa berinteraksi dengan sekitar.

    Manis pahitnya kehidupan di sekolah tidak membuat Erwin menyerah melanjutkan pendidikan tingginya.

    Ia menetapkan hati untuk melanjutkan pendidikan di UINSI Samarinda mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

    Erwin menjalani perkuliahan dengan senang, teman-teman sekitarnya sangat baik dan termotivasi oleh erwin, sebab selama kuliah Erwin menorehkan beberapa prestasi, seperti juara 1 lomba cerdas cermat HMPS TBI UINSI Samarinda, Juara 1 Lomba CCAI PUSDIMA Fair POLNES Samarinda, Juara 1 Lomba Tartil Sensorik Netra RRI Samarinda 2022. 

    Dari prestasi yang dimiliki, Erwin pun juga menghafal Qur'an, dorongan dari pengasuh Asrama Ustadz Nasrun dan Ustadz Rifa'i. 

    Melihat Erwin yang sangat menginspirasi teman-temannya, menyulut semangat dosen bernama Indriana membentuk Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) di UINSI Samarinda.

    Dalam pembentukan ini agar terus terlahir mahasiswa seperti Erwin dengan keterbatasan yang melahirkan prestasi dan juga mendapat perlindungan apabila mendapatkan perilaku tidak terpuji. 

    Akhir dari pendidikan tinggi Strata satu, Erwin menyelesaikan dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yang sangat tinggi dengan angka IPK 3,96. Prestasi Akademik yang cukup membanggakan yang diraih menjadikan Erwin sebagai mahasiswa terbaik. Pengalaman akademiknya ini dibawa ke ranah masyarakat dan menjadi pengajar di SMA Negeri 1 Bontang.

    Keterbatasan yang dimiliki Erwin ini menjadi dorongan motivasi bagi anak muda yang saat ini sering insecure (baca: tidak percaya diri). Pesan Erwin untuk anak muda saat ini agar lebih memahami hidup dan juga meningkatkan rasa bersyukur.

    Sebab asal dari insecure ini tidak mau menjalankan diluar dari yang mereka miliki. Dengan keterbatasan Erwin bisa menjadi contoh bahwa keterbatasan itu bukan menjadi penghambat untuk kita selalu berkreasi dan berprestasi.

    (Sf/by)

    Tim Editorial

    Connect With Us

    Copyright @ 2023 seputarfakta.com.
    All right reserved

    Kategori

    Informasi

    Perjuangan Erwin Riyadi, Peraih IPK 3,96 yang Sempat Diremehkan Gurunya Sendiri

    seputarfakta.com - Maulana -

    Figur

    15 Maret 2023 04:33 WIB

    Erwin Riyadi Lulusan Mahasiswa UINSI Samarinda. (Foto: Istimewa)

    Samarinda - Tumbuh dalam keadaan fisik sempurna adalah harapan semua orang di dunia, terutama ibu yang mengandung seorang anak dengan penuh kasih sayang merawat dan berharap terlahir bayi yang sehat dan memiliki fisik sempurna.

    Namun, kehendak tuhan tidak bisa ditebak dan kadang tidak sesuai dengan keinginan. Di sinilah para ibu yang melahirkan diuji ketika mendapat anak yang memiliki kekurangan fisik.

    Bahkan seorang anak tidak ingin terlahir dalam keadaan kekurangan fisik, termasuk sosok Erwin Riyadi. Guru SMA Bontang ini terlahir dalam keadaan mata yang sulit untuk melihat. 

    Dari keterbatasan yang dimiliki, Erwin masih dapat melihat objek yang dekat sekali. Tapi apabila objek yang jauh akan tidak fokus dan sedikit ada guncangan.

    Mata yang digunakan dominan sebelah kiri karena lebih terkontrol dan dapat membantu penglihatan. Sedangkan mata sebelah kanan, hanya memanfaatkan gerak cahaya sempit dan fokus pada objek yang dekat.

    Hal tersebut membuat Erwin sangat kesulitan saat kegiatan belajar mengajar di kelas.

    Ia berkonsentrasi penuh mendengarkan guru di kelas, karena jarak jauh papan tulis menyebabkan Erwin kesulitan dalam melihat. Untuk catatan dipapan tulis, sering kali harus pinjam buku teman sebangku.

    Lulusan UINSI Samarinda ini pernah mendapatkan perlakuan diskriminasi dari guru Sekolah Dasar (SD) yang ada di Bontang.

    Ketika pendaftaran SD, Erwin sempat diragukan karena keadaan yang seperti itu ditakutkan tidak bisa mengikuti pembelajaran dan gurunya saat itu menyarankan untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Luar Biasa (SLB).

    Orang tua Erwin dengan tekadnya membuat perjanjian dengan pihak sekolah. Perjanjian tersebut memuat bahwa Erwin akan pindah jika tidak naik kelas.

    Namun perjuangan orang tua untuk terus membantu pembelajaran setiap harinya, membuat Erwin selalu bisa berkembang dan naik kelas, perjanjian itupun luntur dengan sendirinya sampai Erwin lulus.

    Keraguan orang sekitar tentang Erwin terkait pendidikan tidak mendapatkan penolakan.

    Erwin pun dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang berikutnya di Sekolah Menengah pertama (SMP) Negeri 2 Bontang.

    Lingkungan sekitar, seperti guru dan siswa lainnya dapat menerima keberadaanya. Ditambah Pemerintah Kota Bontang melihat beberapa sekolah yang memiliki siswa yang berkebutuhan khusus.
    Kemudian Erwin mendapatkan pembinaan khusus berupa beasiswa.

    Dalam jangkauan Pemkot Bontang, siswa berkebutuhan khusus atau inklusif ini berbeda dengan siswa SLB, perbedaan yang mendasar adalah siswa SLB tidak dapat berinteraksi, sedangkan siswa seperti Erwin ini masih bisa berinteraksi dengan sekitar.

    Manis pahitnya kehidupan di sekolah tidak membuat Erwin menyerah melanjutkan pendidikan tingginya.

    Ia menetapkan hati untuk melanjutkan pendidikan di UINSI Samarinda mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

    Erwin menjalani perkuliahan dengan senang, teman-teman sekitarnya sangat baik dan termotivasi oleh erwin, sebab selama kuliah Erwin menorehkan beberapa prestasi, seperti juara 1 lomba cerdas cermat HMPS TBI UINSI Samarinda, Juara 1 Lomba CCAI PUSDIMA Fair POLNES Samarinda, Juara 1 Lomba Tartil Sensorik Netra RRI Samarinda 2022. 

    Dari prestasi yang dimiliki, Erwin pun juga menghafal Qur'an, dorongan dari pengasuh Asrama Ustadz Nasrun dan Ustadz Rifa'i. 

    Melihat Erwin yang sangat menginspirasi teman-temannya, menyulut semangat dosen bernama Indriana membentuk Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) di UINSI Samarinda.

    Dalam pembentukan ini agar terus terlahir mahasiswa seperti Erwin dengan keterbatasan yang melahirkan prestasi dan juga mendapat perlindungan apabila mendapatkan perilaku tidak terpuji. 

    Akhir dari pendidikan tinggi Strata satu, Erwin menyelesaikan dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yang sangat tinggi dengan angka IPK 3,96. Prestasi Akademik yang cukup membanggakan yang diraih menjadikan Erwin sebagai mahasiswa terbaik. Pengalaman akademiknya ini dibawa ke ranah masyarakat dan menjadi pengajar di SMA Negeri 1 Bontang.

    Keterbatasan yang dimiliki Erwin ini menjadi dorongan motivasi bagi anak muda yang saat ini sering insecure (baca: tidak percaya diri). Pesan Erwin untuk anak muda saat ini agar lebih memahami hidup dan juga meningkatkan rasa bersyukur.

    Sebab asal dari insecure ini tidak mau menjalankan diluar dari yang mereka miliki. Dengan keterbatasan Erwin bisa menjadi contoh bahwa keterbatasan itu bukan menjadi penghambat untuk kita selalu berkreasi dan berprestasi.

    (Sf/by)