Mengenal Frans Jiu Luay, Penulis Buku Adat Kebudayaan Lokal

    Seputarfakta.com - Muhammad Anshori -

    Figur

    18 Mei 2024 10:54 WIB

    Frans Jiu Luay, Budayawan Dayak Asal Kutai Barat (Kubar). (Foto:M.anshori/Seputarfakta.com).

    NAMANYA Frans Jiu Luay, kelahiran Melan pada 4 April 1955. Ia merupakan budayawan Dayak asal Kutai Barat (Kubar) dan penulis buku Adat dan Kebudayaan Lokal.

    Sejak kecil, Frans telah diajarkan dan dikenalakan oleh orang tuanya tentang kebudayaan lokal asli kalimantan Timur (Kaltim).

    Frans mengaku pernah menjadi Kasi Sejarah Purbakala, Kasi Pengkajian Budaya dan Kabid Kebudayaan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kubar.

    Usai pensiun, Frans yang kini tinggal di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) memfokuskan diri mengamati masalah-masalah kebudayaan di Provinsi Kaltim. 

    Dikenal sebagai sosok Budayawan Dayak, Frans turut aktif dalam menghasilkan karya tulis. 

    Beberapa buku karyanya seperti Hudoq dan Upacara Adat 2002, Profil Tari Tradisional Kutai Barat 2005, Ketika Sinar Menguak Asa 2005, Panduan Tata Cara Perkawinan Adat Modang 2006.

    Kemudian, Kidung Asa Sendawar 2006 Samarinda, Komunal Sendawar Kutai Barat 2006, Nilai-nilai Religiusitas Komunitas Kutai Barat 2008, Adat Nemlai Lung Gelaat 2009 dan Ketika Permata Berkilau Taman Mini 2009.

    Selanjutnya, Gemersik Mahakam menyapa 2010 Solo, Hudoq Ritual, Senandung Kehidupan, Riak Mahakam Brest Prancis 2012, Artistik dan Karakteristik Hudoq 2014.

    Karya tulis tentang kebudayaan itu membuat Frans memperoleh beberapa penghargaan seperti Piagam Tanda Kehormatan Presiden, Karya Republik Indonesia Satya Lancana, Piagam Penghargaan pada Panggung Budaya Nusantara Samarinda 2014, Piagam Penghargaan Maestro Tari Tradisi dari kemudian Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta,

    Frans juga mendapat piagam Hak Cipta buku Artistik, Karakteristik dan Hudoq dari Kemenkumham, hingga penghargaan Seniman Dayak Modang dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2022.

    Frans menjelaskan, buku karyanya iyu untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang kesenian dan kebudayaan di Provinai Kaltim.

    "Buku itu untuk memberikan penerangan yang seterang-terangnya bahwa semua yang saya tulis mempunyai filosofi tersendiri. Lewat buku, kita bisa menyelami adat budaya dan kekayaan tradisi," kata Frans, Sabtu (18/5/2024).

    Karya tulis Frans sebelumnya diteliti selama bertahun-tahun dan diterbitkan dengan penuh perjuangan. 

    Seorang budayawan Dayak yang berdedikasi dan berwawasan luas terpanggil untuk memberi tahu bagaimana cara menempatkan seni, serta budaya dalam kehidupan sehari-hari.

    "Saya membuat buku ini atas kerja sama dari berbagai pihak. Buku ini juga mencelikkan, menerobos mispersepsi dan serta membantu kita memahami sekaligus menyelami kehidupan berbudaya," jelasnya.

    Kini di usia yang telah minginjak 70 tahun, dia ingin terus memberikan pelajaran terkait adat dan kebudayaan melalui buku yang ditulisnya.

    Sebab, kata dia, kekayaan budaya lokal cepat atau lambat ketika tidak didokumentasi ke dalam buku akan punah dan hilang.

    Ditambah lagi dengan minimnya narasumber-narasumber yang tidak akan ditemukan di perpustakaan. 

    Melalui penulisan atau literasi maka akan menyelamatkan kekayaan ragam budaya yang ada di Kukar.

    Frans menyebut buku yang ditulisnya itu telah tersebar di sejumlah perpustakaan atau toko buku di Kaltim sebagai bentuk dedikasinya terhadap kekayan budaya. 

    "Buku itu ada yang saya jual, terkadang saya kasihkan saja ke teman-teman untuk membaca. Ada juga anak-anak muda yang ingin belajar, mereka bebas untuk memilikinya," pungkasnya.

    Dirinya juga mengajak generasi muda di Kaltim untuk tetap dapat mempertahankan adat dan budaya lokal, sehingga budaya yang ada bisa terus terjaga dengan baik.

    (Sf/By)

    Tim Editorial

    Connect With Us

    Copyright @ 2023 seputarfakta.com.
    All right reserved

    Kategori

    Informasi

    Mengenal Frans Jiu Luay, Penulis Buku Adat Kebudayaan Lokal

    Seputarfakta.com - Muhammad Anshori -

    Figur

    18 Mei 2024 10:54 WIB

    Frans Jiu Luay, Budayawan Dayak Asal Kutai Barat (Kubar). (Foto:M.anshori/Seputarfakta.com).

    NAMANYA Frans Jiu Luay, kelahiran Melan pada 4 April 1955. Ia merupakan budayawan Dayak asal Kutai Barat (Kubar) dan penulis buku Adat dan Kebudayaan Lokal.

    Sejak kecil, Frans telah diajarkan dan dikenalakan oleh orang tuanya tentang kebudayaan lokal asli kalimantan Timur (Kaltim).

    Frans mengaku pernah menjadi Kasi Sejarah Purbakala, Kasi Pengkajian Budaya dan Kabid Kebudayaan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kubar.

    Usai pensiun, Frans yang kini tinggal di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) memfokuskan diri mengamati masalah-masalah kebudayaan di Provinsi Kaltim. 

    Dikenal sebagai sosok Budayawan Dayak, Frans turut aktif dalam menghasilkan karya tulis. 

    Beberapa buku karyanya seperti Hudoq dan Upacara Adat 2002, Profil Tari Tradisional Kutai Barat 2005, Ketika Sinar Menguak Asa 2005, Panduan Tata Cara Perkawinan Adat Modang 2006.

    Kemudian, Kidung Asa Sendawar 2006 Samarinda, Komunal Sendawar Kutai Barat 2006, Nilai-nilai Religiusitas Komunitas Kutai Barat 2008, Adat Nemlai Lung Gelaat 2009 dan Ketika Permata Berkilau Taman Mini 2009.

    Selanjutnya, Gemersik Mahakam menyapa 2010 Solo, Hudoq Ritual, Senandung Kehidupan, Riak Mahakam Brest Prancis 2012, Artistik dan Karakteristik Hudoq 2014.

    Karya tulis tentang kebudayaan itu membuat Frans memperoleh beberapa penghargaan seperti Piagam Tanda Kehormatan Presiden, Karya Republik Indonesia Satya Lancana, Piagam Penghargaan pada Panggung Budaya Nusantara Samarinda 2014, Piagam Penghargaan Maestro Tari Tradisi dari kemudian Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta,

    Frans juga mendapat piagam Hak Cipta buku Artistik, Karakteristik dan Hudoq dari Kemenkumham, hingga penghargaan Seniman Dayak Modang dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2022.

    Frans menjelaskan, buku karyanya iyu untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang kesenian dan kebudayaan di Provinai Kaltim.

    "Buku itu untuk memberikan penerangan yang seterang-terangnya bahwa semua yang saya tulis mempunyai filosofi tersendiri. Lewat buku, kita bisa menyelami adat budaya dan kekayaan tradisi," kata Frans, Sabtu (18/5/2024).

    Karya tulis Frans sebelumnya diteliti selama bertahun-tahun dan diterbitkan dengan penuh perjuangan. 

    Seorang budayawan Dayak yang berdedikasi dan berwawasan luas terpanggil untuk memberi tahu bagaimana cara menempatkan seni, serta budaya dalam kehidupan sehari-hari.

    "Saya membuat buku ini atas kerja sama dari berbagai pihak. Buku ini juga mencelikkan, menerobos mispersepsi dan serta membantu kita memahami sekaligus menyelami kehidupan berbudaya," jelasnya.

    Kini di usia yang telah minginjak 70 tahun, dia ingin terus memberikan pelajaran terkait adat dan kebudayaan melalui buku yang ditulisnya.

    Sebab, kata dia, kekayaan budaya lokal cepat atau lambat ketika tidak didokumentasi ke dalam buku akan punah dan hilang.

    Ditambah lagi dengan minimnya narasumber-narasumber yang tidak akan ditemukan di perpustakaan. 

    Melalui penulisan atau literasi maka akan menyelamatkan kekayaan ragam budaya yang ada di Kukar.

    Frans menyebut buku yang ditulisnya itu telah tersebar di sejumlah perpustakaan atau toko buku di Kaltim sebagai bentuk dedikasinya terhadap kekayan budaya. 

    "Buku itu ada yang saya jual, terkadang saya kasihkan saja ke teman-teman untuk membaca. Ada juga anak-anak muda yang ingin belajar, mereka bebas untuk memilikinya," pungkasnya.

    Dirinya juga mengajak generasi muda di Kaltim untuk tetap dapat mempertahankan adat dan budaya lokal, sehingga budaya yang ada bisa terus terjaga dengan baik.

    (Sf/By)