Cari disini...
Seputarfakta.com - Muhammad Anshori -
Diskominfo Kabupaten Kutai Kartanegara
Pemukulan gong oleh Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin menandakan Festival Erau Adat Kutai 2025 resmi dimulai. (Foto:am.anshori/Seputarfakta.com)
Tenggarong - Festival Erau Adat Kutai 2025 resmi dimulai, Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Aulia Rahman Basri mengajak masyarakat untuk menjaga kondusifitas selama pelaksanaan Erau berlangsung.
Pembukaan Festival Erau yang dilaksanakan di Stadion Rondong Demang, Kecamatan Tenggarong, pada Minggu (20/9/2025) ini disaksikan oleh ribuan masyarakat dari luar daerah.
Kegiatan ini juga diikuti oleh 20 Kecamatan se-Kukar dengan mengusung tema Menjaga Marwah Peradaban Nusantara.
"Saya ingatkan kepada masyarakat, jaga marwah Kesultanan Ing Martadipura, jangan berbuat yang tidak baik," kata Aulia.
Dirinya juga mengucapkan terimakasih kepada semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan semua kalangan anak muda yang terlibat dalam mempersiapkan acara tersebut.
"Semoga pelaksanaan erau ini dapat memberikan berkah, sekaligaus menjadi wadah perputaran ekonomi masyarakat," ujarnya.
Aulia menjelaskan, Erau merupakan wujud pelestarian adat dan tradisi Suku Kutai. Acara adat ini menjadi sarana pemersatu bagi seluruh subkultur etnis Kutai, dan menghubungkan antaretnis yang hidup dan beranak pinak di Tanah Kutai.
Tata cara pelaksanaan Erau harus sesuai dengan adat dan tradisi asli Kesultanan. Sementara, acara ini telah melalui fase transformasi, dari hanya sekadar acara adat yang sifatnya lokal dan regional, hingga menjadi special event pariwisata berskala nasional.
Ia mengungkapkan, Pemkab Kukar telah berupaya melestarikan budaya ini sebagai warisantradisi luhur Suku Kutai, sekaligus sebagai daya tarik pariwisata.
"Erau sudah banyak meraih penghargaan nasional sampai diakui sebagai warisan budaya takbenda Indonesia yang berasal dari Tenggarong," ungkapnya.
Secara hakikat, menjaga marwah berarti memelihara kehormatan, harga diri, dan kemuliaan.
Festival Erau diharapkan dapat menjadi ruang edukasi budaya bagi masyarakat Kutai dan sekitarnya, serta melestarikan nilai adat dan tradisi sebagai identitas daerah dan kontribusi untuk kekayaan budaya bangsa. (Adv)
(Sf/Rs)
Tim Editorial
Cari disini...
Seputarfakta.com - Muhammad Anshori -
Diskominfo Kabupaten Kutai Kartanegara
Pemukulan gong oleh Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin menandakan Festival Erau Adat Kutai 2025 resmi dimulai. (Foto:am.anshori/Seputarfakta.com)
Tenggarong - Festival Erau Adat Kutai 2025 resmi dimulai, Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Aulia Rahman Basri mengajak masyarakat untuk menjaga kondusifitas selama pelaksanaan Erau berlangsung.
Pembukaan Festival Erau yang dilaksanakan di Stadion Rondong Demang, Kecamatan Tenggarong, pada Minggu (20/9/2025) ini disaksikan oleh ribuan masyarakat dari luar daerah.
Kegiatan ini juga diikuti oleh 20 Kecamatan se-Kukar dengan mengusung tema Menjaga Marwah Peradaban Nusantara.
"Saya ingatkan kepada masyarakat, jaga marwah Kesultanan Ing Martadipura, jangan berbuat yang tidak baik," kata Aulia.
Dirinya juga mengucapkan terimakasih kepada semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan semua kalangan anak muda yang terlibat dalam mempersiapkan acara tersebut.
"Semoga pelaksanaan erau ini dapat memberikan berkah, sekaligaus menjadi wadah perputaran ekonomi masyarakat," ujarnya.
Aulia menjelaskan, Erau merupakan wujud pelestarian adat dan tradisi Suku Kutai. Acara adat ini menjadi sarana pemersatu bagi seluruh subkultur etnis Kutai, dan menghubungkan antaretnis yang hidup dan beranak pinak di Tanah Kutai.
Tata cara pelaksanaan Erau harus sesuai dengan adat dan tradisi asli Kesultanan. Sementara, acara ini telah melalui fase transformasi, dari hanya sekadar acara adat yang sifatnya lokal dan regional, hingga menjadi special event pariwisata berskala nasional.
Ia mengungkapkan, Pemkab Kukar telah berupaya melestarikan budaya ini sebagai warisantradisi luhur Suku Kutai, sekaligus sebagai daya tarik pariwisata.
"Erau sudah banyak meraih penghargaan nasional sampai diakui sebagai warisan budaya takbenda Indonesia yang berasal dari Tenggarong," ungkapnya.
Secara hakikat, menjaga marwah berarti memelihara kehormatan, harga diri, dan kemuliaan.
Festival Erau diharapkan dapat menjadi ruang edukasi budaya bagi masyarakat Kutai dan sekitarnya, serta melestarikan nilai adat dan tradisi sebagai identitas daerah dan kontribusi untuk kekayaan budaya bangsa. (Adv)
(Sf/Rs)