Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Diskominfo Provinsi Kalimantan Timur
Plt Kepala Disbun Kaltim, Andi Siddik. (Foto: Maulana/Seputarfakta.com)
Samarinda - Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tidak hanya fokus pada aspek ekonomi perkebunan kelapa sawit, tetapi juga aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Plt. Kepala Disbun Kaltim, Andi Siddik, mengungkapkan data signifikan terkait luas lahan perkebunan sawit di Kaltim. Dari total 1,4 juta hektare lahan yang dialokasikan untuk perkebunan sawit, sekitar 300 ribu hektare di antaranya belum dimanfaatkan untuk penanaman.
Menariknya, Disbun Kaltim memiliki pendekatan bijak terhadap lahan yang belum tertanami tersebut. Andi Siddik menjelaskan bahwa sebagian lahan yang relatif landai masih berpotensi untuk ditanami sawit.
Namun, untuk area yang memiliki kemiringan curam, Disbun Kaltim mengambil langkah konservasi.
"Sehingga lahan perkebunan ini sebenarnya tidak hanya dijadikan sebagai kawasan penanaman perkebunan saja, tetapi juga hal-hal lain di luar penanaman seperti konservasi," jelas Andi Siddik.
Kebijakan ini, kata dia, selaras dengan visi Disbun Kaltim yang holistik, di mana keberlanjutan lingkungan menjadi pertimbangan penting dalam pengembangan sektor perkebunan.
Upaya Disbun Kaltim tersebut menjadikan area curam sebagai kawasan konservasi, menurut Andi hal itu merupakan langkah yang tepat dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Andi Siddik berharap agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), kawasan perkebunan dapat terus dikembangkan. Apalagi dalam RTRW tersebut, lahan yang dialokasikan untuk perkebunan sebanyak 3,4 juta hektare.
Walaupun demikian, ada hal-hal yang perlu diperhatikan seperti wilayah yang masuk dalam Nilai Konservasi Tinggi (NKT). Artinya perlu kehati-hatian dalam memanfaatkan sesuatu untuk perkebunan.
Apalagi, Benua Etam baru-baru ini dikejutkan dengan data terbaru terkait deforestasi yang di rilis oleh Yayasan Auriga Nusantara, bahwa provinsi ini menempati urutan pertama tertinggi mencapai 44.483 hektare.
"Walaupun tidak semua kebun atau lahan bisa ditanami kelapa sawit, tapi kita tetap perlu menjaga ekosistem," pungkasnya. (Adv)
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Maulana -
Diskominfo Provinsi Kalimantan Timur
Plt Kepala Disbun Kaltim, Andi Siddik. (Foto: Maulana/Seputarfakta.com)
Samarinda - Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tidak hanya fokus pada aspek ekonomi perkebunan kelapa sawit, tetapi juga aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Plt. Kepala Disbun Kaltim, Andi Siddik, mengungkapkan data signifikan terkait luas lahan perkebunan sawit di Kaltim. Dari total 1,4 juta hektare lahan yang dialokasikan untuk perkebunan sawit, sekitar 300 ribu hektare di antaranya belum dimanfaatkan untuk penanaman.
Menariknya, Disbun Kaltim memiliki pendekatan bijak terhadap lahan yang belum tertanami tersebut. Andi Siddik menjelaskan bahwa sebagian lahan yang relatif landai masih berpotensi untuk ditanami sawit.
Namun, untuk area yang memiliki kemiringan curam, Disbun Kaltim mengambil langkah konservasi.
"Sehingga lahan perkebunan ini sebenarnya tidak hanya dijadikan sebagai kawasan penanaman perkebunan saja, tetapi juga hal-hal lain di luar penanaman seperti konservasi," jelas Andi Siddik.
Kebijakan ini, kata dia, selaras dengan visi Disbun Kaltim yang holistik, di mana keberlanjutan lingkungan menjadi pertimbangan penting dalam pengembangan sektor perkebunan.
Upaya Disbun Kaltim tersebut menjadikan area curam sebagai kawasan konservasi, menurut Andi hal itu merupakan langkah yang tepat dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Andi Siddik berharap agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), kawasan perkebunan dapat terus dikembangkan. Apalagi dalam RTRW tersebut, lahan yang dialokasikan untuk perkebunan sebanyak 3,4 juta hektare.
Walaupun demikian, ada hal-hal yang perlu diperhatikan seperti wilayah yang masuk dalam Nilai Konservasi Tinggi (NKT). Artinya perlu kehati-hatian dalam memanfaatkan sesuatu untuk perkebunan.
Apalagi, Benua Etam baru-baru ini dikejutkan dengan data terbaru terkait deforestasi yang di rilis oleh Yayasan Auriga Nusantara, bahwa provinsi ini menempati urutan pertama tertinggi mencapai 44.483 hektare.
"Walaupun tidak semua kebun atau lahan bisa ditanami kelapa sawit, tapi kita tetap perlu menjaga ekosistem," pungkasnya. (Adv)
(Sf/Rs)