Cari disini...
Seputarfakta.com - Baiq Eliana -
Figur
Jayanti Ayu Lestari. (Foto: istimewa)
Jayanti Ayu Lestari yang akrab disapa Ayu, wanita yang kini berusia 31 tahun terjun ke dunia kaligrafi sejak umur 15 tahun. Ia pun menjadi salah satu andalan perwakilan Berau dalam lomba Kaligrafi Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) di Provinsi Kalimantan timur (Kaltim) karena berhasil masuk 3 besar sejak tahun 2013 di tingkat Kabupaten Berau.
Wanita kelahiran Berau, 24 Agustus 1993 ini merupakan satu-satunya perempuan dari empat bersaudara. Dirinya berasal dari keluarga yang sederhana. Namun, hal itu tidak menjadi halangan dirinya dalam meraih impian.
Awal ketertarikannya sejak duduk di bangku pendidikan sekolah dasar (SD) berawal dari dirinya suka menggambar dan bermain warna kemudian melihat sang kakak yang saat itu sudah menekuni kaligrafi kemudian dirinya penasaran dan mulai belajar secara alami. Namun ketertarikannya tentang kaligrafi semakin dalam dan akhirnya semakin tekun belajar kaligrafi.
"Pertama kali ikut 2008 tingkat kecamatan Gunung Tabur di Kampung Sambakungan dan saat itu berhasih meraih juara 1 kaligrafi di bidang hiasan mushaf dan lanjut ke tingkat Kabupaten Berau di Batu Putih tahun 2009 Langsung mendapat juara harapan 3 saat itu," kenang Ayu.
Hal ini tak terlepas dari jasa pembimbing Bambang Winaryadi, Guru sekolah sekaligus orang pertama yang mengajarkan kaligrafi di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN ) Tanjung Redeb. Setelah lulus di MAN pada tahun 2012. Ia pun melanjutkan pendidikannya di sekolah Lembaga Kaligrafi Al-Quran (Lemka) di Kota Sukabumi, Jawa Barat hingga tahun 2013. Kemudian ia pun melanjutkan kuliah di STAI Samsul Ulum, Sukabumi dan lulus pada 2017.
"Kurang lebih enam tahun merantau. Pulang ke sini saya langsung mendirikan Sanggar Kaligrafi bersama kakak saya. Alhamdulilah, saya aktif mengajar dan membina anak TPA." ujarnya.
Keberhasilan ini jelas tidak didapatkan begitu saja, melainkan perlu usaha yang sungguh-sungguh serta dukungan penuh dan doa dari kedua orang tua, yakni Ismail dan Padaria. Ia pun percaya bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Dengan ketekunan dan dedikasinya hingga saat ini dirinya pun masih aktif ikut-ikut perlombaan disela kesibukannya bekerja sebagai staf di kantor KUA Gunung Tabur di hari Senin sampai Jum'at, namun ia juga tidak mengabaikan kesibukan lainnya.
"Jadi Senin sampai Jumat ke Gunung Tabur. Saya mengajar madrasah juga di Kampung Merancang hari Senin dan Sabtu. Kemudian belajar kaligrafi bisa di hari libur seperti hari Minggu," katanya.
Prestasi demi prestasi di ukir, di antaranya dari tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi. Tahun 2022 sempat menjuarai 3 besar kaligrafi hiaasan mushaf putri di Kota Samarinda pada MTQ tingkat Provinsi Kaltim menyusul tahun 2023 termasuk dalam 3besar finalis MTQ tingkat Provinsi di kota Balikpapan.
Lalu hingga saat ini ia juga berperan aktif membina kaligrafi dari tingkat TPA dan remaja, salah satu potensi muridnya sudah pernah mengikuti FASI (Festival Anak Soleh) di Kota Bontang tahun 2021
kemudian banyak juga yg sudah ikut meramaikan MTQ di Kabupaten Berau, karena sadar bahwa bibit-bibit muda harus segera di tempa agar tetap ada, khususnya di Kabupaten Berau.
Selain itu, saat ini dirinya pun sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba MTQ tingkat Kabupaten Berau yang diperkirakan akan di laksanakan pada bulan Mei 2025 di Kecamatan Gunung Tabur mendatang.
"Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih sangat banyak kekurangan dalam berkarya tapi masih tetap berusaha hingga sekarang untuk tetap belajar karena kaligrafi membutuhkan konsistensi yang tinggi, pesan untuk anak-anak muda jangan berhenti berkarya, karena masa muda adalah masa untuk banyak-banyak berkarya dalam hal apapun asal dalam jalur yang positif hingga kelak bisa membanggakan diri sendiri dan keluarga," pesannya.
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Baiq Eliana -
Figur
Jayanti Ayu Lestari. (Foto: istimewa)
Jayanti Ayu Lestari yang akrab disapa Ayu, wanita yang kini berusia 31 tahun terjun ke dunia kaligrafi sejak umur 15 tahun. Ia pun menjadi salah satu andalan perwakilan Berau dalam lomba Kaligrafi Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) di Provinsi Kalimantan timur (Kaltim) karena berhasil masuk 3 besar sejak tahun 2013 di tingkat Kabupaten Berau.
Wanita kelahiran Berau, 24 Agustus 1993 ini merupakan satu-satunya perempuan dari empat bersaudara. Dirinya berasal dari keluarga yang sederhana. Namun, hal itu tidak menjadi halangan dirinya dalam meraih impian.
Awal ketertarikannya sejak duduk di bangku pendidikan sekolah dasar (SD) berawal dari dirinya suka menggambar dan bermain warna kemudian melihat sang kakak yang saat itu sudah menekuni kaligrafi kemudian dirinya penasaran dan mulai belajar secara alami. Namun ketertarikannya tentang kaligrafi semakin dalam dan akhirnya semakin tekun belajar kaligrafi.
"Pertama kali ikut 2008 tingkat kecamatan Gunung Tabur di Kampung Sambakungan dan saat itu berhasih meraih juara 1 kaligrafi di bidang hiasan mushaf dan lanjut ke tingkat Kabupaten Berau di Batu Putih tahun 2009 Langsung mendapat juara harapan 3 saat itu," kenang Ayu.
Hal ini tak terlepas dari jasa pembimbing Bambang Winaryadi, Guru sekolah sekaligus orang pertama yang mengajarkan kaligrafi di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN ) Tanjung Redeb. Setelah lulus di MAN pada tahun 2012. Ia pun melanjutkan pendidikannya di sekolah Lembaga Kaligrafi Al-Quran (Lemka) di Kota Sukabumi, Jawa Barat hingga tahun 2013. Kemudian ia pun melanjutkan kuliah di STAI Samsul Ulum, Sukabumi dan lulus pada 2017.
"Kurang lebih enam tahun merantau. Pulang ke sini saya langsung mendirikan Sanggar Kaligrafi bersama kakak saya. Alhamdulilah, saya aktif mengajar dan membina anak TPA." ujarnya.
Keberhasilan ini jelas tidak didapatkan begitu saja, melainkan perlu usaha yang sungguh-sungguh serta dukungan penuh dan doa dari kedua orang tua, yakni Ismail dan Padaria. Ia pun percaya bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Dengan ketekunan dan dedikasinya hingga saat ini dirinya pun masih aktif ikut-ikut perlombaan disela kesibukannya bekerja sebagai staf di kantor KUA Gunung Tabur di hari Senin sampai Jum'at, namun ia juga tidak mengabaikan kesibukan lainnya.
"Jadi Senin sampai Jumat ke Gunung Tabur. Saya mengajar madrasah juga di Kampung Merancang hari Senin dan Sabtu. Kemudian belajar kaligrafi bisa di hari libur seperti hari Minggu," katanya.
Prestasi demi prestasi di ukir, di antaranya dari tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi. Tahun 2022 sempat menjuarai 3 besar kaligrafi hiaasan mushaf putri di Kota Samarinda pada MTQ tingkat Provinsi Kaltim menyusul tahun 2023 termasuk dalam 3besar finalis MTQ tingkat Provinsi di kota Balikpapan.
Lalu hingga saat ini ia juga berperan aktif membina kaligrafi dari tingkat TPA dan remaja, salah satu potensi muridnya sudah pernah mengikuti FASI (Festival Anak Soleh) di Kota Bontang tahun 2021
kemudian banyak juga yg sudah ikut meramaikan MTQ di Kabupaten Berau, karena sadar bahwa bibit-bibit muda harus segera di tempa agar tetap ada, khususnya di Kabupaten Berau.
Selain itu, saat ini dirinya pun sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba MTQ tingkat Kabupaten Berau yang diperkirakan akan di laksanakan pada bulan Mei 2025 di Kecamatan Gunung Tabur mendatang.
"Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih sangat banyak kekurangan dalam berkarya tapi masih tetap berusaha hingga sekarang untuk tetap belajar karena kaligrafi membutuhkan konsistensi yang tinggi, pesan untuk anak-anak muda jangan berhenti berkarya, karena masa muda adalah masa untuk banyak-banyak berkarya dalam hal apapun asal dalam jalur yang positif hingga kelak bisa membanggakan diri sendiri dan keluarga," pesannya.
(Sf/Rs)