Mengenal Kompol Sumardi, Kasat Intelkam Polresta Balikpapan yang Dulunya Bercita-cita jadi Guru

    Seputarfakta.com - Maya Sari -

    Figur

    06 Juli 2024 04:38 WIB

    Meski sudah menjadi seorang polisi, Kompol Sumardi terus salurkan ilmu di dunia intelijen di SPN Polda Kaltim. (Foto: Sumardi/Seputarfakta.com)

    Balikpapan - Kepala Satuan (Kasat) Intelkam Polresta Balikpapan, Kompol Sumardi dikenal sebagai sosok yang baik dan berjiwa sosial tinggi.

    Tapi dibalik itu semua, ia memiliki latar belakang menarik. Sebab sebelum menjadi seorang polisi, sejak kecil Sumardi ternyata bercita-cita menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa alias guru.

    Keinginan ini didorong oleh lingkungan tempat tinggalnya di Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng). "Saya dulu cita-citanya menjadi guru, suka aktivitas mengajar karena menyalurkan ilmu," ucap Sumardi, Sabtu (6/7/2024).

    Cita-cita tersebut kemudian berhasil diwujudkan, meski hanya enam bulan lamanya dengan menjadi guru Sekolah Dasar (SD) di daerah Depok, Jawa Bara pada periode 1992 silam.

    Sebab ketika ada pendaftaran polisi saat itu, ia mendaftar dan rezeki memang tak kemana, Sumardi pun diterima, sehingga harus meninggalkan profesi yang menjadi cita-citanya sedari kecil.

    Namun, Sumardi yang mendaftar di Polda Metro Jaya malah harus melakukan pendidikan kepolisian di luar Jawa, yakni di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Kaltim.

    "Waktu itu sempat dilema. Ada sedikit kecewa karena harus meninggalkan profesi guru, apalagi pendidikan polisi di luar Jawa," katanya.

    Perjalanan karir sebagai polisi dimulai Sumardi dari Bintara pada 1992 di SPN Balikpapan. Sedari awal berdinas, dia sudah ditempatkan di satuan kerja yang identik dengan penyamaran atau intelijen.

    Seiring berjalannya waktu, ia semakin terlibat aktif dan mahir dalam dunia intelijen. "Awalnya belum mengerti, tapi lama-kelamaan saya mulai bisa mengimbangi," akunya.

    Rupanya, pengalaman mengajar Sumardi tercium oleh Mabes Polri, hingga akhirnya ditugaskan menjadi pengajar di SPN Balikpapan bidang intelijen pada 2005.

    Lagi-lagi, waktunya untuk menyampaikan ilmu kepada para juniornya di Polri tidak berlangsung lama karena kembali ditarik bertugas di bagian intelijen.

    "Saya sempat jadi guru khusus ilmu intelijen di SPN pada 2005 silam. Mengajar itu menyenangkan, bisa berbagi ilmu dengan generasi penerus," ungkapnya.

    Setiap memberi pelajaran, Sumardi mengaku selalu menekankan bahwa sebagai seorang intelijen penting untuk selalu menjaga ketajaman intuisi dan melakukan analisis mendalam.

    Menurutnya, intelijen sangat menarik karena bisa banyak mendeteksi dan mengidentifikasi berdasarkan fakta yang ada. "Prediksi yang tepat adalah kebanggaan tersendiri. Hanya saja, untuk meningkatkan kemampuan itu melalui pengalaman di lapangan agar semakin peka dan cerdas dalam menganalisis situasi," terangnya.

    Menurutnya, ketajaman analisis bagi seorang intelijen itu penting. Dari fakta-fakta yang ada, bisa memprediksi apa yang akan terjadi dan memberikan rekomendasi yang tepat kepada pimpinan.

    Sumardi meyakini bahwa menjadi intelijen sudah menjadi passion hidupnya sekarang, meski awalnya bercita-cita menjadi guru. "Itu sudah menjadi bagian dari karakter dan sumpah bakti saya kepada Polri," pungkasnya.

    (Sf/By)

    Tim Editorial

    Connect With Us

    Copyright @ 2023 seputarfakta.com.
    All right reserved

    Kategori

    Informasi

    Mengenal Kompol Sumardi, Kasat Intelkam Polresta Balikpapan yang Dulunya Bercita-cita jadi Guru

    Seputarfakta.com - Maya Sari -

    Figur

    06 Juli 2024 04:38 WIB

    Meski sudah menjadi seorang polisi, Kompol Sumardi terus salurkan ilmu di dunia intelijen di SPN Polda Kaltim. (Foto: Sumardi/Seputarfakta.com)

    Balikpapan - Kepala Satuan (Kasat) Intelkam Polresta Balikpapan, Kompol Sumardi dikenal sebagai sosok yang baik dan berjiwa sosial tinggi.

    Tapi dibalik itu semua, ia memiliki latar belakang menarik. Sebab sebelum menjadi seorang polisi, sejak kecil Sumardi ternyata bercita-cita menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa alias guru.

    Keinginan ini didorong oleh lingkungan tempat tinggalnya di Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng). "Saya dulu cita-citanya menjadi guru, suka aktivitas mengajar karena menyalurkan ilmu," ucap Sumardi, Sabtu (6/7/2024).

    Cita-cita tersebut kemudian berhasil diwujudkan, meski hanya enam bulan lamanya dengan menjadi guru Sekolah Dasar (SD) di daerah Depok, Jawa Bara pada periode 1992 silam.

    Sebab ketika ada pendaftaran polisi saat itu, ia mendaftar dan rezeki memang tak kemana, Sumardi pun diterima, sehingga harus meninggalkan profesi yang menjadi cita-citanya sedari kecil.

    Namun, Sumardi yang mendaftar di Polda Metro Jaya malah harus melakukan pendidikan kepolisian di luar Jawa, yakni di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Kaltim.

    "Waktu itu sempat dilema. Ada sedikit kecewa karena harus meninggalkan profesi guru, apalagi pendidikan polisi di luar Jawa," katanya.

    Perjalanan karir sebagai polisi dimulai Sumardi dari Bintara pada 1992 di SPN Balikpapan. Sedari awal berdinas, dia sudah ditempatkan di satuan kerja yang identik dengan penyamaran atau intelijen.

    Seiring berjalannya waktu, ia semakin terlibat aktif dan mahir dalam dunia intelijen. "Awalnya belum mengerti, tapi lama-kelamaan saya mulai bisa mengimbangi," akunya.

    Rupanya, pengalaman mengajar Sumardi tercium oleh Mabes Polri, hingga akhirnya ditugaskan menjadi pengajar di SPN Balikpapan bidang intelijen pada 2005.

    Lagi-lagi, waktunya untuk menyampaikan ilmu kepada para juniornya di Polri tidak berlangsung lama karena kembali ditarik bertugas di bagian intelijen.

    "Saya sempat jadi guru khusus ilmu intelijen di SPN pada 2005 silam. Mengajar itu menyenangkan, bisa berbagi ilmu dengan generasi penerus," ungkapnya.

    Setiap memberi pelajaran, Sumardi mengaku selalu menekankan bahwa sebagai seorang intelijen penting untuk selalu menjaga ketajaman intuisi dan melakukan analisis mendalam.

    Menurutnya, intelijen sangat menarik karena bisa banyak mendeteksi dan mengidentifikasi berdasarkan fakta yang ada. "Prediksi yang tepat adalah kebanggaan tersendiri. Hanya saja, untuk meningkatkan kemampuan itu melalui pengalaman di lapangan agar semakin peka dan cerdas dalam menganalisis situasi," terangnya.

    Menurutnya, ketajaman analisis bagi seorang intelijen itu penting. Dari fakta-fakta yang ada, bisa memprediksi apa yang akan terjadi dan memberikan rekomendasi yang tepat kepada pimpinan.

    Sumardi meyakini bahwa menjadi intelijen sudah menjadi passion hidupnya sekarang, meski awalnya bercita-cita menjadi guru. "Itu sudah menjadi bagian dari karakter dan sumpah bakti saya kepada Polri," pungkasnya.

    (Sf/By)