Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Diskominfo Provinsi Kalimantan Timur
Kepala Dinkes Kaltim saat menyampaikan sambutan pada acara monitoring dan evaluasi kasus TBC. (Foto: Dok.Dinkes Kaltim/Seputarfakta.com)
Samarinda - Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menggelar Pertemuan Monitoring dan Evaluasi Program Penanggulangan TBC (Tuberkulosis) Tingkat Provinsi Kaltim Tahun 2025.
Acara ini berlangsung dari tanggal 2 hingga 4 Juni 2025, dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, pada Senin (2/6/2025).
Dalam sambutannya, Jaya Mualimin menyoroti kondisi TBC di Indonesia yang masih memprihatinkan.
Berdasarkan Global TB Report 2024, Indonesia menempati peringkat kedua setelah India dengan perkiraan 1.090.000 kasus TBC dan 144.000 kematian per tahun.
"Ini menjadi tantangan berat dan tugas bersama kita dalam mewujudkan eliminasi TBC pada tahun 2030," ujar Jaya.
Ia menambahkan, capaian penemuan kasus baru TBC di Indonesia pada 2024 baru mencapai 856.420 kasus atau 78 persen dari estimasi.
Kaltim sendiri masih jauh di bawah target, hanya mencapai 58,9 persen atau 12.778 kasus dari perkiraan estimasi 21.687 kasus.
Selain kasus TBC aktif, perhatian juga diberikan pada Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB).
Diperkirakan ada sekitar 12,7 miliar orang di dunia pada tahun 2014 yang memiliki ILTB dan berisiko tinggi menjadi TBC aktif seumur hidup.
Studi di Asia Tenggara menunjukkan 24,4 persen hingga 69,2 persen anak di bawah 15 tahun yang berkontak dengan penderita TBC aktif, 3,3 persen hingga 5,5 persen di antaranya akan berkembang menjadi TBC aktif.
Sayangnya, angka pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) di Indonesia masih sangat rendah. Kaltim sendiri baru mencapai 1,8 persen dari target kontak serumah yang mendapatkan TPT pada tahun 2024.
"Komitmen global dan nasional untuk mengakhiri TBC di tahun 2030 hanya bisa tercapai dengan kombinasi pengobatan TBC aktif yang efektif dan upaya pencegahan TBC dengan pemberian TPT pada kasus ILTB," tegas Jaya Mualimin.
Indonesia telah berkomitmen untuk memberikan TPT kepada 1,5 juta orang. Untuk mencapai target ini, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan, organisasi profesi, dan komunitas.
"Dalam upaya meningkatkan pengetahuan mengenai manajemen ILTB dan pemberian TPT, kami juga akan mengadakan webinar bagi tenaga kesehatan, organisasi profesi, komunitas, dan masyarakat umum," tutupnya. (Adv)
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Diskominfo Provinsi Kalimantan Timur
Kepala Dinkes Kaltim saat menyampaikan sambutan pada acara monitoring dan evaluasi kasus TBC. (Foto: Dok.Dinkes Kaltim/Seputarfakta.com)
Samarinda - Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menggelar Pertemuan Monitoring dan Evaluasi Program Penanggulangan TBC (Tuberkulosis) Tingkat Provinsi Kaltim Tahun 2025.
Acara ini berlangsung dari tanggal 2 hingga 4 Juni 2025, dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, pada Senin (2/6/2025).
Dalam sambutannya, Jaya Mualimin menyoroti kondisi TBC di Indonesia yang masih memprihatinkan.
Berdasarkan Global TB Report 2024, Indonesia menempati peringkat kedua setelah India dengan perkiraan 1.090.000 kasus TBC dan 144.000 kematian per tahun.
"Ini menjadi tantangan berat dan tugas bersama kita dalam mewujudkan eliminasi TBC pada tahun 2030," ujar Jaya.
Ia menambahkan, capaian penemuan kasus baru TBC di Indonesia pada 2024 baru mencapai 856.420 kasus atau 78 persen dari estimasi.
Kaltim sendiri masih jauh di bawah target, hanya mencapai 58,9 persen atau 12.778 kasus dari perkiraan estimasi 21.687 kasus.
Selain kasus TBC aktif, perhatian juga diberikan pada Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB).
Diperkirakan ada sekitar 12,7 miliar orang di dunia pada tahun 2014 yang memiliki ILTB dan berisiko tinggi menjadi TBC aktif seumur hidup.
Studi di Asia Tenggara menunjukkan 24,4 persen hingga 69,2 persen anak di bawah 15 tahun yang berkontak dengan penderita TBC aktif, 3,3 persen hingga 5,5 persen di antaranya akan berkembang menjadi TBC aktif.
Sayangnya, angka pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) di Indonesia masih sangat rendah. Kaltim sendiri baru mencapai 1,8 persen dari target kontak serumah yang mendapatkan TPT pada tahun 2024.
"Komitmen global dan nasional untuk mengakhiri TBC di tahun 2030 hanya bisa tercapai dengan kombinasi pengobatan TBC aktif yang efektif dan upaya pencegahan TBC dengan pemberian TPT pada kasus ILTB," tegas Jaya Mualimin.
Indonesia telah berkomitmen untuk memberikan TPT kepada 1,5 juta orang. Untuk mencapai target ini, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan, organisasi profesi, dan komunitas.
"Dalam upaya meningkatkan pengetahuan mengenai manajemen ILTB dan pemberian TPT, kami juga akan mengadakan webinar bagi tenaga kesehatan, organisasi profesi, komunitas, dan masyarakat umum," tutupnya. (Adv)
(Sf/Rs)