Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Figur
Atlet Soft Tenis Kaltim, Muhammad Noor Husaini. (Foto: HO- Dokumentasi pribadi)
Ada yang bilang, hobi dan pekerjaan tak bisa diraih bersamaan. Tapi bagi tokoh satu ini, tidak ada yang tak mungkin. Meski mulanya, semua harus diawali dengan kepayahan bahkan keterpaksaan.
Tangan mulai bergetar dan keluh tiada henti, kala itu keluar dari mulut bocah berusia delapan tahun. Di depannya, berdiri sesosok pria dewasa yang sedari tadi memberi arahan dalam latihan olahraga tenis. Bagi bocah bernama Muhammad Noor Husaini yang akrab disapa Nunu mulai berlatih tenis, sang pelatih nyaris tak punya celah untuk sekadar diprotes.
Bukan tanpa sebab, sosok yang di kemudian hari membawa Nunu sukses menjadi atlet tenis adalah ayahnya sendiri. Nunu mengenang, kala itu bahkan ia tak sempat menyeka air matanya. Nunu berlatih sambil sesenggukkan pasrah.
Setelah dewasa, barulah ia mengerti. Apa yang dilakukan oleh ayahnya tersebut itu bukanlah penindasan kepadanya. Setelah ia melihat piala dan medali yang berjajar di lemari miliknya, ternyata latihan keras itu merupakan hadiah yang diperoleh Nunu dari kasih sayang ayahnya. Tak hanya itu, ayahnya dengan tepat melihat pancaran bakat dari sosok Nunu kecil.
Walaupun sang ayah bukan atlet tenis profesional, Nunu hanya mengetahui bahwa ayahnya dulu sering berlatih bela diri. "Bahkan saya tidak mengetahui ayah saya itu sejak kapan memiliki hobi bermain tenis," kelakar Nunu di tengah malam saat dijumpai setelah bermain tenis di Segiri, Samarinda.
Nunu melanjutkan ceritanya, ia berlatih dengan ayahnya tepat di lapangan samping SMP Negeri 4 Samarinda, Jalan Juanda. Di mana sekolah tersebut adalah tempat ia menempuh pendidikan formal. Tak kenal rasa lelah, selepas sekolah ia melanjutkan latihan bersama ayahnya.
Memetik pepatah usaha tak menghianati hasil, ia tunjukkan pada momentum Kejuaraan Daerah atau yang dikenal dengan Kejurda. Umur 10 tahun ia sudah mulai unjuk gigi pada turnamen antar daerah tersebut. Waktu itu, Tarakan yang masih tergabung dalam Provinsi Kalimantan Timur, menjadi tempat bersejarah baginya. Nunu mewakili Kota Samarinda mendapatkan medali untuk pertama kalinya dalam kejuaraan resmi.
Kepercayaan diri seorang Nunu kecil mulai tumbuh, turnamen demi turnamen dari tingkat lokal hingga nasional ia jajal. Tak sedikit kekalahan dan tak banyak kemenangan yang diraih. Namun, keteguhannya dalam menjunjung sportivitas di lapangan selalu diterapkan. oleh karena itu, ia selalu disegani oleh musuhnya, selain kepiawaian yang ia perlihatkan dalam memainkan raket dengan berat 300 gram tersebut, ia juga pandai dalam menjaga sikap.
"Setiap kejuaraan daerah itu hampir selalu sampai final, kadang juara dan kadang gantian dengan daerah lain," ungkapnya sambil bernostalgia.
Bersaing dengan umur, Nunu kecil beranjak remaja, karirnya pun mengikuti umurnya yang semakin memuncak. Tibalah dia saat dihadapkan kejuaraan yang diikuti berbagai atlet dari seluruh penjuru nusantara yakni Pekan Olahraga Nasional (PON). Impiannya ini tidak ingin dia sia-siakan, apalagi bertarung di kancah nasional membawa nama Kalimantan Timur.
Proses seleksi menuju PON rumit baginya, bertarung dengan putra daerah lainnya dari kabupaten kota di Kaltim. Bak super hero, Nunu tak gentar, bahkan ia dihadapkan dengan musuh yang sulit. Karena terakhir ia menghadapi calon unggulan atlet yang akan dibawa ke PON. Lagi-lagi keberuntungan berpihak kepada Nunu, ia menumpas habis seniornya. Kemudian terpilihlah Nunu yang diberangkatkan ke PON XVIII Riau 2012.
Bermain ganda atau double di PON Riau ia hanya tembus hingga 32 besar. Bukan prestasi yang buruk baginya, menurutnya tampil debut dalam turnamen nasional itu tak mudah. Nunu menyebut kekalahan ini menjadi modal baginya untuk meraih prestasi di PON berikutnya.
Setelah itu, masa emasnya ini kemudian surut seperti di telan bumi. Ia harus menghadapi dunia baru setelah lulus SMA, pilihan yang bimbang dibenaknya kala itu. Pertama, meneruskan untuk menjadi atlet. Kedua, melanjutkan pendidikan tinggi, dan ketiga membantu perekonomian keluarga dengan bekerja.
Pilihan itu terjawab satu demi satu. Nunu yang beranjak dewasa kala itu lebih memilih untuk bekerja di PT Pelabuhan Indonesia atau disingkat Pelindo. Ia memilih bekerja di situ karena adanya kesempatan emas, Pelindo sedang mencari bakat yang berprestasi. Kebetulan Nunu memiliki segudang prestasi menjadi atlet tenis hingga menembus kejuaraan PON. Ia akhirnya memutuskan untuk menerima pekerjaan itu.
Di sisi lain, ia juga memiliki prestasi akademik selama menjalani pendidikan formal, ia selalu mendapatkan peringkat lima besar di kelas. Nunu pengin merasakan Perguruan Tinggi, sampai dia ikut dalam seleksi tertulis atau dikenal dengan SBMPTN. Hasilnya ia keterima di Universitas Brawijaya Malang. Namun kesempatan itu ia lewatkan.
"Keadaan ekonomi dari orang tua waktu itu tidak mendukung, sehingga melanjutkan untuk bekerja," tuturnya.
Mulai bekerja di Pelindo dari tahun 2013, Nunu memiliki etos bekerja yang amat tinggi. Ia tak kembali untuk melanjutkan karirnya di tenis. Nunu fokus kepada pekerjaannya untuk mendapatkan posisi yang baik. Namun selama lima tahun ia bekerja sampai 2018, bahkan ia melewatkan PON Jawa Barat 2016, juga belum mendapatkan rezeki.
Ia sama sekali tak kecewa, ia tetap melanjutkan pekerjaan dan kembali untuk bermain tenis dengan intensif. Kemudian berselang dua tahun, pria kelahiran asli Samarinda ini mendapatkan tawaran yang menarik pada 2020. Temannya mengajak Nunu untuk mencicipi cabang olahraga yang tak jauh beda dengan tenis, yakni soft tenis.
Ia menerawang peluangnya di olahraga soft tenis, bahwa adanya kesempatan bagi Nunu untuk bisa bermain di kejuaraan PON XXI Aceh-Sumut 2024 ini. Tak butuh waktu lama, ia langsung berlatih bersama temannya. Untuk penyesuaian ini ia butuh berlatih selama satu tahun.
Untuk mengikuti PON ia harus melewati Pra-PON atau ajang kualifikasi. Ia berjuang mati-matian untuk mendapatkan tiket ke PON itu. Perjuangannya tidak sia-sia, di Pra-PON tim dari Kaltim mendapatkan emas. Setelah tim dari Jawa Barat tidak menurunkan skuad terbaiknya. Akhirnya Nunu akan kembali di arena kejuaraan soft tenis nasional mendatang.
Aktivitasnya kemudian semakin padat, antara pekerjaan dan pemusatan latihan daerah atau Pelatda sebelum PON bergulir. Karantina atlet ini membuat dia harus membagi waktu dengan baik.
Apalagi ia kini juga sebagai pendiri dan ketua dari Segiri Tenis Akademi, yang dibesut sejak Januari 2023. Mulai siswanya hanya 10 orang, hingga kini semakin bertambah mencapai 40 orang.
Memiliki keahlian di bidang tenis membuat dirinya juga membuka wadah bagi para peminat. Nunu melihat pasar yang semakin luas, bahwasanya tenis merupakan olahraga yang digemari masyarakat sejak promosi sensasional yang dilakukan oleh para artis ternama melalui program ajang tiba-tiba tenis.
"Peluang ini kita manfaatkan dengan baik," ucap Nunu.
Bapak yang dikaruniai tiga anak ini memiliki kesibukan yang luar biasa. Ia rela mengurangi waktunya bersama keluarga. Namun, kata dia, aktivitas yang dijalani saat ini selalu mendapatkan dukungan dari keluarga, terutama sosok istri di belakangnya yang bernama Rimas Dinihari. Sosok istri yang menemaninya ini merupakan teman kala dia SMP. Istri dan anak-anaknya adalah karunia terbaik yang ia miliki sekarang.
Dari berbagai perjalanan karir yang ia lalui, Nunu akan terus berjuang dengan sebaik mungkin. Pesan dan hikmah yang ia petik adalah berusaha untuk menjalani semaksimal mungkin.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Figur
Atlet Soft Tenis Kaltim, Muhammad Noor Husaini. (Foto: HO- Dokumentasi pribadi)
Ada yang bilang, hobi dan pekerjaan tak bisa diraih bersamaan. Tapi bagi tokoh satu ini, tidak ada yang tak mungkin. Meski mulanya, semua harus diawali dengan kepayahan bahkan keterpaksaan.
Tangan mulai bergetar dan keluh tiada henti, kala itu keluar dari mulut bocah berusia delapan tahun. Di depannya, berdiri sesosok pria dewasa yang sedari tadi memberi arahan dalam latihan olahraga tenis. Bagi bocah bernama Muhammad Noor Husaini yang akrab disapa Nunu mulai berlatih tenis, sang pelatih nyaris tak punya celah untuk sekadar diprotes.
Bukan tanpa sebab, sosok yang di kemudian hari membawa Nunu sukses menjadi atlet tenis adalah ayahnya sendiri. Nunu mengenang, kala itu bahkan ia tak sempat menyeka air matanya. Nunu berlatih sambil sesenggukkan pasrah.
Setelah dewasa, barulah ia mengerti. Apa yang dilakukan oleh ayahnya tersebut itu bukanlah penindasan kepadanya. Setelah ia melihat piala dan medali yang berjajar di lemari miliknya, ternyata latihan keras itu merupakan hadiah yang diperoleh Nunu dari kasih sayang ayahnya. Tak hanya itu, ayahnya dengan tepat melihat pancaran bakat dari sosok Nunu kecil.
Walaupun sang ayah bukan atlet tenis profesional, Nunu hanya mengetahui bahwa ayahnya dulu sering berlatih bela diri. "Bahkan saya tidak mengetahui ayah saya itu sejak kapan memiliki hobi bermain tenis," kelakar Nunu di tengah malam saat dijumpai setelah bermain tenis di Segiri, Samarinda.
Nunu melanjutkan ceritanya, ia berlatih dengan ayahnya tepat di lapangan samping SMP Negeri 4 Samarinda, Jalan Juanda. Di mana sekolah tersebut adalah tempat ia menempuh pendidikan formal. Tak kenal rasa lelah, selepas sekolah ia melanjutkan latihan bersama ayahnya.
Memetik pepatah usaha tak menghianati hasil, ia tunjukkan pada momentum Kejuaraan Daerah atau yang dikenal dengan Kejurda. Umur 10 tahun ia sudah mulai unjuk gigi pada turnamen antar daerah tersebut. Waktu itu, Tarakan yang masih tergabung dalam Provinsi Kalimantan Timur, menjadi tempat bersejarah baginya. Nunu mewakili Kota Samarinda mendapatkan medali untuk pertama kalinya dalam kejuaraan resmi.
Kepercayaan diri seorang Nunu kecil mulai tumbuh, turnamen demi turnamen dari tingkat lokal hingga nasional ia jajal. Tak sedikit kekalahan dan tak banyak kemenangan yang diraih. Namun, keteguhannya dalam menjunjung sportivitas di lapangan selalu diterapkan. oleh karena itu, ia selalu disegani oleh musuhnya, selain kepiawaian yang ia perlihatkan dalam memainkan raket dengan berat 300 gram tersebut, ia juga pandai dalam menjaga sikap.
"Setiap kejuaraan daerah itu hampir selalu sampai final, kadang juara dan kadang gantian dengan daerah lain," ungkapnya sambil bernostalgia.
Bersaing dengan umur, Nunu kecil beranjak remaja, karirnya pun mengikuti umurnya yang semakin memuncak. Tibalah dia saat dihadapkan kejuaraan yang diikuti berbagai atlet dari seluruh penjuru nusantara yakni Pekan Olahraga Nasional (PON). Impiannya ini tidak ingin dia sia-siakan, apalagi bertarung di kancah nasional membawa nama Kalimantan Timur.
Proses seleksi menuju PON rumit baginya, bertarung dengan putra daerah lainnya dari kabupaten kota di Kaltim. Bak super hero, Nunu tak gentar, bahkan ia dihadapkan dengan musuh yang sulit. Karena terakhir ia menghadapi calon unggulan atlet yang akan dibawa ke PON. Lagi-lagi keberuntungan berpihak kepada Nunu, ia menumpas habis seniornya. Kemudian terpilihlah Nunu yang diberangkatkan ke PON XVIII Riau 2012.
Bermain ganda atau double di PON Riau ia hanya tembus hingga 32 besar. Bukan prestasi yang buruk baginya, menurutnya tampil debut dalam turnamen nasional itu tak mudah. Nunu menyebut kekalahan ini menjadi modal baginya untuk meraih prestasi di PON berikutnya.
Setelah itu, masa emasnya ini kemudian surut seperti di telan bumi. Ia harus menghadapi dunia baru setelah lulus SMA, pilihan yang bimbang dibenaknya kala itu. Pertama, meneruskan untuk menjadi atlet. Kedua, melanjutkan pendidikan tinggi, dan ketiga membantu perekonomian keluarga dengan bekerja.
Pilihan itu terjawab satu demi satu. Nunu yang beranjak dewasa kala itu lebih memilih untuk bekerja di PT Pelabuhan Indonesia atau disingkat Pelindo. Ia memilih bekerja di situ karena adanya kesempatan emas, Pelindo sedang mencari bakat yang berprestasi. Kebetulan Nunu memiliki segudang prestasi menjadi atlet tenis hingga menembus kejuaraan PON. Ia akhirnya memutuskan untuk menerima pekerjaan itu.
Di sisi lain, ia juga memiliki prestasi akademik selama menjalani pendidikan formal, ia selalu mendapatkan peringkat lima besar di kelas. Nunu pengin merasakan Perguruan Tinggi, sampai dia ikut dalam seleksi tertulis atau dikenal dengan SBMPTN. Hasilnya ia keterima di Universitas Brawijaya Malang. Namun kesempatan itu ia lewatkan.
"Keadaan ekonomi dari orang tua waktu itu tidak mendukung, sehingga melanjutkan untuk bekerja," tuturnya.
Mulai bekerja di Pelindo dari tahun 2013, Nunu memiliki etos bekerja yang amat tinggi. Ia tak kembali untuk melanjutkan karirnya di tenis. Nunu fokus kepada pekerjaannya untuk mendapatkan posisi yang baik. Namun selama lima tahun ia bekerja sampai 2018, bahkan ia melewatkan PON Jawa Barat 2016, juga belum mendapatkan rezeki.
Ia sama sekali tak kecewa, ia tetap melanjutkan pekerjaan dan kembali untuk bermain tenis dengan intensif. Kemudian berselang dua tahun, pria kelahiran asli Samarinda ini mendapatkan tawaran yang menarik pada 2020. Temannya mengajak Nunu untuk mencicipi cabang olahraga yang tak jauh beda dengan tenis, yakni soft tenis.
Ia menerawang peluangnya di olahraga soft tenis, bahwa adanya kesempatan bagi Nunu untuk bisa bermain di kejuaraan PON XXI Aceh-Sumut 2024 ini. Tak butuh waktu lama, ia langsung berlatih bersama temannya. Untuk penyesuaian ini ia butuh berlatih selama satu tahun.
Untuk mengikuti PON ia harus melewati Pra-PON atau ajang kualifikasi. Ia berjuang mati-matian untuk mendapatkan tiket ke PON itu. Perjuangannya tidak sia-sia, di Pra-PON tim dari Kaltim mendapatkan emas. Setelah tim dari Jawa Barat tidak menurunkan skuad terbaiknya. Akhirnya Nunu akan kembali di arena kejuaraan soft tenis nasional mendatang.
Aktivitasnya kemudian semakin padat, antara pekerjaan dan pemusatan latihan daerah atau Pelatda sebelum PON bergulir. Karantina atlet ini membuat dia harus membagi waktu dengan baik.
Apalagi ia kini juga sebagai pendiri dan ketua dari Segiri Tenis Akademi, yang dibesut sejak Januari 2023. Mulai siswanya hanya 10 orang, hingga kini semakin bertambah mencapai 40 orang.
Memiliki keahlian di bidang tenis membuat dirinya juga membuka wadah bagi para peminat. Nunu melihat pasar yang semakin luas, bahwasanya tenis merupakan olahraga yang digemari masyarakat sejak promosi sensasional yang dilakukan oleh para artis ternama melalui program ajang tiba-tiba tenis.
"Peluang ini kita manfaatkan dengan baik," ucap Nunu.
Bapak yang dikaruniai tiga anak ini memiliki kesibukan yang luar biasa. Ia rela mengurangi waktunya bersama keluarga. Namun, kata dia, aktivitas yang dijalani saat ini selalu mendapatkan dukungan dari keluarga, terutama sosok istri di belakangnya yang bernama Rimas Dinihari. Sosok istri yang menemaninya ini merupakan teman kala dia SMP. Istri dan anak-anaknya adalah karunia terbaik yang ia miliki sekarang.
Dari berbagai perjalanan karir yang ia lalui, Nunu akan terus berjuang dengan sebaik mungkin. Pesan dan hikmah yang ia petik adalah berusaha untuk menjalani semaksimal mungkin.
(Sf/Rs)